Intisari-online.com - Dalam sebuah laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejumlah besar negara di dunia kekurangan vaksin Covid-19.
Ini dilaporkan oleh penasihan senior WHO, Dr. Bruce Aylward mengatakan program pembagian vaksin global COVAX telah mengirim 90 juta dosis vaksin ke 131 negara.
Tetapi ini masih belum cukup melindungi negara miskin dari virus corona, karena pasokannya yang kurang.
Kekurangan ini dirasakan oleh beberapa negara di Afrika Tengah, yang menghadapi gelombang ketiga kasus Covid-19.
Kurangnya pasokan vaksin di negara miskin disebabkan oleh penimbukan vaksin oleh negara-negara kaya.
Di Afrika pada tingkat benua, sejauh ini hanya 40 juta dosis vaksin Covid-19, telah diberikan di Afrika kurang daru 2% dari populasi.
Kontras dengan situasi di Amerika justru vaksin yang melimpah ruah bahkan sebagian sampai dimusnahkan.
Data yang dirilis oleh US Centers for Disease Control and Prevention (CDC), menunjukkan bahwa rantai imunisasi telah membuang vaksin Covid-19 dalam jumlah terbesar.
Rantai toko obat Walgreens melaporkan sekitar 2,6 juta dosis terbuang, sementara rantai farmasi CVS melaporkan 2,3 juta dosis.
Texas, North Carolina, Pennsylvania, dan Oklahoma adalah negara bagian dengan vaksin Covid-19 yang paling banyak terbuang di AS.
Jumlah vaksin yang dibuang pada Juli sebanyak 4,7 juta dosis dan pada Agustus 3,8 juta dosis.
Jumlah ini lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya dan mungkin masih lebih rendah karena didasarkan pada data yang dilaporkan sendiri dari perusahaan obat, pemerintah negara bagian, dan pemasok lainnya.
Ada banyak alasan mengapa vaksin terbuang, termasuk botol vaksin yang retak, kesalahan dalam pengenceran vaksin, masalah freezer.
Bahkan lebih sedikit orang yang datang untuk disuntik daripada dosis yang ada di dalam botol vaksin yang terbuka.
Ini seolah menunjukkan pasokan vaksin lebih banyak dari orang yang menerimanya, di Amerika.
Amerika Serikat telah menggunakan sekitar 440 juta dosis vaksin, dengan 52% dari populasi menerima dua dosis penuh vaksin.
Lebih dari satu juta orang Amerika telah menerima dosis ketiga vaksin.
Mulai bulan September, AS akan memberikan suntikan booster setelah 8 bulan untuk orang yang telah menerima dosis kedua.
"Ini adalah masalah kesetaraan," Tim Doran, seorang profesor kebijakan kesehatan di Universitas York, mengatakan kepada NBC.
"Negara yang sangat kaya dengan akses yang baik, tetapi tindakannya pada dasarnya adalah pemborosan vaksin," imbuhnya.
AS telah berjanji untuk berbagi sekitar 600 juta dosis vaksin dengan negara dan wilayah berpenghasilan rendah dan menengah.
Pada awal Agustus, AS telah mengirimkan 110 juta dosis vaksin.