Penulis
Intisari-Online.com - Selain PBB, Australia mungkin merupakan salah satu negara yang tampil sebagai pahlawan bagi kemerdekaan Timor Leste. Ketika Timor Leste mengalami krisis setelah referendum diumumkan, Australia terlibat untuk mengamankan situasi wilayah ini.
Pasukan penjaga perdamaian yang diturunkan PBB, dikenal sebagai Interfet, saat itu didominasi oleh tentara Australia.
Namun, lebih jauh lagi sebelum kemerdekaan Timor Leste, rupanya ada satu negara Afrika yang dianggap punya kontribusi besar bagi perjuangan kemerdekaan Timor Leste.
Bahkan sebelum wilayah Timor Leste jatuh ke tangan Indonesia, negara ini telah punya ikatan sejarah dengan Bumi Lorosae.
Saat Timor Leste dijajah Portugis, negara Afrika ini menjadi tempat pengasingan pembuat onar Timor Leste, yang justru membuatnya memainkan peran penting dalam gerakan kemerdekaannya.
Mantan Presiden Timor Leste, Jose Ramos-Horta, pernah diasingkan ke sana di masa mudanya.
Hal itu lantaran pernyataannya yang membuat marah Portugis.
Negara tersebut adalah Mozambik, negara yang dipisahkan oleh hamparan Samudra Hindia dengan Timor Leste.
Melansir asiabyafrica.com, disebut bangsa Afrika ini bertindak sebagai inkubator bagi gerakan kemerdekaan Timor, dan tanpa Mozambik, kemerdekaan Timor mungkin tidak akan pernah terjadi.
Mozambik punya pengaruh vital bagi perjuangan kemerdekaan Timor Leste.
Meski Mozambik dan Timor Leste terpisah jarak yang jauh, tetapi hubungan keduanya bisa terjalin lantaran kedua negara ini sama-sama koloni Portugis.
Mozambik juga merupakan kepemilikan Portugis yang paling dekat dengan Timor Leste.
Karena itulah selama masa penjajahannya, Portugis menarik sumber daya dari Mozambik untuk operasinya di Timor Timur.
Di luar pertimbangan logistik, pengiriman pasukan dari Mozambik ke Timor Leste ketika terjadi pemberontakan merupakan bagian penting dari upayanya menabur permusuhan di antara orang-orang terjajah dengan memicu konflik di antara mereka.
Tetapi yang terjadi justru kedua wilayah jajahannya memiliki ikatan yang kuat untuk gerakan kemerdekaannya.
Pengasingan tokoh-tokoh Timor Leste ke Mozambik memainkan peran kunci dalam hubungan keduanya.
Jose Ramos-Horta yang pernah diasingkan ke Mozambik pada tahun 1970, di kemudian hari menjadi salah seorang anggota pendiri Front Revolusioner untuk Timor Timur Merdeka (Fretilin).
Pada bulan Maret 1975 Fretilin muncul sebagai partai paling populer di Timor Timur karena kampanye akar rumputnya di daerah pedesaan dan dukungan dari kaum tani Timor.
Nama Fretilin pun menunjuk pada kesamaan dengan Frelimo Mozambik, di mana awalnya organisasi ini bernama Asosiasi Sosial Demokrat Timor (ASDT) kemudian berubah nama menjadi Fretilin.
Saat itu, perubahan tersebut menimbulkan kritik di Indonesia dan Australia bahwa Fretilin adalah Marxis.
Selanjutnya, bendera Fretilin mengadopsi warna dan simbol yang mirip dengan perjuangan revolusioner Afrika lainnya yang berakar pada pemikiran sosialis.
Bendera Fretilin dan Frelimo menampilkan segitiga atau persegi panjang di sebelah tiga garis, dan kedua bendera menggunakan warna merah, putih, kuning dan hitam.
Setelah kemerdekaan, kedua pihak juga merancang bendera nasional mereka berdasarkan bendera partai mereka.
Begitulah Timor Leste dan Mozambik saling terkait, meski kemerdekaan Timor Leste sendiri sempat 'tertunda' dengan serangan pasukan Indonesia.
Setelah rezim diktator Portugal digulingkan pada tahun 1974, Indonesia menginvasi Bumi Lorosae dan menjadikan wilayah ini sebagai provinsi termuda.
Selama dua dekade berikutnya Timor Leste menjadi bagian dari Indonesia.
Setelah invasi Indonesia, Mozambik kembali menjadi tempat penting tokoh-tokoh kemerdekaan Timor Leste, termasuk di antaranya Mari Alkatiri dan Francisco Gutteres, mantan perdana menteri dan Presiden Timor Leste saat ini.
Orang-orang buangan Fretilin menemukan perlindungan di Mozambik.
Negara Afrika ini menyediakan akomodasi bagi delegasi dan mengakui mereka sebagai perwakilan resmi Timor Timur.
Mozambik juga menawarkan beasiswa kepada setiap warga negara Timor yang memenuhi syarat untuk diterima, dengan banyak pemimpin masa depan Timor Timur belajar di universitas-universitas Mozambik.
Berbagai gejolak terjadi selama Timor Leste bergabung dengan Indonesia, hingga akhirnya wilayah ini melepaskan diri pada tahun 1999.
Lagi-lagi, Mozambik menunjukkan perannya bagi Timor Leste.
Negara Afrika ini menjadi salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Timor Timur.
Seperti diketahui, pengakuan dari negara lain merupakan syarat penting bagi berdirinya sebuah negara baru.
Maka Mozambik, juga dianggap sebagai salah satu negara yang berkontribusi besar bagi perjuangan kemerdekaan Timor Leste.
(*)