Kerap Disandingkan dengan Organisasi Teroris Osama Bin Laden, Terkuak Ini Dia Perbedaan Taliban dan Al Qaeda, Dibeberkan Oleh Wakil Presiden Afghanistan

Afif Khoirul M

Penulis

Osama Bin Laden

Intisari-online.com - Bagi Amerika Taliban dianggap sebagai kelompok teroris.

Namun, ada beberapa negara yang tidak menganggapnya sebagai kelompok teroris, sebaliknya justru dianggap penjuang Afghanistan.

Selain itu, Taliban kerap kali disamakan dengan organisasi teroris pimpinan Osama Bin Laden, yaitu Al-Qaeda.

Namun, ternyata ada perbedaan antara Taliban dan Al-Qaeda seperti diungkapkan wakil Presiden Afghanistan Amrullah Saleh.

Baca Juga: 20 Tahun Perang Ternyata Taliban Sudah Bunuh 3.500 Tentara NATO dan 2.300 di Antaranya Tentara Amerika, Begini Pembelaan Taliban saat Ditanya Alasan Membunuh Mereka

Saleh adalah sosok wakil Presiden Afghanistan yang masih melakukan perlawanan terhadap Taliban.

Saleh adalah pemimpin Afghanistan berpangkat tertinggi yang bergabung dengan perlawanan, yang berbasis di kubunya di lembah Panjshir, utara ibu kota Kabul.

Pekan lalu Saleh mendeklarasikan dirinya sebagai "presiden sementara", menyerukan perang berkelanjutan melawan Taliban.

Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar AS Fox News, Saleh memberikan penilaian pribadi tentang perbedaan antara kelompok Muslim seperti Taliban, Al-Qaeda dan ISIS.

Baca Juga: Tak Tinggal Diam, 500 Wanita Lebih Angkat Senjata dan Nyatakan Kesiapan Berjuang ke Garis Depan Membantu Pasukan Afghanistan Perangi Taliban

Saleh mengatakan pada dasarnya tidak ada perbedaan antara ketiga kelompok ini.

Wapres Afghanistan menggunakan contoh Taliban dan Al-Qaeda sebagai dua minuman berkarbonasi, Coca dan Pepsi, karena rasanya yang hampir mirip.

"Secara ideologis, perbedaan antara ISIS, Al-Qaeda dan Taliban sama dengan perbedaan antara Coca-Cola dan Pepsi. Kalau lepas labelnya, bisa tahu yang mana Coca-Cola dan mana yang Pepsi?" kata Saleh.

Saleh menekankan bahwa Taliban tidak dapat dipercaya, secara implisit mengkritik AS yang mencapai kesepakatan damai dengan Taliban pada tahun 2020.

Menurut perjanjian tersebut, AS mengharuskan Taliban untuk tidak menampung organisasi teroris seperti Al-Qaeda.

AS masih menganggap Taliban sebagai kekuatan pemberontak, tidak pernah terdaftar sebagai organisasi teroris.

Baca Juga: Tak Pernah Gesekan dengan Taliban Sedikitpun, Swedia Tiba-tiba Berencana Bombardir Afghanistan, Rupanya Ada Misi Licik Ini di Baliknya

Pemerintah Taliban yang didirikan di Afghanistan digulingkan pada tahun 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden ke AS setelah serangan teroris 11 September 2001 di AS.

Osama Bin Laden kemudian dianggap sebagai "tamu istimewa" di Afghanistan oleh Taliban.

Dalam sebuah wawancara dengan Fox News pada 16 Agustus, juru bicara Taliban Suhail Shaheen menghindari mengutuk kelompok jihad seperti Al-Qaeda.

"Jika orang telah membaca Perjanjian Doha, kami telah menjelaskan bahwa kami tidak akan mengizinkan siapa pun, individu atau organisasi, untuk menggunakan wilayah Afghanistan melawan Amerika Serikat, sekutunya, atau negara lain mana pun," kata Shaheen.

Menurut Sputnik, Taliban didirikan pada tahun 1994 di Afghanistan, mewakili gerakan mahasiswa, mengambil ajaran Islam sesuai dengan hukum Syariah sebagai pedoman.

Muncul di tengah perang saudara Afghanistan, Taliban berkomitmen untuk membangun perdamaian dan menyatukan negara.

Baca Juga: Tak Pernah Gesekan dengan Taliban Sedikitpun, Swedia Tiba-tiba Berencana Bombardir Afghanistan, Rupanya Ada Misi Licik Ini di Baliknya

Berbeda dengan periode pertama pemerintahan pada 1996-2001, setelah memasuki ibukota Kabul pada 15 Agustus, Taliban bersumpah untuk membangun negara Islam yang lebih moderat, menghormati hak-hak perempuan.

Sementara itu, Al-Qaeda di masa lalu adalah sekutu Taliban di bawah Osama bin Laden.

Berbeda dengan Taliban, Al-Qaeda dan IS adalah dua organisasi teroris dengan ideologi Islam radikal, yang ingin membangun Negara Islam berdasarkan hukum Syariah dalam skala global.

Artikel Terkait