Diperlakukan dengan Cara yang Sangat Nista saat Dibekuk oleh Pasukan NATO, Jasad Muammar Gaddafi Akhirnya Diungkap Usai 1 Dekade Disembunyikan, Kondisi Pelik Libya yang jadi Pemicu

May N

Penulis

Muammar Gaddafi.

Intisari-Online.com -Jasad pemimpin Libya Muammar Gaddafi akan diserahkan kepada anggota sukunya di Sirte untuk dimakamkan kembali, seperti dilaporkan oleh AlHadath media Arab Saudi.

Setelah Gaddafi terbunuh, jasadnya dibawa ke Misrata untuk 'penyelidikan medis' dan kemudian dipajang di pusat perbelanjaan lokal.

Ia dikuburkan di lokasi yang tidak diketahui di suatu gurun, walaupun para militan berjanji akan mengembalikan jasadnya ke keluarganya.

Namun minggu lalu, pemimpin militan Libya, Salah Budi mengumumkan ia siap menutup lokasi penguburan Gaddafi.

Baca Juga: Ayahnya Rela 'Serahkan Batang Leher' Kepada CIA dan Khianati Kepercayaan Khadafi, Kini Anaknya Bersekongkol dengan Israel untuk Bikin Murka Umat Islam Seantero Dunia

Pengumuman keluar setelah ada kabar pendukung mantan pemimpin Libya itu akan diserahkan kepada kepala sukunya.

Sayang, kondisi Gaddafi sudah dalam keadaan yang sangat mengerikan.

Mengutip Sputnik News, hari Minggu kemarin otoritas Libya melepaskan Saadi Gaddafi, anak ketiga Gaddafi.

Saadi kemudian diterbangkan ke Turki.

Baca Juga: Satu Keluarga Tewas Kelaparan di Gurun, Sempat Tulis Kata-kata Terakhir: 'Aku Mencintaimu... Izinkan Kami Mati di Sini'

Menurut sumber yang diwawancarai Reuters, pelepasan Saadi Gaddafi diamankan sebagai hasil pembicaraan antara sosok suku dan perdana menteri interim Abdul Hamid Dbeibeh.

Saadi Gaddafi dulunya adalah mantan pemain sepakbola, dan pernah bertugas sebagai pemimpin komando pasukan khusus Libya selama perang 2011.

Ia melarikan diri dari negaranya ke Nigeria sebelum Libya jatuh ke tangan pemberontak.

Pemberitahuan daftar merah Interpol diberikan kepadanya di tahun yang sama.

Baca Juga: Berbagai Opsi Denuklirisasi untuk Biden Bagi Korea Utara, Tekanan Maksimum, Tiru Libya atau Teruskan Cara Donald Trump?

Tahun 2014, Saadi diekstradisi ke Tripoli, salah satu ibukota dari dua pemerintah yang saling berjibaku memperebutkan kekuatan di negara tersebut.

Sekembalinya Saadi, ia ditahan, disiksa dan didakwa dengan kasus pembunuhan pemain bola dan pelatih Bashir al-Riani tahun 2005.

Ia terbukti tidak bersalah tahun 2018, tapi tetap dipenjara.

Berkomentar atas keluarnya Saadi, Dbeibeh menekankan bahwa negara itu 'tidak bisa bergerak maju tanpa menerapkan rekonsiliasi, atau mendirikan pemerintah tanpa menerapkan hukum, melaksanakan undang-undang, menghormati prinsip pemisahan kekuatan dan mengikuti prosedur hukum dan politik.'

Baca Juga: China Sudah Menipu Seluruh Dunia, Nyatanya Bukan Hanya Negeri Panda, Negara Ini Juga Diklaim 'Negara Berbahaya' di Laut China Selatan, Fakta Perusak Ini yang Jadi Buktinya

Sementara itu minggu lalu, anak kedua Gaddafi, Saif Al-Islam Gaddafi, dilaporkan resmi mencalonkan diri pada pemilihan umum Libya keempat, yaitu pada 24 Desember.

Saif dilaporkan berencana mencalonkan diri untuk Popular Front for the Liberation of Libya, partai politik yang setia kepada Gaddafi yang berdiri sejak 2016.

Tujuan partai tersebut antara lain membersihkan negara dari teroris, membangun ulang negara dari perang, dan mengikuti prinsip yang ada di Buku Panduan ayahnya.

