Intisari-online.com - Pandemi Covid-19 telah berdampak menurunnya sektor ekonomi di suatu negara.
Terutama Asia Tenggara yang saat ini masih berjibaku dengan pandemi masih belum bisa keluar dari memburuknya pandemi.
Ini membuat pertumbuhan ekonomi pun kian macet, dan mau tak mau harus mengalami pelambatan pertumbuhan ekonomi.
Bahkan situasi ini semakin dipersulit dengan munculnya varian baru Covid-19 yang menyebabkan situasi di Asia Tenggara kembali memburuk.
Sementara itu, sebuah perusahaan asal Inggris juga melaporkan kondisi ekonomi Asia Tenggara yang akan memburuk.
Dalam laporan sebuah perusahaan multinasional Deloitte (Inggris) ekonomi Asia Tenggara akan kehilangan 28 triliun dollar AS (Rp398.305 triliun) selama 50 tahun ke depan.
Sementara itu pertumbuhan PDB melambat, rata-rata 7,5% per tahun, jika tidak segera dibenahi.
Namun laporan itu dibuat bukan berdasarkan dampak pandemi tetapi ada faktor lain yang memicu badai ekonomi ini.