Find Us On Social Media :

Diburu Amerika, Jerman Malah Beli Spyware Pegasus Israel yang Dijuluki 'Tentara Bayaran Abad Ke-21', Kecanggihannya Sampai Paksa FBI Turun Tangan Menyelidikinya

By Tatik Ariyani, Jumat, 10 September 2021 | 14:41 WIB

(Ilustrasi) Peretasan

Intisari-Online.com - Kantor Polisi Kriminal Federal Jerman (BKA) secara rahasia membeli spyware Pegasus yang terkenal dari perusahaan Israel NSO pada 2019.

Hal ini terungkap Selasa (7/9/2021) dalam sebuah sidang parlemen.

Pemerintah federal memberikan informasi kepada Komisi Dalam Negeri di parlemen Jerman Bundestag tentang pembelian spyware itu dalam sesi tertutup, ujar sumber-sumber di parlemen.

Laporan pemerintah ini mengonfirmasi laporan sebelumnya dari media Jerman Die Zeit.

Baca Juga: Bukan Amerika, Taliban Nyatakan Siap Berhubungan Baik Dengan Semua Negara di Dunia 'Kecuali' Satu Negara Ini, Mana itu?

Pengungkapan pembelian spyware tersebut merupakan hasil investigasi bersama oleh Die Zeit serta harian Sueddeutsche Zeitung dan lembaga penyiaran publik NDR dan WDR.

Jika Jerman bakal menggunakan Pegasus, AS justru melakukan penyelidikan pada spyware tersebut.

Beberapa waktu lalu, NSO Group Israel dengan spyware Pegasus miliknya sedang dalam penyelidikan baru oleh AS.

NSO Group Technologies adalah perusahaan teknologi Israel yang spyware-nya disebut Pegasus memungkinkan pengawasan jarak jauh telepon pintar.

Baca Juga: Dimusuhi Satu Dunia, Taliban Sekuat Tenaga Cari Sekutu Lain Selain China, Sebut Mau Kerja Sama dengan Negara Manapun Termasuk Amerika, Hanya 1 Negara Ini yang Mereka Musuhi

Spyware Pegasus invasifnya diduga telah digunakan untuk menargetkan para pembela hak asasi manusia dan jurnalis di seluruh dunia.

Melansir Middle East Monitor, Kamis (4/3/2021), perhatian Amerika atas penggunaan spyware meningkat dua bulan lalu ketika perusahaan Israel itu diberi label "kuat dan berbahaya" dalam pengajuan hukum bersama.

Perusahaan tersebut kemudian dipanggil agar bertanggung jawab atas undang-undang anti-peretasan AS.

Karena adanya kekhawatiran atas NSO Group, FBI pun meluncurkan penyelidikan pada awal 2020 hanya untuk menghentikannya.

Namun Departemen Kehakiman AS (DoJ) dikatakan menunjukkan minat baru dalam kasus tersebut.

Pengacara DoJ mendekati aplikasi perpesanan WhatsApp dengan pertanyaan teknis tentang dugaan penargetan 1.400 penggunanya oleh klien pemerintah NSO Group pada tahun 2019, lapor Guardian mengutip seseorang yang mengetahui masalah tersebut.

Tidak jelas target peretasan mana yang sedang diperiksa oleh penyelidik DoJ atau fase apa penyelidikan itu.

The Jerusalem Post mengatakan bahwa upaya baru dapat menjadi bagian dari agenda pemerintahan Biden untuk meningkatkan penekanannya pada hak asasi manusia dan tindakan keras terhadap warga Arab Saudi.

Baca Juga: Taliban Sebut China Sebagai Mitra Terbaiknya, Joe Biden Panik Sampai Langsung Telepon Xi Jinping untuk Pertama Kalinya dalam 7 Bulan Terakhir, Apa Isi Percapakannya?

Ketertarikan baru muncul setelah Presiden Microsoft Brad Smith mengecam perusahaan teknologi seperti NSO, menyebut mereka "tentara bayaran abad ke-21".

Dalam sebuah memo, dia mendesak pemerintah Biden untuk turun tangan.

 

"NSO mewakili pertemuan yang meningkat antara teknologi sektor swasta yang canggih dan penyerang negara-bangsa," tulis Smith pada bulan Desember.

NSO Group yang berbasis di Israel telah mendapatkan ketenaran untuk alat yang disebut Pegasus.

Kelompok, hak asasi manusia telah memperingatkan bahwa Pegasus sedang digunakan untuk menargetkan aktivis hak-hak, wartawan dan pejabat pemerintah di lokasi yang beragam seperti Meksiko, Maroko dan India.

Bulan lalu, sebuah film dokumenter Al Jazeera mengungkapkan bahwa perusahaan Israel itu diam-diam menjual spyware-nya ke Bangladesh melalui sebuah geng kriminal.

Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman adalah salah satu dari sejumlah penguasa otoriter yang dikatakan telah menggunakan spyware Pegasus untuk mengejar lawan dan kritikus politik.