Para Jenderalnya Jadi Korban Penculikan PKI, Terkuak Ternyata Presiden Soekarno Berada di Tempat Ini Saat Peristiwa G30S Terjadi, Hanya Berjarak 10 Km dari Lokasi Pembantaian

Mentari DP

Penulis

Di mana Presiden Soekarno pada malam peristiwa G30S/PKI?

Intisari-Online.com - Hari ini, Kamis tanggal 30 September 2021 adalah peringatan 56 tahunperistiwa G30S/PKI.

Seperti yang kita tahu,peristiwaG30S/PKI merupakan salah satu momen terburuk dalam sejarah Indonesia.

Bahkan peristiwa tragis itu sepertinya tidak akan pernah terlupa oleh Bangsa Indonesia.

Baca Juga: Selama Ini Tidak Ada yang Tahu, Cukup Tambahkan 1 Bahan Ini Saat Masak Nasi,Dijamin Kalorinya Turun 50%, Efeknya Bikin Seluruh Wanita di Indonesia Kegirangan!

Bagaimana tidak, enamperwira tinggi TNI Angkatan Darat dan beberapa orang lainnya olehPKI atau Partai Komunis Indonesia.

Ke 7 korbanperistiwaG30S/PKI itu kini kita sebut sebagai Pahlawan Revolusi.

Diketahui, sebelum membunuh para jenderal TNI itu, mereka diculik pada malam sebelumnya.

Nah, setelah peristiwa itu terjadi banyak yang bertanya di mana Jenderal Soeharto berada?

Sebagai salah satu Jenderal TNI, diduga Jenderal Soeharto akan menjadi salah satu korban penculikan.

Namun ternyata dia tidak menjadi korban penculikkan dan selamat.

Baca Juga: Muncul Sebagai PahlawanBahkan Jadi Presiden Indonesia Berikutnya, Terungkap Alasan Soeharto Tidak Ikut Diculik dan Dibunuh oleh PKI Saat Peristiwa G30S Terjadi

Bahkan pada akhir peristiwaG30S/PKI, Soeharto muncul sebagai pahlawan. Karena dialah yang berakhir menyelesaikan kasus ini.

Lalu bagaimana dengan peran Soekarno?

Sebagai Presiden Indonesia pada saat itu, di mana Presiden Soekarno berada pada malam tragedi berdarah itu?

Dilansir dariTribunBatam.id pada Kamis (30/9/2021),lokasiPresiden Soekarno pada malam tragedi G30S/PKI iti terungkap dalam bukuMaulwi Saelan Penjaga Terakhir Soekarno.

Dan ternyata pada malam itu, Bung Karno tengah begadang dan diasama-sekali ttidak tahu akan adanya penculikan para Jenderal TNI.

Pada malam itu, tanggal 29 September 1965,BungKarnopunya jadwal menghadiri acara Musyawarah Nasional Teknik (Munastek) di Istora Senayan, Jakarta.

Dan Munastek itu tersebut diprakarsai oleh pemimpin Angkatan Darat dan Persatuan Insinyur Indonesia (PII).

Beberapa orang yang juga hadir dalam acara itu adalahBrigjen Hartono Wirjodiprodjo yang kala itu menjabat sebagai Direktur Pelalatan AD.

LaluMenteri Pengairan Dasar saat itu, Ir PC Harjo Sudirdjo.

Brigjen Hartono lalu menjemput Bung Karno di Istana Merdeka dan mengawalnya ke lokasi acara.

Baca Juga: Susah Mati Walau Diberondong Timah Panas, Beginilah Eksekusi Anggota PKI yang Gunakan Ilmu Kebal Saat Dieksekusi Mati, Konon Bisa Mati Setelah Ucapkan Kalimat Ini

Keberangkatan Bung Karno jugadidampingi oleh pengawal pribadinya Kolonel Maulwi Saelan dan ajudannya Kolonel Bambang Widjanarko.

BahkanSoekarno sempat melambaikan tangan kepada orang-orang yang ada di sana.

Terdengar jugateriakan “Merdeka”, “HidupBungKarno”, dan “Viva Pemimpin Besar Revolusi” dari para hadirin.

AcaraMunastekitu sendiri selesaisekitar pukul 23.00 WIB. Dan Bung Karno lantas kembali ke Istana Merdeka bersama pengawal pribadi dan ajudan.

Merasa tidak ada lagi tugas pengawalan, Maulwi kemudian melapor kepadaSoekarnountuk pulang ke rumahnya.

Maulwi pun pulang ke rumahnyadi Jalan Birah II No.81, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sekitar pukul 24.00 WIB.

Namun Maulwi tidak pernah tahu bahwaBung Karno pergi secara diam-diam dari istana.

Bahkan dia hanya dikawal Kompol Mangil dan timnya yang berpakaian preman.

TernyataBung Karnosedang menuju rumah istri termudanya, Ratna Sari Dewidi Jalan Gatot Subroto.

Akan tetapiRatna SariDewi rupanya tengahmenghadiri malam resepsi di Hotel Indonesia yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Irak di Jakarta.

LantasBungKarnopun menyusul ke Hotel Indonesia. Tapi dia tidak masuk.

Baca Juga: Jadi Perisai Sang Ayah, Ade Irma Suryani Harus Merenggang Nyawa Akibat Kekejaman G30S/PKI

JustruBung Karno menunggu di parkiran hotel bersamaa Soeparto, sopir pribadi Presiden.

Lalu mereka menjemput Ratna Sari Dewi dengan dikawal anak buah Mangil, Ajun Inspektur II Sudiyo.

Setelah rombongan kembali ke rumahRatnaSariDewi.

Di saat yang sama, di timur Jakarta yang hanya berjarak sekitar 10 km dari rumahRatnaSariDewi, telah terjadi penculikan para Jenderal oleh PKI.

Presiden Soekarno sendiri baru mengetahui informasi pembantaian para jenderal itu pada keesokkan harinya, yaitu pada 1 Oktober 1965 jelang siang hari.

Baca Juga: Wawan Wanisar Pemeran Pierre Tendean di Film G30S/PKI Meninggal Dunia: Sosok Pierre Tendean yang Tampan dan Rebutan Para Jenderal

Artikel Terkait