Penulis
Intisari-Online.com - Kabar duka kembali datang dari dunia hiburan Indonesia.
Wawan Wanisar, seorang aktor senior, meninggal dunia pada Senin (29/3/2021).
Dilansir darikompas.tv pada Selasa (30/3/2021), Wawan meninggal di usia 71 tahun.
Kabar duka itu disampaikan oleh aktor senior lainnya, Deddy Mizwar.
Ketua Humas Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi), Evry Joe, juga membenarkan kabar duka tersebut.
Semasa hidupnya, Wawan Wanisar telah membintangi banyak judul film dan meraih banyak penghargaan.
Bahkan diamengawali kariernya di dunia peran dengan film "Pengkhianatan G30S/PKI" tahun 1982 sebagai Letnan Satu Pierre Tendean.
KisahLetnan Pierre Tendean
Saat kejadianG30S/PKI, Pierre Tendean masih berusia 26 tahun dan dia bertugas sebagai ajudan Jenderal Nasution.
Banyak yang percaya bahwaPierre Tendean sejatinya punya masa depan cerah nan indah.
Tapi, tragedi 1 Oktober 1965 dini hari telah menghancurkan segalanya.
Ia menjadi satu dari tujuh Pahlawan Revolusi yang menjadi korban Gerakan 30 September (G30S).
Anak kesayangan keluarga
Pierre Andries Tendean adalah bungsu dari tiga bersaudara buah cinta A.L. Tendean dan Cornel M.E yang berdarah Prancis.
Sejak lahir, laki-laki yang berulang tahun tiap 21 Februari ini merupakan anak kesayangan keluarga.
Bukan lantaran dia satu-satunya anak lelaki di situ, tapi lebih karena Pierre adalah sosok yang mudah bergaul dan cerdas.
Bulan November 1958 Pierre diterima dan masuk pendidikan Akademi Teknik Angkatan Darat (Aktekad) di Bandung.
Tahun 1962 lulus dengan sangat memuaskan dan dilantik sebagai Letnan Dua.
Menjadi pusat perhatian
Pierre yang tampan, gagah, menjadi bintang semasa taruna.
Bukan hanya karena ia selalu menjadi pusat perhatian dalam pertandingan voli dan bola basketa.
Bukan di kalangan para pemudi saja, tetapi juga di antara teman-teman seangkatan maupun para pelatih Pierre.
Karena ketampanannya itulah Pierre dijuluki "Robert Wagner dari Panorama", seorang bitang film tampan dan Amerika.
Humor yang banyak dipelajari dari pergaulan di Jawa Tengah mempermudah dan memperluas pergaulan Pierre.
Pierre mempunyai pengalaman dalam berbagai tugas.
Sebelum menjadi ajudan A.H. Nasution, Pierre "diperebutkan" untuk menjadi ajudan Jendral Hartawan dan Jendral Dandi Kadarsan.
Tetapi kemudian, seperti diketahui Pierre menjadi ajudan Jendral Nasution. Ketika itu pangkatnya naik menjadi Letnan Satu.
Secara resmi, Lettu Pierre menjadi ajudan resmi tanggal 15 April 1965.
Pierre baru bertugas sebagai ajudan Pak Nas lima setengah bulan.
Sebenarnya masih banyak yang bisa diberikan oleh prajurit setia ini.
Sebetulnya dia masih ingin mengecap kesenangan dunia: menjenguk Mama, mengawini Rukmini putri bapak Chaimin di Medan.
Tapi Tuhan memutuskan lain. Prajurit muda menghadap-Nya. Bersama iringan doa sebagian terbesar rakyat Indonesia.
Suatu hari, jika kita lewat jalan dengan namanya, kita mengenang kepahlawanannya, terilhami pengabdiannya.
(Moh. Habib)