‘Pilihannya; Terpaksa Terinfeksi atau Vaksinasi Dulu’, Meski Tubuh Punya Antibodi Alami, Vaksin Tetap Perlu! Ini Alasannya Menurut Penjelasan Ahli

K. Tatik Wardayati

Penulis

ilustrasui vaksinasi Covid-19.

Intisari-Online.com – Meski sudah berjalan beberapa lama, nyatanya banyak orang yang masih tidak mau menerima program vaksinasi Covid-19.

Maka, kini vaksinasi Covid-19 mulai diterapkan secara luas sebagai persyaratan untuk bisa memasuki suatu tempat atau acara.

Saat seseorang akan memasuki mal atau pusat perbelanjaan, wajib vaksin menjadi persyaratan utama, bahkan ini juga sebagai syarat SKD CPNS di Jawa, Madura, dan Bali.

Cakupan vaksinasi Covid-19 di Indonesia pun terus meningkat, seiring mulai diberlakukannya wajib vaksin sebagai syarat akses tempat publik.

Baca Juga: Walau Jadi Syarat Bepergian, Inilah Beberapa Alasan Logis Mengapa Anda Tak Perlu Mencetak Sertifikat Vaksin Covid-19

Sayangnya, masih ada saja sebagian orang yang enggan atau menolak untuk divaksin.

Anggapan bahwa tubuh sudah memiliki sistem kekebalan atau antibodi alami, menjadi salah satu alasan penolakan untuk mendapatkan vaksinasi Covid-19, sehingga merasa tidak perlu disuntik vaksin.

Benarkah demikian?

Berikut ini penjelasan dari dokter.

Baca Juga: Beruntung Bagi yang Sudah Vaksin Covid-19, Penelitian Ini Ungkap Perbedaan Kondisi Orang Sebelum dan Sesudah Vaksin Jik Terinfeksi Covid-19, Ternyata Begini Kondisi Darahnya

Tonang Dwi Ardyanto, Dokter Patologi Klinis Universitas Sebelas Maret (UNS), menjelaskan, mengenai antibodi yang dihasilkan secara alami dan antibodi yang dihasilkan setelah mendapatkan vaksinasi.

Penjelasan itu diunggahnya di laman Facebook miliknya pada Selasa (31/8/2021), yang dikutip oleh kompas.com dan telah mendapatkan izin dari yang bersangkutan.

Menurut Tonang, sejak lahir manusia memang sudah memiliki antibodi terhadap setiap benda asing yang memasuki tubuhnya.

Namun, jika benda asing itu belum pernah ditemui sebelumnya, maka tubuh juga belum memiliki antibodinya.

"Maka umumnya kita belum punya antibodi Covid-19. Adanya antibodi Covid-19 hanya bila sudah pernah terinfeksi," jelas Tonang.

"Jadi pilihannya: terpaksa terinfeksi, atau berusaha vaksinasi lebih dulu," sambung dia.

Disebutkan oleh Tonang, bahwa ada perbedaan mendasar antara terinfeksi Covid-19 dengan mendapatkan vaksin Covid-19.

Infeksi itu terjadi secara alami dan acak, demikian menurut Tonang.

"Sembarang variannya, sembarang jumlah virusnya, sembarang waktunya, sembarang orangnya, dan sembarang efeknya. Mulai dari tanpa gejala, ringan, sedang, berat, kritis, bahkan meninggal," jelas Tonang.

Baca Juga: Target 2 Juta Vaksinasi Covid-19 Per Hari pada Agustus Tak Tercapai, Indonesia Disebut Akan Alami Hiperendemi Covid-19, Apa Itu?

Berbeda dengan vaksinasi yang merupakan suatu proses yang terukur, seragam, serta antisipasi terhadap reaksi pasca-suntikan.

"Vaksinasi itu seragam dosisnya. Sama isi varian-variannya pada jenis vaksin yang sama. Bisa disiapkan waktunya sehingga ada persiapan fisik. Ada penentuan tahapan siapa penerimanya dari yang paling berisiko. Antisipasi reaksi pasca-suntikan bisa dilakukan. Ada pemantauan juga," kata Tonang.

