Find Us On Social Media :

Dulu Kebelet Ingin Hidup Berdampingan dengan Covid-19, Negara Tetangga Indonesia Ini Malah Alami Kondisi Mengerikan, Padahal Indonesia Mulai Berhasil Turunkan Lonjakan Covid-19

By Afif Khoirul M, Selasa, 28 September 2021 | 10:23 WIB

Ilustrasi Covid-19

Intisari-online.com - Indonesia sebelumnya sempat alami lonjakan tajam akibat Covid-19.

Pemerintah langsung bertindak dengan kembali melakukan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sejak Juli lalu.

Alhasil selama hampir 3 bulan, penurunan terjadi di Indonesia dan kini mendekati tren positif untuk mengurangi lonjakan Covid-19.

Namun, membaiknya situasi di Indonesia, ternyata tak dibarengi dengan situasi di negeri tetangganya.

Baca Juga: Viral Isu Amerika Serikat Terancam Tak Bisa Bayar Utang, Rupanya AS Punya Utang Rp15.256 ke China, Risiko Ini Akan Diterima AS Jika Tak Sanggup Bayar Utang!

Negara yang lebih dahulu membuka daerahnya untuk hidup berdampingan dengan Covid-19 ini justru alami kondisi mengerikan.

Menurut Chanel News Asia Minggu (26/9/21), Singapura mencatatkan jumlah infeksi baru tertinggi sejak epidemi Covid-19 muncul tahun lalu.

Sebanyak lebih tinggi dari 1.650 infeksi yang tercatat pada 24 September.

Dari 1.939 infeksi baru, 1.934 berada di komunitas, termasuk 398 di asrama. Jumlah kasus terinfeksi Covid-19 di atas 60 tahun pada 26 September sebanyak 417 kasus.

Baca Juga: Wacana Vaksin Covid-19 Dosis Ketiga, Begini Skema yang Akan Disiapkan oleh Pemerintah, Gratis atau Akan Berbayar?

Kementerian Kesehatan Singapura juga mengumumkan dua kematian lagi akibat Covid-19, sehingga jumlah total kematian akibat penyakit tersebut di Singapura menjadi 78.

Pada September saja, Singapura mencatat 23 kematian, level tertinggi dalam sebulan.

Dua kematian baru di Singapura adalah orang berusia di atas 60 tahun dan memiliki kondisi medis yang mendasarinya, tidak pernah menerima vaksin Covid-19.

Hingga 26 September, Singapura mencatat total 87.892 kasus Covid-19.

Singapura sebanyak 1.203 pasien Covid-19 dirawat di rumah sakit, termasuk 172 kasus parah dan 30 kasus membutuhkan oksigen kritis membutuhkan perawatan agresif (ICU).

Ada 168 kasus parah terjadi pada orang berusia di atas 60 tahun.

Dalam 28 hari terakhir, 98% infeksi komunitas di Singapura tidak menunjukkan gejala atau ringan. Tingkat orang yang divaksinasi lengkap dengan vaksin dan dipastikan terinfeksi Covid-19 adalah 51,6%.

Wabah terbesar yang tercatat pada 26 September di Singapura terjadi di pusat grosir Panjang, dengan 64 kasus.

Pusat tersebut akan ditutup selama 3 hari untuk disinfeksi, yang untuk sementara mempengaruhi perdagangan buah dan sayuran di Singapura.

Baca Juga: Inilah Obat Antivirus yang Bisa Diminum Guna Cegah Covid-19, Baru Mau Dicoba Pfizer, Seperti Apa Bentuknya?

Pada 24 September (waktu setempat), Singapura menyatakan telah memutuskan untuk memperketat pembatasan untuk mencegah epidemi Covid-19 dalam konteks jumlah kasus masuk harian yang meningkat pesat.

Reuters mengatakan bahwa meskipun Singapura adalah negara dengan tingkat vaksinasi tertinggi di dunia, jumlah kasus baru Covid-19 di sini telah melampaui 1.000 kasus dalam beberapa hari terakhir.

Puncaknya pada 23 September, Singapura mencatat rekor tertinggi kasus positif SARS-CoV-2 dalam sehari dengan 1.504 orang.

Dalam sebuah pernyataan pada 24 September, Kementerian Kesehatan Singapura Ong Ye Kung mengatakan, "Banyak orang dengan Covid-19 dengan gejala ringan masih pergi ke rumah sakit untuk perawatan, tetapi kami melihat ini tidak terlalu diperlukan."

Diketahui sekitar 82% penduduk Singapura telah divaksinasi lengkap dengan 2 dosis vaksin.

Akibatnya, 98% kasus baru Covid-19 yang tercatat di negara tersebut tidak menunjukkan gejala atau hanya memiliki gejala ringan.

Namun, pejabat Singapura mengatakan bahwa lonjakan kasus baru dalam beberapa hari terakhir menjadi tantangan bagi sistem kesehatan di negara ini.

Oleh karena itu, Singapura telah memutuskan untuk memperketat peraturan tentang pencegahan Covid-19.

Secara khusus, orang hanya akan diizinkan untuk berkumpul tidak lebih dari 2 orang di tempat umum, bukan 5 orang seperti saat ini.

Baca Juga: Bisa Bikin Seantero Dunia Keheranan, Cuma di Negara Ini Akui Tak Ada Satupun Orang Terinfeksi Covid-19, Alasannya Bikin Geleng-Geleng Kepala

Para lansia dihimbau untuk tetap berada di rumah. Kantor pindah ke kerja jarak jauh. Siswa sekolah dasar terus belajar online hingga 7 Oktober.

Taman kanak-kanak masih buka, tetapi orang tua didorong untuk menjaga anak-anak mereka di rumah. Peraturan ini akan berlaku mulai 27 September hingga 24 Oktober.

Gan Kim Young, Menteri Perdagangan Singapura, mengatakan keputusan untuk memperketat pembatasan adalah keputusan yang sangat sulit karena akan berdampak serius baik bagi bisnis maupun masyarakat.

Namun, dia mengatakan pembatasan akan membantu membatasi jumlah kasus Covid-19 dan mengurangi beban tenaga medis.

Pejabat kesehatan mengatakan jumlah kasus baru Covid-19 di Singapura telah berlipat ganda dalam waktu sekitar delapan hari.

Oleh karena itu, tanpa tindakan pencegahan epidemi, jumlah kasus per hari bisa mencapai 6.000 kasus dalam beberapa minggu ke depan.