Prinsip yang dia terapkan antara lain campuran sosialisme, nasionalisme Arab, dan sistem demokrasi langsung berdasarkan referendum.

Baca Juga: Jadi Pion Andalan di Suriah dan Libya, Tentara Bayaran Ini Kembali Jadi Tumpuan Turki untuk Sokong Militer Azerbaijan, Jumlahnya Dijamin Bikin Gentar Armenia

Perdamaian yang rentan

Tentara nasional Libya dan Pemerintah Kesepakatan Nasional, dua rezim pemerintahan yang saling bersaing untuk menguasai separuh wilayah timur dan barat Libya, mencapai kesepakatan pada Oktober 2020 lalu.

Kesepakatan itu memutuskan membentuk gencatan senjata permanen di seluruh negara.

Kesepakatan memberikan pejuang asing tiga bulan meninggalkan Libya, dan pemerintah gabungan interim dibentuk Maret 2021, digantikan oleh pemerintah yang akan diciptakan setelah pemilihan Desember 2021.

Baca Juga: Kekhawatiran Sudah di Ubun-ubun Karena PBB Sampai Terapkan Embargo Senjata di Libya, Tiga Negara Eropa Ini Mengancam Tiga Negara Lain yang Mendukung Kiriman Senjata ke Negara Itu, Rusia Salah Satunya

Marsekal Lapang Khalifa Haftar, komandan Tentara Nasional Libya dan mantan pendukung Gaddafi yang berubah menjadi jenderal pemberontak, telah menyatakan secara terbuka kepentingannya mencalonkan diri sebagaimana Aref Ali Nayed, mantan duta besar untuk Uni Emirat Arab.

Februari lalu, Libya menandai perayaan 10 tahun 'Revolusi' Libya, rangkaian pergolakan sebagai bagian Musim Semi Arab yang masuk dalam kampanye udara NATO dan titik jatuhnya Libya menjadi negara yang gagal.

Negara tersebut berubah dari sebelumnya negara Afrika paling maju dan menjanjikan menjadi negara yang terpecah belah, miskin dan berisikan pasar budak terbuka, dan menjadi titik transfer ribuan imigran dan pengungsi mencari jalan ke Eropa.

Pada Oktober 2011, setelah diberi tahu dalam wawancara bahwa Gaddafi terbunuh, Hillary Clinton yang saat itu menjadi Menlu AS, mengumumkan tanpa ragu: "Kami datang, kami lihat, dia meninggal."

Baca Juga: Miliki Minyak dan Gas yang Tersembunyi di Bawah Gurun yang Luas, Negara Ini Mungkin Akan Jadi Suriah Kedua yang Hancur Berkeping-keping, Ini Alasannya

Kondisi Gaddafi

Saat diserahkan, kondisi Gaddafi sangatlah mengerikan.

Tampak dari jasadnya bahwa Gaddafi disiksa, disodomi dan ditembak secara brutal oleh pemberontak dukungan NATO pada Oktober 2011.

Insiden pembunuhannya direkam dan disebarluaskan oleh jaringan media seluruh dunia.

Baca Juga: Muammar Khadafi, Diktator yang Lapisi Senjata dan Kursi Malasnya dengan Emas, 'Lebih Luas, Lebih Baik, Lebih Banyak Emas'

Libya pasca-Gaddafi berubah menjadi negara gagal yang dipimpin penjahat perang, teroris dan faksi musuh pemerintah yang ingin menguasai negara kaya akan minyak tersebut.

Pemindahan jasad Gaddafi sebelumnya disetujui oleh pejabat senior di kota Misrata dan para tetua suku al-Gaddaf dan al-Mujabar.

Bersama dengan Gaddafi, jasad anak-anaknya Moatassem-Billah Gaddafi dan Abu-Bakr Yunis Jabr, salah satu penasihat paling dipercaya untuk Gaddafi, juga diperkirakan akan diserahkan ke negara tersebut.

Dua anaknya juga terbunuh bersamaan dengan terbunuhnya Gaddafi pada 20 Oktober 2011 setelah peperangan Sirte, dengan bukti menunjukkan mereka disiksa pemberontak bahkan dimutilasi juga.

Baca Juga: Berhutang Rp354 Triliun, Jenderal Khalifa Gunakan Pinjaman Itu untuk Danai Pasukannya

Artikel Terkait