Penulis
Kekhawatiran Sudah di Ubun-ubun Karena PBB Sampai Terapkan Embargo Senjata di Libya, Tiga Negara Eropa Ini Mengancam Tiga Negara Lain yang Mendukung Kiriman Senjata ke Negara Itu, Rusia Salah Satunya
Intisari-online.com -Mengutip South China Morning Post, Perancis, Italia dan Jerman sedang "bersiap mempertimbangkan" sanksi bagi negara yang melanggar embargo senjata di Libya.
Embargo senjata adalah larangan untuk mengirim senjata-senjata ke Libya.
Pernyataan gabungan itu sudah disampaikan oleh pemimpin ketiga negara Uni Eropa ini pada Sabtu kemarin.
Meskipun pernyataan itu tidak secara langsung sebut negara mana yang mereka tuduh mengirimkan senjata ke Libya, tapi rupanya telah banyak negara-negara yang kirimkan tentara dan senjata ke negara itu.
Hal tersebut menambah panas perang proksi yang cerminkan ketegangan geopolitik lebih besar di Timur Tengah dan di antara negara NATO.
Libya saat ini sedang berkobar perang proksi dengan komando militer dipimpin oleh Khalifa Hifter.
Ia mendapat dukungan oleh Rusia, Mesir dan Uni Emirat Arab.
Ketiganya merupakan pemerintah persatuan yang diakui PBB melawan balik dengan dukungan Turki.
Baca Juga: Empat Manfaat Campuran Kunyit dan Madu yang Jarang Diketahui, Termasuk Turunkan Kadar Gula Darah
Pernyataan Emmanuel Macron, Angela Merkel dan Giuseppe Conte secara detail berbunyi seperti berikut ini:
"Kami mendesak semua aktor luar negeri untuk mengakhiri keterlibatan mereka dan untuk benar-benar menghargai embargo senjata yang dikerahkan oleh Dewan Keamanan PBB.
"Kami siap untuk pertimbangkan gunakan sanksi mengenai pelanggar embargo di laut, darat dan udara.
Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte mengatakan maka dari itu mereka "mengharapkan proposal yang dibuat oleh Uni Eropa bisa mengakhiri ketegangan itu."
Ketiga pemimpin negara itu menyuarakan rasa kekhawatiran yang teramat sangat terkait ketegangan militer yang terus meningkat di Libya.
Mereka mendesak "semua partai Libya dan pendukung luar negerinya untuk segera hentikan perang dan hentikan pembangunan militer di seluruh negara itu."
Saat pertemuan Uni Eropa membahas pulihnya mereka dari pandemi, ketiga pemimpin ini bertemu juga dalam rapat pribadi mereka untuk mendiskusikan situasi yang terus memburuk di Libya.
Sejak 5 tahun yang lalu, perjuangan perebutan kekuasaan telah terjadi antara Pemerintah pusat di Tripoli (Government of National Accord) melawan pasukan yang loyal terhadap Haftar, yang berpusat di Benghazi timur.
Dukungan militer untuk GNA dari Ankara telah membalikkan keseimbangan lagi dan dapat menyerang pasukan Haftar pada Juni.
Sebelumnya, Haftar telah menggempur Tripoli selama 14 bulan.
Keterlibatan Mesir
Minggu ini, Mesir menambah ketegangan dengan presidennya peringatkan negaranya tidak akan berdiri diam melihat adanya ancaman yang mengancam keamanan nasional tidak hanya Mesir, tapi juga Libya.
Libya sendiri telah berada di dalam kekacauan sejak pembunuhan diktator Moamar Kadhafi pada tahun 2011.
Sejak itu, negara Libya tidak pernah aman.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini