Kisah ‘Hantu Pembom’ dari Perang Dunia II, Misteri Hilangnya Pesawat ‘Lady Be Good’ Akibat Badai Pasir, Hingga Ditemukan 15 Tahun Kemudian di Gurun Pasir yang Ganas, Bagaimana Nasib Kru Pesawat?

K. Tatik Wardayati

Penulis

Intisari-Online.com – Ketika itu 4 April 1943, sebuah pesawat Pembebas B-24D yang diberi nama ‘Lady Be Good’ menghilang secara misterius saat kembali dari pengeboman di Napoli.

Pesawat itu tampaknya menghilang ke awan tipis.

Pada tahun 1958, tim eksplorasi minyak Inggris menemukan puing-puing pesawat besar yang tergeletak di Gurun Libya.

Setelah diperiksa lebih dekat, terungkap bahwa itu adalah puing-puing pesawat Lady Be Good yang hilang 15 tahun sebelumnya.

Baca Juga: Tahukah Anda, Ratu Elizabeth II Pernah Jadi Mekanik Selama Perang Dunia II? Inilah 4 Fakta Aneh tentang Perang Dunia 2

Kisah hilangnya, penemuan kembali seperti kapsul waktu, dan ketabahan krunya sungguh luar biasa.

Berikut ini kisah pesawat Lady Be Good tersebut.

Lady Be Good merupakan pesawat baru saat ditugaskan di Skuadron Bom 514 pada 25 Maret 1943.

Awaknya juga juga masih baru, setelah tiba di Libya seminggu sebelumnya.

Baca Juga: Kisah ‘Kesialan’ Kapal Induk AS Selamat dari Serangan Pearl Harbor, Justru jadi ‘Hantu’ Bagi Jepang Sepanjang Lintasan Pasifik Selama Perang Dunia II

Lady dan sembilan awaknya menerbangkan pertama kali, dan rupanya ini menjadi misi terakhir mereka bersama pada tanggal 4 April.

Formasi itu lepas landas dari landasan udara Soluch di Libya dan menuju Napoli di Italia, 700 mil jauhnya.

Lady Be Good merupakan pesawat terakhir yang berangkat dari Soluch.

Dalam perjalanan, formasi tersebut mengalami badai pasir yang kuat, yang memaksa sebagian dari mereka kembali ke pangkalan, sementara Lady Be Good melanjutkan perjalanannya.

Ketika pesawat itu mencapai Napoli pada pukul 19.30 di ketinggian 7,62 km, targetnya tersembunyi oleh jarak pandang yang buruk, sehingga para pengebom berbalik dan pulang.

Pesawat itu menjatuhkan persenjataan mereka ke Laut Mediterania untuk mengurangi berat muatan dan menghemat bahan bakar.

Sekembalinya mereka ke Soluch, Lady Be Good, yang terbang sendirian, mengalami masalah.

Pada pukul 12.00, pilot pesawat, Letnan William Hatton, mengirim radio ke Soluch untuk memberi tahu bahwa pencari arah otomatis mereka tidak berfungsi dan mereka membutuhkan petunjuk arah ke lapangan terbang.

Namun, petunjuk arah itu tidak pernah ada, hingga menyebabkan pesawat B-24 terbang langsung di atas lapangan terbang dan jauh ke dalam Gurun Sahara.

Baca Juga: Kisah Penerbang Jepang Nobuo Fujita, Diundang ke Tempat yang Pernah Dia Jatuhi Bom di Amerika Selama Perang Dunia II, Sempat Siapkan Pedang Katana, Inilah yang Terjadi Saat Kedatangannya

Pada pukul 02.00 keesokan paginya, pesawat mulai mengeluarkan asap, sehingga kru pesawat melakukan terjun payung.

Tanpa ada orang di dalamnya, pesawat ‘hantu’ itu berjalan sendiri sejauh 25,75 km, turun di sepanjang lintasan yang dangkal dan menghantam tanah dengan lembut.

Misi pencarian dan penyelamatan diluncurkan, tetapi tidak ditemukan pesawat atau awaknya.

Diasumsikan bahwa Lady Be Good jatuh ke Laut Mediterania.

Menghilangnya pesawat ini menjadi sebuah misteri.

Lady Be Good tetap menjadi salah satu dari banyak misteri Perang Dunia II yang belum terpecahkan hingga tahun 1958.

Sebuah tim eksplorasi British Petroleum terbang di atas Gurun Libya pada november 1958 ketika mereka melihat puing-puing sebuah pesawat besar.

Mereka tidak dapat memeriksa puing-puing itu sendiri tetapi melaporkan lokasinya.

Pada Mei 1959, sebuah tim pergi ke lokasi reruntuhan dan mengetahui bahwa itu adalah pesawat Lady Be Good yang hilang.

