Intisari-online.com - Ketegangan China dan Taiwan terus meningkat dari waktu ke waktu membuat kedua negara di ambang peperangan.
Ketegangan tersebut juga meningkat dalam secara serius setelah muncul skala besar yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pesawat Militer China melakukan provokasi di zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) yang didirikan oleh Taiwan.
Kepala Badan Bela Diri Taiwan , Chiu Kuo Cheng, pada 6 Oktober mencatat bahwa ketegangan antara Taiwan dan China telah mencapai titik tertinggi sepanjang masa.
Setelah puluhan pesawat militer agresi Beijing terbang ke ADIZ yang didirikan Taiwan.
Menurut Reuters, Kamis (7/10/21), Qiu membuat catatan tersebut selama pertemuan ketika diminta untuk mengomentari ketegangan militer saat ini antara China daratan dan pulau Taiwan.
Kepala Badan Bela Diri Taiwan mengakui bahwa tindakan Beijing adalah "yang paling serius" dalam lebih dari 40 tahun.
Qiu menekankan bahwa situasi saat ini meningkatkan kemungkinan "konflik" di Selat Taiwan.
"Sebagai seorang militer, saya menemukan hal-hal yang sangat mendesak," kata Qiu, sebelum meminta pejabat Taiwan untuk melihat kemungkinan bahwa China daratan dapat merebut kembali pulau itu dalam beberapa tahun ke depan.
"Pada tahun 2025, China mungkin akan melakukannya. Saat ini, Beijing mampu mengambil kembali pulau itu, tetapi tidak mudah bagi mereka untuk memulai perang. Beijing memiliki banyak hal lain untuk dipertimbangkan," kata Qiu.
Komentar Khau muncul setelah pernyataan serupa oleh pemimpin Taiwan Tsai Ing-wen, yang baru-baru ini menyerukan AS untuk meningkatkan kehadirannya di wilayah tersebut.
Dalam sebuah artikel untuk Urusan Luar Negeri (AS), Tsai Ing-wen menulis bahwa akan ada konsekuensi "bencana" jika Taiwan jatuh.
China selalu menganggap Taiwan sebagai bagian tak terpisahkan dari wilayahnya dan siap menggunakan kekuatan untuk reunifikasi jika diperlukan.
Sedangkan Taiwan menyatakan mereka adalah negara merdeka yang mempertahankan kebebasan serta demikrasinya.
Taiwan pun menyalahkan China atas ketegangan tersebut.
"Pada tahun 2025, China mungkin akan membawa biaya dan gesekan ke titik terendah, ia memang memiliki kapasitas namun tidak akan memulai perang dengan mudah," jelas Menhan Taiwan.
Amerika saat ini menjadi pemasok militer utama Taiwan, menyatakan dukungan untuk Taiwan dan mengkritik China.
Beijing menyalahkan Washington yang mendukung Taiwan serta menjual senjatanya.
Beijing juga mengutuk tindakan AS yang mengirim kapal perang ke Selat Taiwan, untuk meningkatkan ketegangan.
Pengeluaran militer Taiwan selama 5 tahun mendatang akan digunakan untuk membeli senjata angkatan laut, anti kapal dan sistem rudal darat.