Akan tetapi, jumlah penduduk yang jauh lebih sedikit membuat negara ini kaya.
Berdasarkan data yang dirilis BP Statistical Review of World Energy 2020, Qatar memiliki cadangan minyak sebesar 25,2 miliyar barrel pada 2019.
Jumlah itu jauh lebih besar dibandingkan 20 tahun lalu yang hanya mencapai 13,1 miliar barrel.
Selama periode pemerintahan Taliban antara 1996-2001, Qatar, seperti tiga negara Arab Saudi, UEA dan Pakistan, tidak mengakui rezim tersebut, meskipun memiliki interaksi yang luas dengannya, sehingga pada tahun 2013, dengan izin Amerika Serikat, membuka kantor politik Taliban di Doha.
Qatar dengan demikian mampu menjadi pusat negosiasi dengan Taliban karena mampu menjalin hubungan yang baik dan netral dengan semua pihak.
Dr. Mohammad Salami, pakar Geopolitik, dalam artikelnya yang diterbitkan di Eurasiareview.com, Rabu (1/9/2021), mengatakan bahwa Qatar telah menjadi penengah diplomatik dan perantara perdamaian dalam beberapa tahun terakhir.
Hal itu berkat kekayaan minyak dan gasnya yang kaya dan kesediaannya untuk berperan sebagai perantara netral dalam berbagai konflik politik.
Qatar membantu Taliban membebaskan para pemimpin kuncinya dari kamp penahanan Teluk Guantanamo, menghapus komandannya dari daftar hitam Barat, dan menukar tahanan mereka dengan tahanan pemerintah Afghanistan.