Penulis
Intisari-Online.com - Saat hampir seluruh dunia gempar dan cenderung menentang rencana pembangunan 8 kapal selam nuklir di Australia lewat Pakta AUKUS, Filipina justru sebaliknya.
Filipina dengan tergas menyatakan dukungannya kepada rencana Australia membangun kapal selam nuklir.
Mereka juga justru menilai kehadiran pakta AUKUS, yang akan disusul kehadiran kapal selam nuklir tersebut, akan membuat keseimbangan di kawasan Indo-Pasifik.
Hal ini dinyatakan secara langsung oleh Menteri Luar Negeri Filipina, Teodoro Locsin, Selasa (21/9/2021), seperti dikutip dari Kontan.co.id.
Dalam pernyataan resminya, Locsin menilai pakta AUKUS bisa memulihkan dan menjaga keseimbanga, alih-alih menimbulkan kekacauan.
Sementara itu melansir Global Nation, pada Kamis 30/9/2021, Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan bahwa China telah mencoba untuk menentang peninjauan kembali Perjanjian Pertahanan Bersama (MDT) Filipina-AS 1951.
Pada acara online yang diselenggarakan oleh forum Stratbase ADRi untuk menandai peringatan 70 tahun MDT, Lorenzana mengungkapkan bahwa mantan duta besar China untuk Manila datang kepadanya ketikad ia pertama kali membahas peninjauan kembali MDT.
“Sementara AS menyambut gagasan untuk meninjau kembali Perjanjian Pertahanan Bersama, pihak luar tidak,” kata Lorenzana.
“Ketika saya pertama kali mengemukakan gagasan untuk meninjau kembali MDT, mantan duta besar China datang kepada saya dan berkata:
'Tolong jangan sentuh MDT. Biarkan apa adanya',” kata pejabat pertahanan Filipina.
Lorenzana pertama kali mengungkapkan upaya tidak resmi untuk meninjau MDT dengan Amerika Serikat pada akhir 2018. Dia tidak menyebutkan nama pejabat China, tetapi saat itu duta besar China untuk Filipina adalah Zhao Jianhua.
Filipina telah berusaha untuk meninjau MDT, yang menyerukan kedua negara untuk saling membantu jika terjadi serangan bersenjata di Pasifik, di tengah agresi China yang sedang berlangsung di Laut Filipina Barat.
“Apakah MDT masih relevan atau harus dibatalkan, diganti atau direvisi? Pertanyaan-pertanyaan ini rumit karena masing-masing berimplikasi pada keamanan kedua belah pihak dan individu,” kata Lorenzana dalam forum tersebut.
“Bagaimana MDT cocok dengan situasi saat ini di kawasan? Apakah perjanjian bilateral lebih baik daripada multilateral? Apakah sudah waktunya untuk membuat pengaturan seperti NATO?” kata lorenzana.
Tinjauan MDT dapat mengatasi banyak masalah keamanan, termasuk zona abu-abu China dan taktik kubis di Laut China Selatan, kata pejabat tinggi pertahanan Filipina.
Lorenzana mengatakan jelas bahwa China menentang setiap resolusi klaimnya untuk memiliki hampir seluruh Laut China Selatan, termasuk Laut Filipina Barat, yang tidak akan menguntungkannya.
“Ia tahu bahwa agresi apa pun yang diperlukan dapat berdampak pada MDT,” katanya.
(*)