Penulis
Intisari-Online.com - Laksamana Zheng He atau lebih dikenal Laksamana Cheng Ho adalah salah satu tokoh muslim ahli geografi yang berperan penting dalam sejarah penjelajahan dunia.
Bahkan, ia disebut-sebut sebagai orang yang menemukan Benua Amerika dan Australia sebelum Christopher Columbus.
Dia merupakan penjelajah terkenal dari China yang mengembara antara 1405-1433.
Selama kurang lebih 28 tahun, ia pernah melakukan ekspedisi ke berbagai negeri di Afrika dan Asia, termasuk Indonesia.
Saat itu, armadanya terdiri 307 kapal yang membawa sekitar 27.000 pelaut.
Bahkan hingga saat ini, belum ada yang dapat melebihi armada yang dimiliki Laksamana Cheng Ho.
Namanya pun tidak asing di Indonesia, karena diyakini turut menyebarkan agama Islam di nusantara.
Awal kehidupan
Laksamana Cheng Ho lahir di Yunnan pada 1371 dengan nama Ma He, dari pasangan Ma Hazhi dan Wen.
Ia adalah keturunan Suku Hui, suku minoritas di China yang mayoritas beragama Islam.
Ketika berusia 12 tahun, Yunnan direbut oleh Dinasti Ming dan para pemudanya banyak ditawan untuk dikebiri kemudian dijadikan abdi Pangeran Zhu Di.
Berawal dari kasim, Ma He kemudian menjadi penasihat Pangeran Zhu Di dan diberi marga Cheng.
Sejak saat itu ia dikenal dengan nama Cheng Ho.
Setelah Pangeran Zhu Di berhasil merebut takhta dan berganti nama menjadi Kaisar Yong Le, ia bertekad untuk mengembalikan kejayaan China setelah runtuhnya Dinasti Mongol pada 1368.
Pada saat itu, Cheng Ho menawarkan diri untuk melakukan ekspedisi ke berbagai negeri.
Dengan senang hati, kaisar mengizinkannya dan dari situlah awal penjelajahan Cheng Ho.
Ekspedisi Laksamana Cheng Ho Di bawah komando Laksamana Cheng Ho, armada China memulai pelayaran pada 1405.
Pelayaran pertamanya mampu mencapai wilayah Asia Tenggara, yaitu Semenanjung Malaya, Sumatera, dan Jawa.
Laksamana Cheng Ho kemudian menjalankan ekspedisi kedua antara 1407-1409, dan ekspedisi ketiga pada 1409 sampai 1411.
Dari tiga ekspedisi yang dilakukan, Laksamana Cheng Ho telah menjelajah sampai di daerah India dan Srilanka.
Antara 1413-1415, pelayaran Laksamana Cheng Ho semakin jauh, yaitu mencapai daerah Aden, Teluk Persia, dan Afrika Timur.
Jalur ini kembali ia lewati saat menjalankan ekspedisi kelima (1417-1419) dan keenam (1421-1422).
Pada pelayarannya yang terakhir, antara 1431-1433, Laksamana Cheng Ho berhasil mencapai Laut Merah.
Armada Laksamana Cheng Ho
Laksamana Cheng Ho melakukan ekspedisi dengan armada yang sangat besar, bahkan sampai saat ini belum ada penjelajah yang mampu melebihinya.
Ia berangkat dengan 27.000 anak buah yang dimuat dalam 307 kapal.
Kapal terbesarnya berukuran 138 meter dan lebar 56 meter, yang menjadikannya kapal terbesar pada abad itu.
Selama berlayar, mereka membawa banyak perbekalan, bambu China sebagai suku cadang kapal, dan Sutera untuk dijual.
Ketika kembali ke negerinya, Laksamana Cheng Ho biasanya membawa hadiah-hadiah dari daerah-daerah yang dikunjunginya untuk sang kaisar.
Akhir hidup Laksamana Cheng Ho dan catatannya
Laksamana Cheng Ho meninggal pada April 1433 di Calcuta, India.
Beberapa pendapat menyebut bahwa jenazahnya dikuburkan di daerah Semarang, hanya rambut dan pakaiannya saja yang dibawa ke China pada Juli 1433.
Di China, makamnya berada di kawasan Niu Shou Shan, Kota Nanjing.
Catatan perjalanan Laksamana Cheng Ho yang terkenal akhirnya menghasilkan satu panduan pelayaran, Zheng He's Navigation Map, yang mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15.
Ekspedisi yang dilakukan Laksamana Cheng Ho pun berhasil membuat nama China semakin dikenal di mata dunia.
Laksamana Cheng Ho di Indonesia
Selama tujuh kali ekspedisinya, Laksamana Cheng Ho selalu mengunjungi Indonesia.
Salah satu buktinya adalah ketika ia berkunjung ke Samudera Pasai dan memberikan lonceng Cakra Donya kepada Sultan Aceh yang kini masih tersimpan di Museum Banda Aceh.
Pada 1415, Laksamana Cheng Ho juga berlabuh di Muara Jati, Cirebon dan menghadiahi beberapa barang khas Tiongkok kepada Sultan Cirebon. Salah satu pemberiannya adalah piring bertuliskan Ayat Kursi yang masih tersimpan di Keraton Kasepuhan Cirebon.
Bukti lain adalah Kelenteng Sam Po Kong, serta patung yang disebut Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong.
Pada masa pemerintahan Raja Wikramawardhana, Laksamana Cheng Ho juga pernah mengunjungi Kerajaan Majapahit.
Misi utama ekspedisi Cheng Ho adalah untuk menjalin persahabatan dengan negara-negara lain serta menunjukkan supremasi politik negerinya.
Selain itu, beberapa sejarawan menyebut bahwa Laksamana Cheng Ho juga memiliki agenda sendiri, yaitu untuk menyebarkan Islam.
Di Indonesia, pengaruhnya dalam penyebaran Islam pun dapat dilihat dari Masjid Cheng Ho yang ada di Surabaya, Palembang, Malang, dan beberapa daerah lainnya.
(*)