Beda antibodi setelah infeksi dan vaksinasi

Menurut Tonang, kekuatan antibodi yang dihasilkan pasca-infeksi Covid-19 ditentukan oleh dua hal, yaitu jumlah virus yang masuk dan kekuatan respons tubuh.

Itu berarti, kekuatan antibodi pasca-infeksi bervariasi pada setiap orang.

Karena sifatnya yang seragam, maka kekuatan antibodi pasca-vaksinasi juga cenderung seragam.

"Kalau soal jumlah, rata-rata antibodi pasca-vaksinasi adalah sedang ke tinggi," jelas Tonang.

"Kalau pasca-infeksi lebih variatif lagi. Ada yang tinggi sekali, ada yang sedang, ada yang rendah sekali," tandas dia.

Meski sama-sama menghasilkan antibodi, ada kekurangan antibodi yang diperoleh setelah terinfeksi Covid-19.

Baca Juga: Padahal Baru Datang di Indonesia, 1,6 Vaksin Covid-19 Asal Amerika Ini Malah Ogah Digunakan di Negara Ini karena Alasan Menjijikkan Ini

"Antibodi pasca-infeksi itu, cenderung hanya untuk satu varian yang menginfeksi saat itu. Sedangkan antibodi pasca-vaksinasi, berusaha merangkum sebanyak mungkin varian yang sudah diketahui saat vaksin diproduksi," kata Tonang.

Menurut Tonang, antibodi harus bersifat sespesifik mungkin, sehingga kekuatannya fokus.

"Ketika terinfeksi varian X, maka antibodi Covid-19 kita spesifik untuk varian X. Ketika terinfeksi varian Y, berarti untuk varian Y," kata Tonang.

"Pada vaksinasi, terangkum beberapa varian. Maka antibodi yang dibentuk juga beberapa varian," tutur dia.

Inilah yang mendasari orang yang sudah pernah terinfeksi Covid-19 harus tetap mendapatkan vaksin setelah pulih.

"Agar jenis antibodinya makin lengkap. Tidak hanya satu-dua varian. Mencakup varian yang mungkin belum masuk dalam data antibodi hasil infeksi," kata Tonang.

Lebih baik mencegah risiko terinfeksi

Tonang juga menambahkan, antibodi yang diperoleh baik pasca-infeksi maupun pasca-vaksinasi, akan tetap sama-sama menurun seiring berjalannya waktu.

Tubuh masih akan memiliki sel memori yang nantinya akan membentuk antibodi.

Baca Juga: Berani Sebut Covid-2022 Bakal Muncul Padahal Tahun 2021 Saja Belum Kelar, Ilmuwan Ini Malah Jadi Bahan Tertawaan Sebut Informasinya Tak Masuk Akal

Dijelaskannya, bahwa vaksinasi Covid-19 memiliki dua tujuan, yaitu menghasilkan antibodi untuk melawan virus corona dan membentuk sel memori.

Meski sel memori juga akan terbentuk pasca-infeksi, namun varian data yang terekam tidak akan sebanyak sel memori yang terbentuk pasca-vaksinasi.

"Bedanya, semakin banyak variasi data terekam, sel memori makin mampu mengenali virus-virus dari varian baru. Kemudian mampu membentuk antibodi spesifik untuk varian baru tersebut," kata Tonang.

Tonang menjelaskan, menghasilkan antibodi dan sel memori melalui vaksinasi jauh lebih aman ketimbang harus terpapar virus corona berulangkali dengan varian yang berbeda-beda.

"Iya kalau terpaksa kena, bagaimana lagi. Semoga lengkap dan kuat antibodinya. Tapi bukankah lebih baik kita mencegahnya daripada menanggung risiko dari terinfeksi?," kata dia. (Jawahir Gustav Rizal)

Baca Juga: Jika Vaksin Saja Tak Cukup Berantas Covid-19, Ternyata Inilah Skenario Baru yang Bakal Diterapkan Untuk Mengakhiri Pandemi Covid-19, Berikut Bocorannya!

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait