Intisari-Online.com - China sering kali dituduhmelakukan eksperimen senjata biologis.
Kali ini China kembali dituduh melakukanmelakukan eksperimen senjata biologis olehWei Jingsheng.
Wei Jingsheng adalah seorang aktivis hak asasi manusia dan pembelot yang terkenal.
Baru-baru ini, dia membuat klaim saat diwawancarai untuk buku buatan Sharri Markson (37) yang berjudul'What really happened in Wuhan'.
Dalam bukunya,Markson memfokuskan penyelidikannya pada wabah Covid-19.
Akan tetapi jurnalis Australia itu juga berusaha menghubungkan sejarah ilmu kedokteran Beijing dengan militer China.
Menurut The Sun, Wei mengklaim China telah melakukan eksperimen pada manusia yang semakin berbahaya seiring berjalannya waktu.
Salah satunya denganmenuduh China melakukan eksperimen senjata biologis 'gaya Nazi'.
Markson kemudian membandingkan eksperimen tersebut dengan pengujian tidak manusiawi yang dilakukan oleh Nazi dalam Perang Dunia 2.
Josef Mengele, yang dikenal sebagai Malaikat Maut, sering menguji para tahanan di Auschwitz.
Orang-orang Yahudi, tentara Soviet, orang cacat, dan anak-anak termasuk di antara mereka yang disiksa secara medis.
Wei juga menuduh bahwa eksperimen China telah dilakukan oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Militer, yang merupakan sayap medis Tentara Pembebasan Rakyat.
Namun, saat ini aktivis hak asasi manusia China percaya bahwa Akademi Ilmu Pengetahuan Militer telah mengalihkan fokusnya untuk mempelajari perang nuklir dan perang kuman/bakteri.
"Ada 'peleton latihan' tentara yang terdiri dari pria muda yang kuat dan sehat yang makan makanan terbaik, untuk hasil eksperimen tubuh manusia," jelasWei Jingsheng seperti dilansir dariexpress.co.uk pada Kamis (30/9/2021).
"Menggunakan sejumlah besar tentara sebagai kelinci percobaan di lapangan untuk penelitian medis militer adalah hal yang terkenal di China."
Beijing baru-baru ini kembali dituduh melakukan eksperimen bergaya Nazi.
Eksperimen kali ini konon dilakukan terhadap komunitas Muslim Uyghur di provinsi Xinjiang.
Namun Partai Komunis China dengan marah membantah tuduhan tersebut.
Markson, yang berbasis di Sydney, juga mewawancarai para ahli tentang bagaimana menurut mereka virus itu menyebar dari Wuhan.