Baca Juga: Banyak Kapal Selam Digunakan Selama Perang Dunia 1 dan 2, Tapi Hanya Dua Kapal Selam yang Tenggelamkan Musuh Sejak Tahun 1945, Ini Kisahnya

Lady Be Good terbelah menjadi dua, tetapi sifat lembut kecelakaan dan kondisi gurun yang kering membuat pesawat terpelihara dengan sempurna.

Tim menemukan kontainer yang masih berisi air, termos yang masih berisi kopi, dan barang-barang pribadi awak kapal seperti pakaian dan buku catatan navigator.

Senapan mesin kaliber .50 di pesawat B-24 itu masih berfungsi, ketika penyelidik mencoba menembakkan satu pelurunya, dan radio pesawat pun masih berfungsi.

Salah satu mesin pesawat itu ternyata juga masih dapat bekerja.

Namun, para penyelidik tidak menemukan kru atau parasut mereka, yang menunjukkan bahwa mereka meloncat keluar.

Setahun kemudian militer AS terlibat dan mulai mencari sisa-sisa awak yang hilang.

Pencarian tidak menemukan sisa-sisa awak itu, tetapi mereka menemukan artefak dan penanda pribadi yang berserakan di padang pasir.

Pada tahun 1960, dengan cara yang mirip bagaimana pesawat itu ditemukan, tim eksplorasi minyak Inggris menemukan lima sisa awak, mendorong pencarian AS lainnya untuk mencari empat yang terakhir.

Pencarian menemukan dua mayat, sementara tim minyak Inggris lainnya menemukan yang ketiga. Sedangkan penerbang kesembilan tidak pernah ditemukan.

Baca Juga: Bukan Senjata yang Lebih Banyak Bunuh Tentara dalam Perang Tetapi Infeksi, Lalu Bagaimana Cara Bawa Penisilin Temuan Alexander Fleming Ini ke Pasukan Perang Dunia 2?

Para ahli pada saat itu memperkirakan bahwa dengan perbekalan mereka, orang-orang itu tidak dapat mencapai lebih dari 48,28 km di gurun yang ganas.

Hebatnya, pria terjauh ditemkan 175,42 km dari puing-puing pesawat.

Penemuan mayat-mayat itu juga mengembalikan banyak barang yang mereka gunakan selama perjalanan, termasuk buku harian yang menenangkan oleh Letnan Robert Toner, yang merinci hari-hari terakhir para kru.

Artefak yang ditemukan di reruntuhan dan sisa-sisa kru pesawat telah memungkinkan para ahli untuk mengumpulkan apa yang mungkin terjadi pada pesawat Lady Be Good dan para kru pemulanya.

Ketika kembali ke rumah dari Napoli, para kru kemungkinan mengira bahwa gurun di bawah mereka adalah Laut Mediterania, itulah sebabnya mereka mencoba menyelamatkan diri daripada mencoba mendaratkan pesawat.

Salah satu awak diketahui tewas seketika akibat benturan.

Sisanya berhasil bertemu dan menetapkan bahwa mereka berada 160,93 km dari Soluch.

Kenyataanya, mereka berada 643,74 km jauhnya.

Mereka tahu bahwa mereka harus menuju ke utara, dan kedelapan orang itu dapat melakukan perjalanan luar biasa 136,8 km dengan hanya setengah botol air.

Baca Juga: Jadi Alat Perang Sejak Perang Dunia I, Inilah 5 Pertempuran Tank Terhebat Sepanjang Masa, Meski Unggul dalam Persenjataan Namun Kalah dalam Jumlah, Ini yang Akhirnya Terjadi

Namun pada titik ini, lima orang terlalu lemah untuk melanjutkan, sehingga tiga sisanya melanjutkan ke utara sejauh 32,19 km dan 43,45 km sebelum akhirnya menyerah pada gurun.

Diperkirakan, jika orang-orang itu kembali ke pesawat mereka, mereka mungkin justru selamat dari cobaan itu karena radio yang masih berfungsi dan persediaan perbekalan yang banyak.

Para kru pesawat Lady Be Good adalah bukti kekuatan keinginan manusia untuk bertahan hidup.

Mereka berhasil menemuh jarak yang menurut banyak orang tidak mungkin, melalui beberapa kondisi paling keras di mana pun di planet ini.

Kini, delapan penerbang yang ditemukan di gurun itu telah beristirahat tenang di AS.

Baca Juga: ‘Matilah Kau, Paman Adolf!’, Kisah William Hitler, Sang Keponakan Fuhrer yang Selalu Melawan Pamannya Selama Perang Dunia 2, Hebatnya Bisa Bergabung di Angkatan Laut AS!

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait