Mengenal Tokoh Komunis di Dunia: Inilah Joseph Stalin dan Bagaimana Rusia di Tangan Pemimpin Otoriter yang Tak Segan Bunuh Jutaan Warganya

May N

Penulis

Inilah Joseph Stalin salah satu tokoh komunis dunia memimpin Uni Soviet setelah Vladimir Lenin, lebih otoriter daripada Lenin

Intisari-Online.com -Demokrasi dan otoriter selalu bertentangan, seperti komunisme dan kapitalisme.

Amerika Serikat (AS) menjadi negara contoh demokrasi yang kuat, tapi kekacauan pemilu November 2020 lalu menjadi preseden buruk untuk demokrasi.

Sedangkan Rusia walaupun bukan lagi negara komunis masih menjadi contoh negara komunis yang kuat karena masih banyak bekas Uni Soviet di sana.

Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan contoh kekacauan AS November lalu untuk narasi mengagungkan ideologi komunis.

Baca Juga: Presiden AS Eisenhower Pernah Memerintahkan CIA untuk Menggulingkan Pemerintahan Indonesia, Apa Perannya dalam Huru-Hara 1965 di Indonesia?

"Mereka yang di negara kita suka merujuk pada teladan (AS), harus mempertimbangkan kembali pandangan yang dianggap maju," kata sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin melansir CBS News pada Jumat (8/1/2021).

Namun Putin sudah dikritik juga karena menekan lawan politiknya menggunakan pasukan keamanan negara, sehingga mengendalikan aliran informasi di Rusia.

Putin bukan yang pertama, pendahulunya, Joseph Stalin, juga banyak dikritik atas ini.

Ia memang memiliki sejarah kepemimpinan yang mengerikan.

Baca Juga: Latar Belakang hingga Penyelesaian Pemberontakan PKI Madiun 1948

Stalin memimpin dari 1929-1953.

Stalin (1878-1953) adalah diktator Uni Soviet yang mengubah masyarakat petani menjadi negara adidaya industri serta militer.

Sayangnya jutaan warganya tewas selama pemerintahan yang brutal itu, dan banyak teror bermunculan.

Mengutip Kompas.com, nama asli Joseph Stalin adalah Ioseb Dzhugasvhili.

Baca Juga: Peduli Setan Ekonomi Dunia Terguncang, Terkuak Runtuhnya Ekonomi China yang Runtuh Karena Utang Mega Properti Ini Sebenarnya Akal-akalan Xi Jinping yang Berambisi Membuat China Menjadi Sosialis Lagi

Ia lahir dalam keluarga yang miskin, menjadi putra ketiga dari empat bersaudara yang lahir dari Ekaterina Gerogivna Geadze (Keke) dan Vissarion (Beso) Djugashvili.

Ia bertahan melewati kehidupan keluarganya yang mengerikan, karena ayahnya sering memukuli istri dan anak-anaknya.

Stalin kecil dipanggil Soso, dan ia sangat cerdas, membuat Keke berharap anaknya menjadi seorang pendeta Ortodoks Rusia dan melakukan segalanya untuk pendidikan Stalin.

Stalin berprestasi dan mendapatkan beasiswa ke Seminari Teologi Tiflis tahun 1894, sayangnya ia tidak bisa menjadi pendeta karena ia juga pemimpin geng jalanan yang kejam yang mendominasi jalanan yang kasar di Gori.

Baca Juga: Bikin Syok Satu Dunia, Selama Ini Mati-matian Tuduh Bocor dariLaboratorium Wuhan, Mantan Orang Dalam Partai Komunis China Malah Bongkar Asal Usul Covid-19, MauDisebar di Acara Ini

Ia jadi terlibat dalam politik revolusioner sampai kegiatan kriminal.

Stalin mengenal karya Karl Marx selama di seminari kemudian ia bergabung dengan partai sosialis lokal, dan saat itu pemikiran untuk menggulingkan Raja Rusia, Nicholas II sudah muncul.

Ia juga sangat berminat pada sistem monarki, yang melampaui keinginannya untuk menjadi seorang pendeta.

Sayangnya ia putus sekolah beberapa bulan sebelum lulus guna menjadi seorang revolusioner, Stalin berpidato pada 1900.

Baca Juga: 5 Pemimpin Komunis yang Melegenda dan Hasil Propaganda Mereka

Ia bergabung dengan gerakan bawah tanah revolusioner dengan nama alias "Koba" dari nama pahlawan penjahat fiksi Georgia.

Ia bergabung dengan kelompok militan dari gerakan Sosial Demokratik Marxis, Bolshevik, yang dipimpin oleh Vladimir Lenin.

Stalin juga makin terlibat dalam kegiatan buruk seperti perampokan bank, yang digunakan untuk mendanai Partai Bolshevik.

Ia ditangkap beberapa kali antara tahun 1902 dan 1913, serta dipenjarakan serta diasingkan di Siberia.

Baca Juga: Pantesan Walau Bertentangan dengan Ideologi Indonesia, PKI Mudah Saja Masuk ke Indonesia, Sosok yang Membawa Paham Komunis Ternyata Bukan Orang Indonesia, Ini Sosoknya

Kemudian ketika ia bebas dari penjara, Stalin mendukung revolusi dan membantu mengorganisasi petani dalam Revolusi Rusia melawan Raja Nicholas II tahun 1905, tapi ia ditangkap dan diasingkan tujuh kali serta melarikan diri enam kali antara 1902 dan 1913.

Lenin kemudian menunjuk Stalin tahun 1912 guna bertugas di Komite Sentral pertama Partai Bolshevik, karena Lenin diasingkan di Swiss.

Tiga tahun setelahnya yaitu November 1917, Bolshevik merebut kekuasaan di Rusia dan kemudian Uni Soviet berdiri tahun 1922 dengan Lenin sebagai pemimpin pertamanya.

Namun Stalin terus menanjaki kekuasaan partai, dan tahun 1922 ia menjadi Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Komunis, yang memungkinkannya untuk menunjuk sekutunya dalam pemerintahan dan menunjukkan basis dukungan politik.

Baca Juga: Kedatangannya Bawa Angin Segar Bagi Komunisme Indonesia, Inilah Muso Salah Satu Pemimpin Pemberontakan PKI Madiun 1948

Lenin yang meninggal tahun 1924 membuat Stalin mengalahkan para pesaingnya dan memenangkan perebutan kekuasaan guna menguasai Partai Komunis, dan akhir 1920-an, ia menjadi diktator Uni Soviet.

Stalin meluncurkan serangan rencana lima tahunan pada akhir 1920-an yang bertujuan mengubah Uni Soviet menjadi negara adidaya industri, rencana pengembangannya berpusat pada kendali pemerintah atas ekonomi dan termasuk kolektivisasi paksa pertanian Soviet, akhirnya pemerintah mengambil kendali atas pertanian.

Jutaan petani menolak bekerja sama dengan pemerintahan Stalin, dan mereka ditembak atau diasingkan sebagai hukuman.

Hal ini justru menyebabkan kelaparan meluas di seluruh Uni Soviet dan menewaskan jutaan orang.

Baca Juga: Ideologinya Padahal Bertentangan dengan Pancasila, Ternyata Begini Awal Mula PKI Bisa Masuk Indonesia, Ternyata Ada 2 Tokoh yang Disebut Lebih Berbahaya dari DN Aidit

Stalin memerintah dengan teror dan sikap totaliter, ia tidak segan-segan melenyapkan siapapun yang mungkin menentangnya.

Dia memperluas kekuasaan polisi rahasia, mendorong warga untuk memata-matai satu sama lain.

Akibatnya, jutaan orang terbunuh atau dikirim ke kamp kerja paksa, sistem Gulag.

Selama paruh kedua 1930-an, Stalin melembagakan “Pembersihan Besar-besaran.”

Baca Juga: Pernah Jadi Partai Komunis Terbesar Ketiga di Dunia, Beginilah Ketika PKI Membuat Indonesia Menjunjung Komunisme dan Hampir Menjadi Negara Komunis

Serangkaian kampanye ini dirancang untuk menyingkirkan Partai Komunis, militer, dan bagian lain masyarakat Soviet yang dianggap sebagai ancaman.

Selain itu, Stalin membentuk “sistem kepercayaan” yang berpusat pada dirinya di Uni Soviet.

Kota-kota diubah menggunakan namanya untuk menghormatinya.

Buku-buku sejarah Soviet ditulis ulang untuk memberinya peran yang lebih menonjol dalam revolusi dan mitologi aspek lain dalam hidupnya.

Baca Juga: Dirikan Organisasi yang Jadi Cikal Bakal PKI, Inilah Henk Sneevliet dan Kisah Kedatangannya ke Nusantara

Dia adalah subyek karya seni, sastra, dan musik yang disanjung.

Namanya menjadi bagian dari lagu kebangsaan Soviet.

Sensor foto-foto juga dilakukan dalam upaya untuk menulis ulang sejarah.

Banyak mantan rekannya yang dieksekusi selama periode “pembersihan” itu.

Baca Juga: Momen-momen Menjelang Eksekuti Mati Pemimpin Pemberontakan PKI Madiun 1948, Puluhan Warga Menggali Lubang untuk 11 Tapol

Pemerintahnya juga mengendalikan media Soviet.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait