Perkiraan mendapatkan jika PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mendapatkan tambahan 100 juta ton batubara setahunnya untuk pembangkit listrik baru.
Berdasarkan perhitungan Administrasi Informasi Energi AS (EIA), setiap juta ton batubara terbakar melepaskan 2.86 juta sampai 3.1 juta ton karbon dioksida, artinya rencana pembangkit listrik Jokowi akan melepaskan tambahan 300 juta ton karbon dioksida setiap tahun.
Perkiraan peningkatan penggunaan listrik lokal dan konsumsi batubara memimpin pemerintah untuk mengulas bisnis jangka panjang batubara Indonesia.
Sebagian besar batubara yang ditambang di Indonesia lari diekspor, membuat pemerintah mulai menyimpan suplai untuk penggunaan lokal di masa depan.
Akhirnya pemerintah sampai pada rencana produksi tahunan batubara Indonesia pada 400 juta ton dan secara bertahap mengurangi ekspor sejak 2019, bertujuan mengurangi ekspor jika konsumsi mencapai tingkat tertinggi.
Karena komitmen Indonesia atas batubara tumbuh lebih kuat, Jokowi terus-terusan menginginkan Indonesia untuk berkontribusi pada upaya global menghentikan perubahan iklim.
Indonesia mulai meratifikasi Kesepakatan Paris, perjanjian internasional yang dimulai sejak 2015 dengan sasaran membatasi pemanasan global sampai 1.5 sampai 2 derajat Celcius.
Jokowi menginginkan Indonesia memotong emisi gas rumah kaca tahun 2030 dalam sektor energi sebanyak 29% secara independen, atau 41% dengan bantuan internasional, dari tingkat yang tercatat tahun 2010.