Find Us On Social Media :

Bakal Jadi Simbol Paripurna Kekayaan Orang-orang Terkaya Sejagat, Superyacht Ini Bikin Nuklir yang Menakutkan Menjelma Jadi Calon Penyelamat Bumi, Kok Bisa?

By Muflika Nur Fuaddah, Selasa, 28 September 2021 | 17:39 WIB

Earth 300 adalah proyek sangat ambisius bikinan Aaron Olivera.

Intisari-Online.com - Bumi tempat kita hidup selalu membuat kejutan-kejutan, termasuk para manusianya yang punya inovasi menarik.

Kali ini dengan menciptakan kapal untuk penelitian bertenaga nuklir seukuran kapal pesiar yang dilegkapi dengan 22 laboratorium.

Menurut Science Focus, superyacht ini sedang dibangun oleh seorang pengusaha 'gila' dan ketika diluncurkan pada tahun 2025, kapal dapat menampung 450 orang.

Siapakah orang-orang yang akan ditampung? Ya mereka termasuk ilmuwan, pencinta lingkungan dan miliarder.

Baca Juga: Kengerian Eksperimen Ilmuwan Rusia Sergei Bryukhonenk, Mampu Menghidupkan Kepala Anjing yang Sudah Terpenggal dengan Mesin Canggihnya

The Earth 300 adalah proyek sangat ambisius bikinan Aaron Olivera untuk membangkitkan kesadaran publik terhadap perubahan iklim.

Dia menggambarkan kapal ini sebagai Obor Olimpiade sains global.

“Ini dirancang tidak hanya untuk menarik perhatian orang tetapi juga hati dan imajinasi mereka,” kata Olivera kepada Science Focus.

“Jika kita ingin membuat perubahan besar dan berani, kita membutuhkan bantuan semua orang, dan yang kami maksud adalah semua orang, segala usia, latar belakang, dan bahkan semua bidang kecerdasan.”

Baca Juga: Hati-Hati!, Dunia Kembali Terancam Dengan Varian Baru Covid-19 Bernama Mu, Benarkah Varian Ini Bakal Lebih Berbahaya Dari Varian Delta, Ini Penjelasan Ilmuwan!

Kapal itu akan memiliki panjang hampir 300m dan menampilkan 'bidang sains' 13 lantai.

Olivera ingin menyatukan tim ilmuwan bergaya Avengers yang bekerja dalam berbagai disiplin ilmu untuk berkolaborasi mencari solusi perubahan iklim.

Tentunya, dengan teknologi canggih untuk membantu mereka.

Dilengkapi dengan sensor bawaan, kecerdasan buatan, robotika, mesin pembelajaran, dan pemrosesan data real-time, kapal ini juga akan menampung komputer kuantum komersial pertama di dunia.

Baca Juga: Ilmuwan Rusia Menghidupkan Kembali Zombie Berusia 24.000 Tahun, Teknologi Serupa Secara Hipotesis Mampu Digunakan pada Manusia

Hal itu diperlukan untuk menangani sejumlah besar data yang dikumpulkannya.

Olivera mengatakan Earth 300 akan menjadi sumber terbuka, informasinya akan dibagikan dengan ilmuwan iklim lainnya.

Kapal ini juga nol-emisi, didukung oleh energi atom dari reaktor garam cair onboard.

Digambarkan sebagai paket baterai atom, kapal ini didasarkan pada teknologi yang dibuat oleh TerraPower, sebuah perusahaan 'inovasi nuklir' yang didirikan oleh Bill Gates.

Baca Juga: Gawat! Baru Bernapas Lega Bisa Kurangi Penyebaran Varian Delta, WHO Umumkan Varian Covid-19 yang Jauh Lebih Berbahaya dan Menakutkan, Varian Mu Namanya

“Saat ini, baik komputasi kuantum maupun reaktor garam cair belum pernah dipasang di kapal,” kata Olivera.

“Keduanya membutuhkan tingkat teknik yang ekstrem untuk mencapai tahap itu."

"Kemudian kita dapat berbicara tentang fakta bahwa kapal ini akan dilengkapi satu juta sensor di atasnya."

"Pada dasarnya akan dibangun sebagai komputer terapung dan itu akan menantang.”

Tak satu pun dari teknologi ini yang murah, tentu saja.

Eksekutif Earth 300 percaya kapal itu akan menelan biaya hingga Rp 10 triliun.

Baca Juga: PPKM Terus Berlanjut, Sedangkan Kasus Covid-19 Masih Terus Bertambah, Ilmuwan Beberkan Kapan Indonesia Bisa Bebas dari Pandemi, Ini Syaratnya

Investasi swasta dan sejumlah kemitraan membantu mendanai proyek tersebut, tetapi mereka juga akan menjual tiket VIP kepada turis kaya.

Dengan Rp 42 miliar, Anda dapat membeli pelayaran VIP 10 hari di kapal, tinggal di tempat mewah dengan kursi barisan depan untuk ilmu yang mengubah permainan.

Olivera dan timnya percaya bahwa pemikiran radikal diperlukan untuk memperkuat penelitian baru dan minat baru dalam perubahan iklim, dan kelangsungan hidup kehidupan di Bumi.

Sementara Elon Musk dan Jeff Bezos mengincar Bulan, Mars, dan sekitarnya, Olivera memfokuskan usahanya di planet biru ini.

“Kita hidup pada momen penting dalam sejarah manusia dan menghadapi tantangan terbesar bagi peradaban kita sejak awal umat manusia,” kata Olivera.

Baca Juga: Sempat Bernasib Seperti Indonesia, Negara Asia Tenggara Ini Malah Ingin Ikuti Jejak Singapura Hidup Bersama Covid-19, Apa Kata Ilmuwan?

“Tetapi kita juga hidup di masa di mana kita memiliki akses ke talenta, alat, dan teknologi untuk mengatasi tantangan signifikan apa pun."

"Kami tidak melihat alasan untuk tidak berpikir besar, kami ingin membangunkan dunia dan membawa kesadaran baru yang memungkinkan kami untuk melihat diri kami sebagai biosfer di mana kami dapat berkumpul dan memecahkan masalah apa pun.”

(*)