Intisari-online.com - Belakangan sebuah isu soal Amerika Serikat terancam gagal bayar utang mulai terdengar.
Negara adidaya tersebut, memiliki jumlah utang yang tak sedikit, dan terancam tak bisa membayarnya.
Ini disebabkan karena situasi pandemi Covid-19 yang membuat perekonomian negeri paman sam terkena dampaknya.
Alhasil, utang dalam jumlah besar pun kesulitan untuk dibayar oleh Amerika Serikat.
Menurut Kompas.com, pasa Senin (27/9/21), Amerika Serikat, terancam tak sanggup membayar utangnya pada bulan Oktober.
Washington, terlilit utang hinggga lebih dari 28 triliun dollar AS, atau sekitar Rp400.000 triliun.
Jika tak sanggup membayar utang tersebut, ada bahaya besar yang mengintai Amerika Serikat.
Padahal saat ini AS sedang berupaya untuk pulih dari keterpurukan ekonomi akibat Covid-19.
Selain itu, mungkin Anda bertanya-tanya siapa yang memberikan utang dalam jumlah sebanyak itu pada Amerika?
Menurut Investorpedia, sekitar seperempat utang Amerika berasal dari utang intrapemerintah.
Utang intrapemerintah adalah utang pemerintah AS, kepada badan-badan federal lainnya.
Sisanya, adalah utang publik di mana pemerintah asing dan investor memegang sekitar 30 persen dari utang publik.
Salah satu pemerintah asing yang menjadi pemberi utang dalam jumlah besar ke AS adalah China.
China merupakan negara terbesar kedua di dunia yang memberikan pinjaman kepada Amerika.
Utang Amerika pda China dikatakan sekitar 1.07 triliun dollar AS atau sekitar Rp15.256 triliun, pada April 2020.
China disorot karena menjadi salah satu negara pemberi utang terbanyak ke pemerintah AS, karena ekonominya yang berkembang pesat.
Dengan demikian, China menjadi negara kedua yang memberikan pinjaman terbesar ke AS setelah Jepang.
China sendiri telah banyak melepaskan kepemilikian surat utang saat perang dagang antara AS dan China terjadi.
Jumlah kepemilikan surat utang saat ini adalah yang terendah dalam dua tahun terakhir.
Sementara itu, jika Amerika tak sanggup membayar utang tersebut, ternyata ada risiko yang menanti.
Perusahaan jasa keuangan Moody's Analytics memperingatkan jika AS gagal bayar utang, negara tersebut akan jatuh pada jurang resesi.
Tak hanya itu, perusahaan tersebut resesi yang dialami oleh Amerika kali ini akan lebih mengerikan dibanding Great Recession.
Itulah risiko yang menanti negara sekelas Amerika jika terbukti gagal bayar utang pada bulan Oktober mendatang.