Advertorial
Intisari-Online.com – Dari buta karena salju, radang dingin, gangren, hingga amputansi tanpa alat bedah, kesemuanya itu dapat membunuh seseorang, apalagi bila itu terjadi selama Perang Dunia II.
Tapi hal itulah yang dihadapi Jan Baalsrud, dan dia bisa keluar dari sana hidup-hidup, meski tidak terluka.
Jan Baalsrud lahir di Kristiania pada tahun 1917.
Dia dilatih untuk menjadipembuat instrumen seperti ayahnya.
Ketika negara asalnya diserang oleh Jerman pada tahun 1940, ia melarikan diri dan kembali tiga tahun kemudian.
Selama bertahun-tahun pergi, dia bergabung dengan Kompani Linge Norwegia.
Ini adalah sekelompok anak muda Norwegia yang bekerja dalam misi siluman untuk menyabotase kehadiran Jerman di negara mereka.
Dengan kelompok inilah dia dikirim untuk melakukan misi yang akan memulai kebangkitannya sebagai pahlawan rakyat.
Pada tahun 1943, Baalsrud, bersama dengan tiga pasukan komando lainnya dan delapan awak kapal, dikirim ke Bardufoss untuk menghancurkan menara kontrol udara Jerman.
Bukannya bertemu dengan patriot terpercaya dan kontak perlawanan, tetapi para kru itu malah bertemu dengan penjaga toko yang terafiliasi yang memiliki nama yang sama.
Penjaga toko memberi tahu pasukan Jerman tentang keberadaan unit tersebut.
Pelarian menakjubkan Jaan Baalsrud dimulai pada tanggal 29 Maret ketika sebuah kapal Jerman menyerang kapal penangkap ikan, unit yang berisi delapan ton bahan peledak.
Tim dan kru menyalakan sekering dan membiarkan kapal meledak.
Baalsrud dan lainnya berenang ke pantai melalui perairan es Arktik, sementara sisanya ditangkap atau dibunuh.
Baalsrud tahu bahwa dia bisa saja menjadi yang berikutnya, maka dia berjalan ke selokan salju tempatnya bersembunyi di balik batu besar.
Ketika beberapa tentara Jerman mengejarnya dan dalam jangkauannya, dia menembak mereka, membunuh satu, dan melukai yang lain.
Prajurit lain mundur dan dia mengambil kesempatan untuk berlari cepat di medan salju.
Baalsrud berhasil menghindari penangkapan oleh tentara Jerman untuk sementara waktu, tetapi kondisi fisiknya memburuk.
Dia kehilangan satu sepatu karena terburu-buru melarikan diri dari kapal dan menderita radang dingin dan kebutaan salju.
Hal ini memaksanya untuk mengandalkan bantuan dari patriot Norwegia di daerah tersebut.
Pada 12 April, Baalsrud dibawa menyeberangi fjord dan berlindung di sebuah kabin kayu yang disebut Hotel Savoy.
Di sinilah dia dipaksa untuk melakukan operasi pertama pada kakinya, sebagai upaya untuk mencegah agar kondisinya tidak semakin memburuk.
Karena percaya dia mengalami keracunan darah, Baalsrud menggunakan pisau saku untuk memotong bagian atas jari kakinya untuk mengeluarkan darah.
Tidak lama setelah itu, dia dipindahkan ke celah gunung di lembah Manndalen.
Dia ditinggalkan di atas tandu di balik dinding salju selama 27 hari untuk menghindari patroli Jerman dan cuaca yang memburuk.
Selama berada di shelter ini, Baalsrud harus melakukan operasi untuk memastikan kelangsungan hidupnya.
Jari-jari kakinya menunjukkan tanda-tanda gangren yang bisa dengan mudah menyebar ke seluruh kakinya.
Untuk menghentikan penyebarannya, dia mengamputasi sembilan jari kakinya dengan pisau saku yang sama dengan operasi sebelumnya.
Ini adalah tindakan yang menyelamatkan kakinya, yang membuat tubuhnya semakin melemah.
Dia diserahkan kepada sesama orang Norwegia yang mengangkutnya dengan tandu ke perbatasan Findalndia, lalu ditempatkan dalam perawatan beberapa orang Sami yang mengangkutnya melintasi Finlandia dengan kereta luncur yang ditarik rusa.
Setelah sembilan minggu dalam pelarian, selama waktu itu pula dia menjadi fokus perburuan nasional, Jan Baalsrud akhirnya berhasil mencapai Swedia yang netral.
Sesampainya di Swedia, dia dijemput oleh pesawat amfibi Palang Merah dan diterbangkan ke Boden.
Rumah saki di Boden inilah yang akan menjadi rumahnya selama tujuh bulan ke depan sebelum dia diterbangkan ke Inggris.
Namun, ini bukanlah akhir dari keterlibatannya dengan perang karena ia membantu melatih patriot Norwegia lainnya di Skotlandia.
Setelah belajar berjalan tanpa jari kaki, dia kembali ke tanah kelahirannya untuk melanjutkan perang.
Pada akhir perang, Jan Baalsrud masih aktif bertugas.
Dengan berakhirnya perang, maka berakhirlah pendudukan Jerman di Norwegia dan Baalsrud pun pulang.
Tahun-tahun berikutnya, Baalsrud pindah ke Spanyol sebelum menghabiskan tahun terakhirnya di Norwegia.
Setelah kematiannya, abu Jan Baalsrud dimakamkan di Manndalen sesuai keinginannya, di kuburan bersama dengan Aslak Aslaksen Fossvoll.
Fossvoll adalah salah satu orang lokal yang membantunya melarikan diri ke Swedia.
Kisah pelarian Baalsrud dari Norwegia yang diduduki Jerman ini telah mengukuhkan warisannya sebagai pahlawan rakyat, dan orang-orang masih menelusuri jejaknya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari