Find Us On Social Media :

Memiliki Darah Roma-Mesir Akibat Persekongkolan Ibunya, Sejak Kecil Sosok Penyandang Gelar Firaun Terakhir Ini Sudah Dikorbankan demi Kepentingan Politik hingga Runtuhnya Kerajaan Mesir

By Mentari DP, Sabtu, 30 Oktober 2021 | 18:30 WIB

Kisah firaun terakhir Mesir yang merupakan 'anak' Caesar dan Cleopatra.

Intisari-Online.com - Pernah dengar kisah firaun terakhir Mesir yang merupakan 'anak' Caesar dan Cleopatra?

Si firaun terakhir Mesir itu bernama Ptolemy Caesar dan menjadi raja Mesir pada usia tiga tahun.

Ayahnya yang diduga, Julius Caesar, telah dibunuh beberapa bulan sebelumnya, dan ibunya, Ratu Cleopatra VII, menempatkannya di atas takhta untuk memperkuat kekuasaannya sebagai ratu Mesir.

Baca Juga: Bencana Kelaparan Tak Lama Lagi Akan Menimpa Korea Utara, Kim Jong-Un Malah Perintahkan Warga Korea Utara Makan Angsa Hitam, Alasannya Bikin Geleng-geleng Kepala

Lebih dikenal dalam sejarah dengan julukan Yunaninya "Caesarion" atau "Caesar kecil", putra Cleopatra hanya memerintah dalam waktu singkat.

Dilansir dari nationalgeographic.co.uk pada Sabtu (30/10/2021), pemerintahannya berakhir dengan pembunuhannya, tak lama setelah Cleopatra bunuh diri pada 30 SM.

Kematian ibu dan anak itu mengakhiri garis penguasa Ptolemeus yang telah menguasai Mesir sejak zaman Alexander Agung.

Pertengkaran keluarga

Kisah Caesarion dimulai ketika kakeknya, Ptolemy XII, menamai dua anak tertuanya, Cleopatra yang berusia 18 tahun dan Ptolemy XIII yang berusia 10 tahun, sebagai ahli waris.

Akan tetapi Ptolemy memiliki tradisi keluarga yang panjang untuk bersaing memperebutkan takhta.

Baca Juga: Langsung Bikin Seluruh Negara Eropa Jantungan, Rusia Tertangkap Pasang Bom di Lokasi yang Tak Terduga Ini, Bisa Bebas Dijatuhkan di Mana Saja dan Kapan Saja

Misal saudara kandung melawan saudara kandung atau orangtua melawan anak.

Dua tahun kemudian, penasihat Ptolemy mencoba bergerak melawan Cleopatra untuk menjadikan anak laki-laki itu sebagai penguasa tunggal.

Di saat itu, perebutan takhta itu, pasukan Roma datang.

Dua pahlawan militer besarnya, Julius Caesar dan Pompey the Great, terlibat dalam perang saudara dan sedang mencari aliansi.

Pompey membutuhkan Mesir. Jadi dia memutuskan untuk mendukung Ptolemy XIII.

Sementara Cleopatra mendirikan basis operasinya sendiri di mana dia mengumpulkan pasukan dan menunggu waktunya.

Dalam Pertempuran Pharsalus pada 48 SM, Caesar mengalahkan Pompey, yang melarikan diri ke Alexandria.

Lalu Ptolemy muda telah mengeksekusi Pompey dan menyerahkan kepalanya kepada Julius Caesar ketika dia menyapu Mesir akhir tahun itu.

Kesempatan itu digunakan Cleopatra untuk bertemu Caesar. Hingga Ptolemy muda tewas.

Caesar lalu menempatkan Cleopatra VII yang berusia 21 tahun di atas takhta.

Dia akan memerintah bersama, atas nama, dengan adik laki-lakinya, Ptolemy XIV.

Untuk mengkonsolidasikan aliansi, Cleopatra mengundang Caesar, yang 30 tahun lebih tua darinya, untuk tinggal di Mesir bersamanya.

Baca Juga: Pantas Timor Leste Ngotot Ingin Gabung Meski Terus Ditolak, Ternyata Ini Manfaat Jadi Anggota ASEAN, Buat 'Nambal' Tambang Minyaknya yang Mengering

Putra Roma dan Mesir

 

Pada saat Caesar meninggalkan Mesir, Cleopatra hamil.

Dia melahirkan seorang anak laki-laki pada tahun 47 SM. dan secara terbuka menyatakan Julius Caesar sebagai ayah.

Pada akhir 46 SM, Cleopatra mengunjungi Roma atas undangan Caesar, membawa Caesarion dan semua arak-arakan kerajaan di istananya.

Plutarch menulis bahwa Caesar menyambut Cleopatra dan keluarganya di salah satu vila pinggiran kotanya, Horti Caesaris, dan menghujaninya dengan penghargaan resmi.

Banyak orang Romawi mengatakan bahwa anak itu sangat mirip dengan Julius Caesar.

Mark Antony, letnan Caesar, mengatakan kepada Senat bahwa Caesar telah mengakui kepada teman-teman terdekatnya bahwa Caesarion memang putranya.

Namun semua rencana berantakan ketika Caesar dibunuh pada Ides of March pada tahun 44 SM.

Dan buruknya dia tidak pernah mengakui Caesarion sebagai ahli warisnya dan sebaliknya telah menulis dalam surat wasiatnya bahwa keponakan buyutnya, Gaius Octavius ​​(Octavianus), adalah ahli warisnya.

Cleopatra dan Caesarion berada di Roma ketika Caesar dibunuh.

Menyadari bahwa hidup mereka dalam bahaya, Cleopatra memutuskan untuk segera kembali ke Mesir.

Ketika kembali Cleopatra mencoba menjadikan anak laki-lakinya  yang masih balita sebagai wakil bupatinya.

Baca Juga: 5.398 Artefak Terkubur Bersama Mumi Firaun Tutankhamun, Terkuak Inilah Hal-hal Aneh Tentang Makam Mesir Kuno, Termasuk Ditemukan Banyak Mumi Tapi Bukan Manusia

 

Dari titik ini, Caesarion secara resmi diakui sebagai Ptolemy XV Caesar.

Akan tetapi di Roma, Octavianus menolak untuk mengakui garis keturunan wakil bupati muda Mesir.

Bahkan dia menerbitkan sebuah buku di mana ia mengklaim bahwa Caesarion sama sekali bukan putra Caesar.

Pada akhirnya Octavianus dan dia menyatakan perang terhadap Cleopatra dan Mark Antony.

Pasangan itu kalah mundur ke Alexandria. Cleopatra lalu memutuskan lebih aman mengirim Caesarion ke luar kota.

Saat berjalan ke pengasingan, Caesarion mengetahui bahwa pasukan Romawi telah memasuki Alexandria dan bahwa ibunya dan Mark Antony sudah mati.

Jadi ketika Caesarion tiba di Alexandria untuk bertemu Oktavianus pada 30 Agustus SM, dia langsung dieksekusi pada usia 17 tahun.

Mimpi firaun Romawi-Mesir lenyap, dan kerajaan Ptolemeus kuno Mesir mati dengan Caesarion.

Baca Juga: Ditemukan dalam Kondisi Kepala Terpenggal Ratusan Tahun Lalu, Identitas Mumi dari Zaman Firaun Senusret III Ini Baru Terungkap Usai FBI Turun Tangan