Find Us On Social Media :

Cara 'Licik' China Memberi 'Jebakan Utang' Tanpa Tercatat di Rekening Resmi Pemerintah, hingga Laos yang Pernah Diambang Kebangkrutan Terpaksa Jual Aset Utamanya ke Tiongkok

By Muflika Nur Fuaddah, Sabtu, 23 Oktober 2021 | 11:21 WIB

(Ilustrasi) Xi Jinping dan PLA.

Intisari-Online.com - China menggelontorkan setidaknya dua kali lebih banyak uang pembangunan daripada AS.

Selama periode 18 tahun, China telah memberikan atau meminjamkan uang kepada 13.427 proyek infrastruktur senilai $ 843 miliar di 165 negara, menurut lab penelitian AidData di William & Mary, sebuah universitas di negara bagian Virginia, AS.

Sebagian besar uang ini terkait program Belt dan Road Initiative China (BRI) ambisius Xi Jinping.

Melansir BBC, Rabu (29/9/2021), mulai tahun 2013, China memanfaatkan keahliannya untuk membangun rute perdagangan global baru.

Baca Juga: Tiongkok Dituduh Provokatif, Begini Cara Australia Menggempur Negara Pimpinan Xi Jinping di Laut China Selatan dari Jarak Jauh Jika Konflik Meletus Mendadak

Namun, para kritikus khawatir bahwa pinjaman berbunga tinggi itu bisa membebani populasi yang tidak menaruh curiga sama sekali.

Jalur kereta api yang berkelok-kelok antara China dan negara tetangga Laos sering disebut-sebut sebagai contoh utama pinjaman off-the-book China.

Laos adalah salah satu negara termiskin di kawasan ini dan bahkan tidak mampu membayar sedikit pun dari biayanya.

Namun, Laos harus mengambil pinjaman $480 juta dengan bank China untuk mendanai sebagian kecil ekuitasnya.

Baca Juga: Gara-gara Ulah China Ini, AS Ketar-ketir dan Gelontorkan Rp53 Triliun untuk Penelitian Senjata Hipersonik Meski Dianggap Buang-buang Duit dan Tidak Jelas

Salah satu dari sedikit sumber keuntungan Laos, hasil tambang kaliumnya, digunakan untuk mendukung pinjaman besar-besaran.

Sebagian besar jalur tersebut dimiliki oleh kelompok perkeretaapian yang didominasi China.

Pada September 2020, di ambang kebangkrutan, Laos menjual aset utama ke China, menyerahkan sebagian jaringan energinya seharga $600 juta atau sekitar Rp 8,5 triliun untuk mencari keringanan utang dari kreditur China.

Dan ini semua bahkan sebelum kereta api mulai beroperasi.

Baca Juga: Peduli Setan Walau Bakar Duit Rp1.980 Triliun, China Sukses Bikin Negara 'Dekat' Amerika Serikat Ini Pilih Berpaling ke China, Tawaran Ini Bikin China Lebih Dipuja Daripada AS

Dulu, negara-negara Barat bersalah karena menyeret negara-negara Afrika ke dalam jeratan utang.

China meminjamkan secara berbeda: alih-alih mendanai proyek dengan memberikan atau meminjamkan uang dari satu negara bagian ke negara bagian lain, hampir semua uang yang dibagikannya berbentuk pinjaman perbankan negara.

Pinjaman tersebut tidak muncul di rekening resmi utang pemerintah.

Itu karena lembaga pemerintah pusat tidak disebutkan dalam banyak kesepakatan yang dibuat oleh bank-bank pemerintah China.

Baca Juga: China Diklaim Curi 'Formula' Berkedok Program 'Seribu Talenta' untuk Merekrut Para Profesor AS dengan Imbalan Uang, Penemu Gen Penyebab Penyakit Jantung sampai Cari Kerja di China?

Hal itu menjaga kesepakatan dari neraca pemerintah dan disembunyikan oleh klausul kerahasiaan, sehingga mencegah pemerintah mengetahui secara pasti apa yang telah disepakati secara tertutup.

AidData menghitung utang yang tidak dilaporkan sebesar $385 miliar.

Para peneliti AidData menemukan bahwa proyek Belt and Road menghadapi masalahnya sendiri.

Proyek-proyek BRI lebih cenderung dikaitkan dengan korupsi, skandal perburuhan, atau masalah lingkungan daripada kesepakatan pembangunan China lainnya.

Untuk menjaga agar BRI tetap pada jalurnya, kata para peneliti, Beijing tidak punya pilihan selain mengatasi kekhawatiran peminjam.

Baca Juga: Padahal Cuma Numpang Lewat, Kapal Perang China-Rusia Ini Bikin Jepang Panas Dingin, Walau Tak Mengusik Negeri Sakura Ternyata Hal Ini yang Bikin Jepang Ketakutan Setengah Mati

(*)