Find Us On Social Media :

Di Timor Leste Dipuja, di Papua Jadi Anak Angkat, Inilah Anak Imigran Yahudi yang Tak Pernah Bisa Injakan Kakinya di Nusantara Kala Soeharto Berkuasa, Ini 'Dosa' Terbesarnya Menurut Orba

By Khaerunisa, Kamis, 16 September 2021 | 19:10 WIB

Carmel Budiardjo, sosok wanita kelahiran London pejuang hak asasi manusia di Indonesia.

Baca Juga: Gara-gara Konflik Laut China Selatan, 3 Negara Kuat Ini Sampai Turun Tangan Bersatu Guna Berperang Lawan China, Begini Skenarionya

Perjuangannya pun membuahkan hasil. Setelah 12 tahun ditahan, Bud juga dibebaskan dan datang ke Inggris untuk berkumpul bersama keluarganya.

Selama bertahun-tahun, Carmel dan Tapol semakin memusatkan perhatian mereka pada perjuangan penentuan nasib sendiri oleh rakyat di wilayah Indonesia, dan pelanggaran hak asasi manusia dan lingkungan yang digunakan sebagai alat untuk mempertahankan kendali Jakarta, khususnya atas Timor Timur, Aceh dan Papua Barat.

Pada saat konflik-konflik tersebut kurang dikenal di Barat, diabaikan atau disembunyikan dari pandangan, Tapol konsisten dalam pekerjaannya untuk menjaga agar suara orang-orang ini didengar.

Berbagai kampanye dilakukan Carmel dan Tapol, membuatnya begitu dihargai oleh pihak-pihak yang diperjuangkannya.

Baca Juga: Akrab dengan Pistol dan Senapan, Wanit Israel Tak Hanya 'Gagahnya di Medan Perang,' Inilah 10 Fakta Menarik Lainnya!

Pada tahun 2009, negara Timor-Leste yang baru merdeka menganugerahinya Ordo Timor-Leste.

Kemudian tahun berikutnya, dia diadopsi sebagai Putri Papua Barat.

Pekerjaan hak asasi manusianya juga memberinya penghargaan Penghidupan Hak 1995, kadang-kadang dikenal sebagai "hadiah Nobel alternatif".

Carmel dan Bud bercerai pada tahun 1983. Kini, pejuang hak asasi manusia di Indonesia ini telah tiada, Carmel meninggal pada 10 Juli 2021 lalu.

Baca Juga: Beruntung Bagi Anda yang Tidak Gemar Minum Es Teh Manis, Ternyata 5 Efek Berbahaya Ini Bisa Mengintai Nyawa Anda

(*)