Penulis
Intisari-Online.com – Barang berharga apa yang tidak ingin Anda hilangkan?
Kalau berbicara secara global, maka berada di urutan teratas dalam daftar barang yang tidak ingin Anda hilangkan adalah inti plutonium radioaktif.
Tetapi, hal itulah yang dilakukan Amerika Serikat pada tahun 1960-an.
Ceritanya melibatkan, misi rahasia CIA yang kacau, mengakibatkan sejumlah inti plutonium tertinggal di pegunungan Himalaya.
Hingga saat ini, inti tersebut masih hilang, dan disebut menjadi penyebab atas banjir mematikan yang terjadi di Himalaya, India.
Inti tersebut awalnya digunakan sebagai sumber daya untuk stasiun pemantauan nuklir.
Dalam beberapa tahun terakhir, desa-desa di dekat tempat inti pernah terkena dampak parah oleh banjir hebat.
Pada awal tahun 2021 menewaskan hingga 50 orang, dan dikatakan disebabkan oleh sepotong gletser yang membendung sungai.
Tetapi ada yang mengatakan bahwa banjit itu bukan disebabkan oleh alam, tetapi oleh inti plutonium di pegunungan.
Meskipun tidak ada bukti nyata bahwa inti plutonium yang menjadi penyebab banjir tersebut, namun itu pasti ada dan diposisikan oleh misi gabungan AS-India.
Selama Perang Dingin Uni Soviet menjadi musuh utama AS, namun Chna yang sedang naik daun juga ada di radar AS, apalagi setelah mereka meledakkan bom nuklir pertama mereka.
Republik Rakyat China berhasil menguji senjata nuklir pertamanya pada tahun 1964 di tempat pengujian Lop Nur di China.
Bom itu menghasilkan 22 kiloton, dibandingkan dengan bom 16 kiloton yang dijatuhkan di Hiroshima.
China yang memiliki kekuatan nuklir dan bereksperimen dengan rudal, membuat AS menjadi putus asa untuk mencari tahu apa yang sedang dihadapi China.
Namun, situs uji China jauh dari negara mana pun yang bersahabat dengan AS, jadi mereka menggunakan mata-mata dari Himalaya.
CIA mendekati India dan membuat tawaran untuk mengumpulkan intelijen bersama, yang diterima oleh India, karena berperang dengan China.
Kedua negara itu kemudian memata-matai uji coba senjata nuklir China dengan perangkat yang ditenagai oleh inti plutonium.
Tenaga dihasilkan dengan menggunakan panas buangan dari plutonium yang membusuk.
NASA telah menggunakan metode serupa untuk menggerakkan penjelajah Mars.
Pada tahun 1965, sebuah tim yang terdiri dari personel intelijen India dan AS, mendaki Nanda Devi, gunung tertinggi yang terletak di India, dengan ketinggian 7,62 km.
Namun, karena terganggu masalah cuaca, misi pendakian itu akhirnya ditinggalkan.
Tim tidak dapat memasang perangkat dan meninggalkannya di gunung dengan tujuan untuk kembali pada tahun berikutnya untuk menyelesaikan pekerjaan.
Ketika mereka kemudian kembali, mereka tidak dapat menemukan perangkat yang telah ditinggalkan.
Misi selanjutnya adalah memulihkan sensor yang hilang dan bahan bakar radioaktifnya, tetapi tidak ditemukan.
Bahkan, melansir warhistoryonline (26/10/2021), sampai hari ini lokasi perangkat tersebut tidak diketahui.
Bahaya lingkungan
Cerita mengenai misi CIA yang kacau tersebut pertama kali dipublikasikan pada tahun 1978.
Pemerintah India harus mengeluarkan pernyataan yang didukung oleh komite ilmiah untuk meyakinkan penduduk setempat bahwa perangkat tersebut tidak menimbulkan bahaya.
Namun, rumor beredar sejak itu bahwa plutonium-238 di dalam perangkat adalah penyebab bencana lingkungan yang akan terjadi.
Kekhawatiran yang timbul, Sungai Gangga akan diracuni oleh kontaminasi radioaktif.
Kekhawatiran itu semakin dipercaya setelah beberapa tahun terakhir wilayah di sekitar Nanda Devi menjadi sasaran banjir hebat.
Pada tahun 2021 banjir di Taman Nasional Nanda Devi mengakibatkan lebih dari 200 orang hilang atau tewas.
Pada awalnya, bencana itu diperkirakan disebabkan oleh sebagian gletser yang pecah dan melepaskan air yang tertahan oleh es.
Namun, banyak penduduk percaya bahwa gletser pecah itu dipengaruhi oleh inti plutonium yang telah hilang sejak tahun 1960-an, yang mengakibatkan banjir besar.
Pada Juni 2021, diumumkan bahwa banjir disebabkan oleh longsoran es dan batu yang sangat besar.
Sementara banyak orang takut akan akibat plutonium yang tertinggal di pegunungan, namun kemungkinan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan diyakini agak kecil.
Waktu paruh plutonium-238 adalah 88 tahun, dan tertinggal di Himalaya lebih dari 50 tahun yang lalu.
Jika plutonium yang hilang mampu menimbulkan bencana lingkungan berskala besar, maka kemungkinan akan menyebabkan kerusakan nyata sejak lama.
Selain itu, kemampuan menghasilkan panasnya jauh lebih sedikit daripada beberapa dekade yang lalu.
Saat ini, masih ada tekanan pada AS dan India untuk menemukan bahan radioaktif yang hilang itu di Nanda Devi, yang kemudian dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari