Advertorial
Intisari-online.com - Israel merupakan negara yang dibangun atau Holocaust, dengan rasa penganiayaan terus menerus terukir dalam kesadarannya.
Oleh sebab itu kepemilikan senjata mematikan dengan efek kecil merupakan impian bagi negara Yahudi tersebut.
Menurut Times of Israel, keberadaan senjata semacam itu telah disiapkan sejak April 1948, sebelum negara itu memproklamirkan kemerdekaannya.
Calon Perdana Menteri pertama Israel David Ben-Gurion, menurut buku "Ben-Gurion and The Intellectuals," karya Michael Keren, menginstruksikan seorang pejabat Badan Yahudi di Eropa.
Untuk mencari seorang ilmuwan Yahudi yang bisa meningkatkan kapasitas untuk membunuh massa atau menyembuhkan massa karena keduanya penting.
Pencarian dimulai dengan senjata Non-Biologis Avner Cohen, professor Kajian Nonproliferasi di Institut Kajian Internasional Monetary dan kritikus.
Dia blak-blakan terhadap kebijakan ambiguitas Israel terkait Weapon Mass Destruction (WMD).
Ia menyebutkan, tanggal 18 Februari 1948, kepala Operasional Haganah, Yigal Yadin, mengirim mikrobiologi Mahasiswa bernama Alexander Keynan, untuk mendirikan unit bernama HEMED BEIT.
Potensi ini setidaknya telah tampak bahkan sebelum berdirinya Israel, menurut buku "The Fall of Sparrow: The Life and Times of Abba Kovner," karya Dina Porat saat melakukan perjalanan ke Palestina setelah perang.
Abba Kovner penyair terkenal, menerima racun dari Katzir untuk membunuh perwira Nazi yang dipenjara di Eropa.
Dia ditangkap di atas kapal Inggris lalu membuang racunnya ke laut sebelum penangkapannya.
Beberapa tahun kemudian, Mei 1948, pasukan dari Brigade Karmel Haganah diduga menggunakan senjata biologis dalam pertempuran Acre.
Semua dalangnya tersebut diyakini terkait dengan HEMED BEIT, yang kini lembaga itu bernama Institute Penelitian Biologi Israel.
Lembaga ini mengkhususkan diri dalam penelitian yang berhubungan dengan pertahanan dan banyak dikutip oleh akademisi, karena sangat dihormati.
Tetapi, Israel belum menandatangani Konvensi Senjata Biologis dan Racun tahun 1972.
Lalu, wakil direktur dari lembaga biologi, Professor Marcus Klingberg ditangkap oleh Shin Bet tahun 1983, dituduh sebagai mata-mata KGB yang terkenal paling merusak dalam sejarah Israel.
Mesi keberadaanya cukup terselubung dan rahasia agen mata-mata Israel Mossad diketahui telah menggunakan senjata 'haram' yaitu senjata biologis selama operasinya.
Pembunuhan pertama Mossad dengan senjata biologis adalah Dr. Wadi Haddad, teroris Palestina yang membajak pesawal EL AI, pada Juli 1968, dan salah satu komandan pembajakan Etebbe 1976.
Selain dimiliki Mossad Israel, senjata Biologis diam-diam juga digunakan oleh CIA, seperti dikutip dari majalah Foreign Policy.
Menemukan dokumen CIA yang mengungkapkan satelit mata-mata AS tahun 1982, menemukan kemungkinan fastilitas agen saraf (senjata kimia) di Diamona di Gurun Negev.
Lantas, apakah CIA benar dan Israel memiliki senjata-senjata itu.
Atau setidaknya memilikinya dan mempertahankan kapasitas untuk membuatnya.
Unsur pertama adalah waktu. Suriah telah setuju untuk membuat daftar dan menemukan persenjataan kimia yang sangat besar dan untuk dihancurkan pada pertengahan 2014.
"Saya akan mengatakan itu di suatu tempat antara tidak nyata dan nyata," kata Ely Karmon, seorang peneliti senior di Institut Internasional untuk Penanggulangan Terorisme dan guru kursus master tentang WMD.
Di Irak, katanya, butuh enam tahun bagi inspektur UNSCOM untuk menyelesaikan pekerjaan mereka, dari 1991 hingga 1997.
Dalam laporan akhir mereka masih mengakui bahwa ada 550 amunisi terisi yang belum ditemukan dan 2.000 amunisi tidak terisi, diyakini sebagai jejak milik Israel.
Di Libya, negara Timur Tengah lain yang menandatangani konvensi senjata kimia dan biologi, fasilitas gas mustard ditemukan di distrik Jufra pada akhir 2011, kata Karmon.