Find Us On Social Media :

Jadi Negara Pertama yang Berani Campur Vaksin China dan Vaksin Barat Ini, Beginilah Kondisi Orang-orang Thailand Setelah Disuntik Vaksin Kombinasi Tersebut

By Tatik Ariyani, Jumat, 3 September 2021 | 14:11 WIB

Ilustrasi vaksin Covid-19.

Intisari-Online.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (13/7/2021) lalu mengatakan, praktik mengombinasikan vaksin Covid-19 yang berbeda dalam pelaksanaan vaksinasi virus corona bagi masyarakat tidak dapat diputuskan oleh individu, melainkan oleh badan-badan publik dengan bergantung pada data yang ada.

Praktik kombinasi ini mungkin menarik bagi masyarakat di negara-negara yang mengalami kekurangan pasokan vaksin.

Namun, untuk melakukannya diperlukan lebih banyak penelitian untuk memastikan imunogenisitas dan keamanannya.

Demikianlah yang dikatakan juru bicara WHO mengutip Soumya Swaminathan, kepala ilmuwan organisasi tersebut, dalam konferensi pers rutin yang diadakan oleh Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa (UNOG).

Baca Juga: Bikin Panik Satu Dunia, Tak Hanya Sinovac, Data Terbaru Bongkar Kemanjuran Vaksin-vaksin Ini Juga Sudah Mulai Berkurang

"Data dari studi kombinasi vaksin yang berbeda tengah ditunggu. Imunogenisitas dan keamanannya perlu dievaluasi," kata Swaminathan sebagaimana dikutip dari Xinhua.

Meski demikian, Thailand melakukan praktik kombinasi vaksin yang berbeda.

Thailand pada Juli menjadi negara pertama di dunia yang mencampur vaksin China Sinovac dan vaksin yang dikembangkan Barat AstraZeneca ketika kasus dan kematian di negara itu melonjak dan pemerintah berjuang dengan pasokan vaksin.

Baca Juga: Salah Kaprah Jika Sebut Israel Jadi Negara Teraman dari Covid-19, Meski Separuh Warganya Sudah 2 Kali Divaksin, Justru Israel Kini Jadi Hospot Covid-19 di Dunia

Melansir Reuters, Kamis (2/9/2021), Kementerian kesehatan Thailand mengatakan pada Kamis bahwa rejimen vaksin COVID-19 Sinovac China (SVA.O) diikuti oleh AstraZeneca (AZN.L) yang dikembangkan Inggris aman dan berhasil meningkatkan kekebalan di antara 1,5 juta penerima pertama.

"Formula silang telah disuntikkan ke lebih dari 1,5 juta orang dan itu aman. Tolong jangan katakan hal-hal yang akan menimbulkan kekhawatiran," pejabat kesehatan senior Supakit Sirilak mengatakan pada konferensi pers.

Dia mengatakan Thailand, yang telah memproduksi vaksin AstraZeneca, tidak akan lagi memberikan dua dosis CoronaVac dari Sinovac.

Hanya 13% dari 66 juta lebih populasi Thailand yang telah divaksinasi lengkap.

Mayoritas dari 1,2 juta infeksi dan 12.103 kematian akibat virus corona terjadi setelah April tahun ini, disebabkan oleh varian Alpha dan Delta yang sangat menular.

Kementerian kesehatan mengatakan kombinasi Sinovac-AstraZeneca meningkatkan kekebalan ke tingkat yang sama dengan dua suntikan AstraZeneca dan berarti vaksinasi dapat diselesaikan lebih cepat karena jarak dosis yang lebih pendek.

Formula tersebut akan digunakan untuk sebagian besar vaksinasi di Thailand, kata Sekretaris Tetap Kesehatan Masyarakat Kiatiphum Wongrajit.

Baca Juga: Ibu-ibu se-Indonesia Mesti Tahu Ini, Cara Mudah Bersihkan Rice Cooker agar Nasi Tidak Cepat Basi, Cuma Butuh Waktu 15 Menit!

Dosis penguat akan diberikan kepada 3 juta orang yang menerima dua suntikan Sinovac, menggunakan jenis vaksin yang berbeda, kemungkinan mulai bulan ini, kata menteri kesehatan Anutin Charnvirakul.

Vaksin virus yang tidak aktif Sinovac telah menimbulkan kekhawatiran di beberapa negara tentang resistensinya terhadap varian Delta.

Awal pekan ini selama debat kecaman tentang krisis virus corona, Anutin mengatakan kepada anggota parlemen untuk tidak mengkritik Sinovac, untuk melindungi publik Thailand dan menghindari merusak hubungan dengan China.

“Penodaan vaksin Sinovac oleh banyak anggota (rumah) dapat menimbulkan kepanikan, kebingungan dan kekhawatiran masyarakat,” katanya.