BRI kemudian dikenal sebagai 'diplomasi jebakan utang', di mana sebuah negara meminjamkan uang dengan niat politik atau kesadaran ekonomi jika pinjaman tidak bisa dilunasi.
Mengutip Newsweek, jika ada negara yang gagal membayar utang, ditakutkan situasinya akan mirip dengan Sri Lanka.
Pemerintah Sri Lanka tidak mampu membayar utang jasa di pelabuhan, yang akhirnya membuat pelabuhan tersebut dikuasai China dalam masa 99 tahun.
Amerika Serikat (AS) telah mengatakan kekhawatiran jika pelabuhan tersebut bisa dipakai China sebagai pangkalan militer mereka.
Administrasi Trump telah berulang kali memperingatkan negara-negara Afrika jika menerima pinjaman China dapat menyebabkan mereka kehilangan kontrol atas aset-aset strategis mereka.
Mereka memperingatkan bahwa sebuah pelabuhan strategis di Tanjung Harapan Afrika atau Djibouti bisa mengalami hal yang sama, sebuah prospek yang telah ditampik pemerintah Afrika.
Kini, dengan ekonomi global kesulitan pulih dari Covid-19, kekhawatiran gagal membayar ini lebih nyata daripada sebelumnya.
Namun apakah ancaman jebakan utang ini memang benar-benar nyata?