Dikira Bikin Taliban Kepanasan, Setelah Tinggalkan Senjata Militer dalam Kondisi 'Rongsokan', Amerika Ternyata Juga Lakukan Tindakan 'Radikal' Ini di Pangkalan Rahasia CIA

Afif Khoirul M

Penulis

Kondisi Pangkalan Rahasia CIA.

Intisari-online.com - Sepekan lalu Taliban sempat dibuat marah besar dengan ulah Amerika tepat sebelum meninggalkan Afghanistan.

Amerikamelakukan pengrusakan pada beberapa senjata militer yang ditinggalkan di Afghanistan.

Alhasil, tindakan AS tersebut memicu kemarahan Taliban, bahkan sampai menyebut Amerika mengkhianati mereka.

Sementara dari pihak Amerika mereka mengaku hanya mentralisir senjata yang mereka tinggalkan.

Baca Juga: Bukan Amerika, Taliban Nyatakan Siap Berhubungan Baik Dengan Semua Negara di Dunia 'Kecuali' Satu Negara Ini, Mana itu?

Tak cukup hanya melakukan perusakan senjata militer, ternyata Amerika juga melakukan tindakan yang lebih ekstrem.

Amerika melakukan penghancuran total pangkalan rahasia CIA di Afghanistan dengan cara radikan menggunakan bom.

Semuanya hancur total, mulai dari bangunan hingga kendaraan dan perlengkapan senjata.

Tentu saja, setelah mengetahui ini apakah Taliban semakin marah pada Amerika?

Baca Juga: Peduli Setan dengan Amerika yang Ogah Akui Afghanistan, China Langsung Beri Suntikan Rp441 Miliar ke Taliban Demi Tujuan Ini

"Kami membiarkan mereka pergi dengan damai dan melihat apa yang mereka tinggalkan," kata Mullah Hasnain, komandan unit pasukan khusus Badri 313 Taliban.

Hasnain memimpin wartawan asing ke pangkalan rahasia CIA di pinggiran Kabul.

"Sebelum mereka pergi, mereka meledakkan semuanya," kata Hasnain, mulai dari bangunan yang diledakkan hingga puing-puing, hingga kendaraan, peralatan, senjata, dan amunisi.

Hasnain mengatakan para pejuang Taliban diam-diam mengamati aktivitas AS di pangkalan rahasia itu, dari daerah terdekat.

"Kami tinggal di sana mengamati selama 9-10 hari," kata komandan berusia 35 tahun itu dalam bahasa Inggris yang jelas.

"Kami tidak menghentikan mereka, bahkan konvoi terakhir dalam perjalanan ke bandara. Kami tidak menyerang karena harus menuruti perintah atasan kami," kata Hasnain.

Hasnain menunjuk ke tumpukan puing, mengatakan bahwa tempat ini dulunya adalah "depot amunisi".

Menurut pengamatan wartawan, semuanya hanya puing-puing dan pecahan logam.

AS meledakkan gudang amunisi pada 27 Agustus, sehari setelah pemboman teroris ISIS-K di bandara Kabul menewaskan 186 orang, termasuk 13 tentara AS.

Baca Juga: Dimusuhi Satu Dunia, Taliban Sekuat Tenaga Cari Sekutu Lain Selain China, Sebut Mau Kerja Sama dengan Negara Manapun Termasuk Amerika, Hanya 1 Negara Ini yang Mereka Musuhi

Hasnain menunjuk ke area lain, yang dipenuhi puluhan tabung roket.

"Tolong jangan pindahkan granat," kata Hasnain kepada wartawan.

"Beberapa amunisi dan bahan peledak masih bekerja, kami masih membutuhkannya," tambah Hasnain.

Hasnain melihat ke tempat yang dulunya adalah tempat parkir. Serangkaian mobil yang diparkir di sini semuanya terbakar.

"Kami membutuhkan segalanya untuk negara, termasuk senjata, kami tidak memiliki cukup untuk keamanan," kata Hasnain.

"Sekarang kita harus membeli senjata dari luar negeri," jelasnya.

Sementara militer AS hanya menetralisir, meninggalkan peralatan militer yang mahal untuk dilihat dan difoto oleh Taliban di bandara Kabul, pemandangan di pangkalan CIA benar-benar berbeda.

Hasnain mengungkapkan kemarahannya pada skala kehancuran, ketika semua ditinggalkan dalam reruntuhan.

"AS pergi ke Afghanistan mengatakan mereka akan membangun kembali negara itu," kata Hasnain.

Baca Juga: Resmi Jadi Penguasa Afghanistan, Inilah Dampak yang Akan Terjadi di Beberapa Negara di Asia Tenggara, Termasuk Indonesia Disebut-Sebut Bisa Alami Hal Ini

"Ini wajah aslinya. Mereka tidak meninggalkan apapun," jelasnya.

Berdiri di atas abu dari pangkalan yang terbakar, Hasnain menyampaikan pesan perdamaian, menyampaikan kata-kata para pemimpin Taliban.

"Kami tidak akan berperang untuk membunuh orang Amerika . Kami melakukannya untuk membebaskan negara dan memulihkan hukum Syariah," kata Hasnain.

Taliban mengumumkan pada 7 September pemerintahan baru, dengan posisi senior dipegang oleh anggota kunci kelompok itu.

Angka-angka ini berkuasa di Afghanistan selama pemerintahan Taliban pertama dari tahun 1996 hingga 2001.

Artikel Terkait