Penulis
Intisari-online.com - China terus menempel ketat Taiwan, dengan mengirimkan angkatan udaranya.
Bahkan seorang pejabat Taiwan sampai membocorkan bahwa dalam lima tahun ke depan tepatnya tahun 2025, China akan melakukan serangan ke Taiwan.
Ketegangan yang terus meningkat dan membuah hubungan Taiwan dan China semakin memburuk membuat Amerika harus turun tangan untuk mengatasi konflik.
Presiden AS Joe Biden mengatakan dia berbicara dengan Presiden China Xi Jinping tentang Taiwan.
Perkembangan di atas datang dalam konteks ketegangan di Selat Taiwan yang terus meningkat terkait dengan langkah angkatan udara China untuk menembus zona identifikasi pertahanan udara pulau itu.
"Saya berbicara dengan Tuan Xi tentang Taiwan. Kami sepakat kami akan mematuhi perjanjian Taiwan," kata Biden pada 5 Oktober.
"Kami telah menjelaskan bahwa saya tidak berpikir dia(Xi Jinping)harus melakukan apa pun selain tetap pada kesepakatan itu," tambah Biden.
Menurut Reuters, Biden tampaknya mengacu pada "kebijakan satu China" Washington yang sudah berlangsung lama, di mana ia secara resmi mengakui Beijing, bukan Taipei, dan Undang-Undang Hubungan Taiwan.
Dengan jelas menyatakan: bahwa keputusan AS untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Beijing bukannya Taiwan bergantung pada harapan bahwa masa depan Taiwan akan ditentukan dengan cara damai.
Biden juga tampaknya merujuk pada panggilan telepon 90 menit dengan Xi pada 9 September, yang pertama antara kedua pemimpin dalam tujuh bulan.
Pada panggilan telepon pada bulan September, kedua belah pihak membahas perlunya memastikan bahwa persaingan antara dua ekonomi terbesar dunia tidak berubah menjadi konflik.
Pertukaran Biden dengan wartawan di Gedung Putih terjadi setelah pemimpin AS itu kembali dari perjalanan ke Michigan untuk mengumumkan paket pengeluaran.
Taiwan mengatakan pihaknya mendeteksi 148 pesawat angkatan udara China di wilayah selatan dan barat daya pulau ADIZ dalam empat hari mulai 1 Oktober.
Pada 4 Oktober, Amerika Serikat mengkritik China karena keterlibatannya dalam penyusupan 56 pesawat militer China ke ADIZ Taiwan, menekankan bahwa langkah ini merusak perdamaian dan stabilitas di kawasan itu.
Menurut Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki pada 4 Oktober, AS mendesak China untuk menghentikan tekanan dan paksaan militer, diplomatik dan ekonominya terhadap Taiwan.
"Komitmen kami untuk Taiwan tegas dan berkontribusi pada pemeliharaan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan dan di kawasan itu," katanya.
"Dunia telah menyaksikan bahwa China melanggar perdamaian regional dan menekan Taiwan," kata To Trinhchang, kepala cabang eksekutif Taiwan pada 5 Oktober, dan mendesak orang-orang untuk padat".
China selalu menganggap Taiwan sebagai wilayahnya dan tidak menutup kemungkinan menggunakan kekuatan untuk reunifikasi, dan menganggap Taiwan sebagai isu yang paling sensitif dan penting dalam hubungannya dengan AS.
China telah meningkatkan tekanan militer dan diplomatik di Taiwan sejak pemimpin Taiwan Tsai Ing-wen pertama kali menjabat pada tahun 2016, dan telah berusaha memaksa Taipei untuk menerima klaim kedaulatan Taiwan.