Find Us On Social Media :

Para Ilmuwan Beri Penjelasan Berbeda Terkait Studi Asal-usul Covid-19, Salah Satunya Sebut Gua Mojiang Jadi Tempat Lahir Virus Sejak 2012 Silam, Kok Bisa?

By Muflika Nur Fuaddah, Minggu, 10 Oktober 2021 | 10:55 WIB

Ilustrasi, penelitian Virus Corona di Laboratorium yang terdapat di Wuhan, China.

Intisari-Online.com - Pandemi virus corona sekarang sudah berada pada nyaris tahun kedua, namun asal usul penyakit yang disebut Universitas Johns Hopkins telah menewaskan hampir 5 juta orang ini, masih tetap menjadi misteri.

Pada awal pandemi, para ilmuwan menyatakan SARS-CoV-2 berasal dari kelelawar kemudian melompat ke hewan perantara yang disebut kemungkinan besar adalah trenggiling, sebelum akhirnya menginfeksi manusia.

Namun saat pandemi berkembang, teori lain pun muncul, yakni wabah dimulai karena kebocoran laboratorium di kota Wuhan di China, tempat kasus pertama penyakit itu dilaporkan, atau bahwa penyakit itu merupakan buatan manusia.

Kedua hipotesis ini telah dibantah karena dianggap sebagai teori konspirasi liar, lantaran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan 'sangat tidak mungkin' Covid-19 menjadi virus 'buatan manusia'.

Baca Juga: Rahasia Covid-19 Terbongkar, Ilmuwan Akhirnya Ungkap Alasan Mengapa Ada yang Sama Sekali Tak Bergejala Meski Sudah Terinfeksi Virus Corona, Ternyata Ini Penyebabnya!

Namun sejak musim semi, telah terjadi perubahan sikap terhadap skenario kebocoran laboratorium, yang dimulai setelah The Wall Street Journal menuliskan kutipan dari dokumen yang sebelumnya tidak diungkapkan.

Dokumen ini ditulis oleh komunitas intelijen AS, yang berisi tentang 3 karyawan Institut Virologi Wuhan mencari perawatan medis untuk penyakit yang mirip dengan Covid-19 pada 3 minggu sebelum otoritas China melaporkan kasus pertama Covid-19.

Terlepas dari itu, para ilmuwan pun memberikan penjelasan berbeda, termasuk yang menunjukkan bahwa virus tersebut muncul karena kebocoran di laboratorium China.

Melansir Tribunnews.com, sementara sekelompok ilmuwan Prancis menyebut SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan penyakit Covid-19 tidak berasal dari gua di provinsi Yunnan, China.

Baca Juga: Pantesan Para Bos Vaksin Covid-19 Ini Berani Sebut Pandemi Akan Segera Berakhir, Ternyata Virus Corona Sudah Ditemukan Kelemahannya, Tinggal Menunggu Waktu Tak Lama Lagi Semua Akan Selesai

Tahun lalu, sekelompok peneliti India telah menerbitkan sebuah artikel yang menyatakan bahwa Gua Mojiang bisa menjadi tempat kelahiran virus corona, karena virus yang mirip dengan SARS-CoV-2 pernah ditemukan di Mojiang pada 2012 lalu.

Pada saat itu, 6 penambang menderita penyakit pernafasan parah setelah membersihkan gua dari kotoran kelelawar untuk menambang tembaga.

Para laki-laki ini berusia antara 30 hingga 60 tahun dan 3 diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut.

Pemeriksaan selanjutnya mengungkapkan bahwa para penambang terinfeksi virus corona yang diberi nama 'RaTG13'.

Baca Juga: Orang Seantero Dunia Boleh Bernapas Lega, 2 Bos Vaksin Covid-19 yang Dipercaya Paling Ampuh Ini Yakin Pandemi Bisa Berakhir Dalam Waktu Dekat, Intip Prediksi Waktunya

Sampel virus pun dikumpulkan oleh Institut Virologi Wuhan sedangkan ilmuwan India menyebut bahwa RaTG13 adalah kerabat dekat SARS-CoV-2.

Namun rekan Prancis mereka, bagaimanapun juga telah mengklaim sebaliknya.

Dikutip dari laman Sputnik News, Minggu (10/10/2021), menurut temuan awal penelitian mereka yang akan diterbitkan tahun depan, individu yang terinfeksi RaTG13 menunjukkan gejala yang sangat berbeda dari yang ditunjukkan oleh pasien Covid-19.

Ilmuwan Prancis ini juga mempertanyakan mengapa para dokter dan orang-orang yang berhubungan dekat dengan para penambang China itu tidak jatuh sakit.

Studi retrospektif dari laporan medis para penambang menunjukkan bahwa tidak seperti pasien Covid-19, gejala yang mereka rasakan adalah batuk darah dan lendir.

Baca Juga: Bikin Syok Satu Dunia, Selama Ini Mati-matian Tuduh Bocor dari Laboratorium Wuhan, Mantan Orang Dalam Partai Komunis China Malah Bongkar Asal Usul Covid-19, Mau Disebar di Acara Ini

CT scan menunjukkan para penambang ini tidak memiliki jaringan parut paru-paru yang terlihat pada banyak pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.

"Orang juga harus bertanya-tanya mengapa virus yang membunuh lebih dari 5 juta dan menginfeksi lebih dari 200 juta orang itu dalam 18 bulan ini tidak menyebabkan penyakit apapun pada 7 tahun lalu, yakni dari 2012 hingga 2019," tulis penelitian tersebut.

(*)