'Ditikam dari Belakang', Negara Ini 'Ngamuk' Australia Mendepaknya dari Perjanjian Kapal Selam yang Sudah Ditandatangani dan Malah Pilih Perjanjian dengan AS dan Inggris

Tatik Ariyani

Penulis

(ilustrasi) USS Seawolf (SSN-575) | Kapal selam kelas Seawolf

Intisari-Online.com -AS, Inggris, dan Australia mengumumkan bahwa mereka bakal membangun kemitraan keamanan untuk Indo-Pasifik.

Dalam kemitraan tersebut, mereka juga bakal membantu Australia membangun kapal selam bertenaga nuklir.

Pengumuman tersebut disampaikan Biden, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, dan Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada Rabu (15/9/2021).

Pemberian teknologi itu tertuang melalui pakta bersejarah yang ditandatangani oleh tiga negara tersebut.

Baca Juga: Satu Dunia Panik Karenanya, Australia Tiba-tiba Sebut Tak Lagi Bisa Netral Antara China dan AS, Setelah Mantap Dukung Sekutu Lamanya Ini, Ancaman Perang Bisa Terasa Makin Dekat

Lewat pakta tersebut, AS yang sebelumnya hanya membagi teknologi kapal selam nuklir kepada Inggris, kini untuk pertama kalinya dalam 60 tahun menyerahkannya ke Canberra. Kemitraan tersebut dinamakan AUKUS.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian menyatakan, aliansi ketiganya berpotensi merusak stabilitas regional dan memulai perlombaan senjata.

Zhao mengkritik ketiganya menerapkan "mentalitas Perang Dingin usang", dan memeringatkan mereka bisa merusak kepentingan sendiri.

Tak hanya China,negara ini pun menyatakan kekecewaannya terhadap kemitraan tersebut.

Baca Juga: Pantesan China Murka, Ini Dia Senjata Rahasia Australia yang Bikin China Geger Sampai Berniat Ingin Hancurkan Negeri Kangguru

Pejabat Prancis telah menyatakan frustrasi merekadidepakdari kesepakatan kapal selam Australia.

Melansir Express.co.uk, Jumat (17/9/2021), Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengecam Australia setelah mereka memutuskan untuk membatalkan kesepakatan kapal selam.

Menteri luar negeri mengatakan itu adalah "tikaman dari belakang" dari Australia.

Pemerintah Australia telah memilih untuk mengakuisisi kapal selam tenaga nuklir buatan AS dan Inggris sebagai gantinya.

Alih-alih 12 kapal selam Prancis bertenaga diesel-listrik konvensional, mereka memilih untuk menandatangani perjanjian AUKUS yang dicapai oleh PM Inggris, Presiden AS dan PM Australia minggu lalu.

Akibatnya, kesepakatan Prancis gagal.

Pada Kamis pagi, Le Drian mengatakan dalam wawancara Franceinfo bahwa kepercayaan dengan Australia telah dilanggar.

Baca Juga: Jangan Asal! Begini Pertanda yang Mungkin Terjadi Bila Mendirikan Rumah, Memasang Atap, dan Memindah Rumah di Bulan Jawa Ini Menurut Primbon Jawa

"Itu tusukan dari belakang," katanya.

“Kami telah menjalin hubungan saling percaya dengan Australia, dan kepercayaan ini dikhianati.”

Anggota parlemen Calais Pierre-Henri Dumont mengatakan pengkhianatan Inggris adalah "pelanggaran kepercayaan".

"Ini sejalan dengan (Menteri Dalam Negeri Inggris) Priti Patel yang mengatakan kami belum melakukan cukup banyak, bahwa polisi Prancis telah membantu para migran menyeberangi Selat," katanya.

Sementara itu, Boris Johnson menyatakan bahwa hubungan Inggris dengan Prancis adalah "kokoh".

"Sehubungan dengan masalah yang sedang berlangsung di Channel, kami ingin bekerja dengan rekan-rekan kami dari Prancis - dan kami akan terus melakukannya," kata juru bicara Johnson.

Menteri Luar Negeri Prancis mengatakan bahwa Prancis akan melawan aliansi baru.

Baca Juga: Tak Cuma Sinovac Ternyata Ini Dua Alasan Vaksin Covid-19 yang Disuntikkan Ke Tubuh Manusia Diprediksi Tak Akan Memberikan Perlindungan Seumur Hidup

"Ini belum berakhir," katanya.

“Kami membutuhkan klarifikasi. Kami memiliki kontrak.

“Orang Australia perlu memberi tahu kami bagaimana mereka keluar darinya.

“Kami membutuhkanpenjelasan.

“Kami memiliki kesepakatan antar pemerintah yang kami tandatangani pada 2019, dengan komitmen yang tepat, dengan klausul, bagaimana mereka keluar darinya?

“Mereka harus memberitahu kita. Jadi ini bukan akhir dari cerita.”

Artikel Terkait