Find Us On Social Media :

Baru Saja Catat Rekor 'Gila' yang Nyaris Mustahil Tercapai saat Pandemi, Indonesia Malah Kena Tegur WHO, 'Jangan Sampai Kembali ke Titik Nol'

By Mentari DP, Minggu, 22 Agustus 2021 | 14:30 WIB

Lonjakan kasus virus corona di Indonesia.

Intisari-Online.com - Lonjakan kasus virus corona di Indonesia sempat membuat khawatir seluruh dunia.

Sebab lonjakan kasus virus corona di Indonesia tidak hanya membuat rumah sakit kolaps.

Tapi juga menyebabkan masalah ekonomi dan perdagangan.

Baca Juga: Satu Indonesia Sama Sekali Tidak Tahu, Minum Ramuan Air Jahe dan Jeruk Nipis Sebelum Tidur Ternyata Punya Manfaat yang Tak Terduga Ini, Ayo Langsung Dicoba!

Walau begitu, Badan Pusat Statistik menyampaikan Indonesia baru saja mencatatkan rekor baik.

Dilansir dari xinhuanet.com pada Minggu (22/8/2021), Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan selama 15 bulan berturut-turut, dengan Juli mencapai 2,59 miliar dolar AS.

Kepala Badan Margo Yuwono mengatakan angka tersebut berasal dari surplus sektor nonmigas sebesar 3,38 miliar dolar, dan defisit sektor migas sebesar 0,79 miliar dolar.

Juga dari selisih ekspor sebesar 17,70 miliar dolar dan impor 15,11 miliar dolar.

"Ini menandakan perekonomian kita semakin membaik," kata Yuwono dalam konferensi pers virtual.

Surplus terbesar Indonesia diperoleh dari neraca perdagangan dengan Amerika Serikat (1,23 miliar dolar), disusul Filipina (0,533 miliar dolar) dan Malaysia (0,40 miliar dolar).

Baca Juga: Padahal Sudah Jadi Kebiasaan Orang-orang Se-Indonesia, Ternyata Campur Alpukat dengan 2 Bahan Ini Justru Berikan Efek Mengerikan, Jangan Lagi Dilakukan!

Sementara defisit neraca perdagangan Indonesia terjadi dengan China (0,84 miliar dolar), Australia (0,45 miliar dolar) dan Thailand (0,27 miliar dolar).

Dari Januari hingga Juli, surplus neraca perdagangan Indonesia tercatat sebesar 14,42 miliar dolar.

Angka itu jelas meningkat tajam dibandingkan periode yang sama tahun 2020 sebesar 8,65 miliar dolar dan defisit sebesar 3,59 miliar dolar pada 2019.

Walau begitu, Indonesia mendapat peringatan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Mengutip dari reuters.com, WHO telah mendesak Indonesia untuk mengambil tindakan untuk membendung penularan virus corona.

Hal ini menyusul data baru yang menunjukkan bahwa mobilitas untuk ritel dan rekreasi telah mencapai tingkat pra-pandemi di beberapa wilayah utama.

Indonesia, yang bulan lalu menjadi episentrum wabah virus corona di Asia, memberlakukan pembatasan mobilitas sosial.

Di mana saat ini memungkinkan mal dan restoran di area tertentu hanya beroperasi dengan kapasitas 25%.

Akan tetapi dalam laporan terbaru WHO, mereka menyoroti "peningkatan signifikan dalam mobilitas masyarakat dalam ritel dan rekreasi" di provinsi Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, yang secara kolektif menampung sekitar 97 juta orang.

Sektor ritel dan rekreasi mengacu pada restoran, kafe, pusat perbelanjaan, perpustakaan, museum, dan taman hiburan.

Berdasarkan data Google dari minggu kedua Agustus, WHO mengatakan mobilitas mencapai tingkat yang tidak terlihat sejak Februari 2020.

Baca Juga: Pasca Afghanistan Jatuh ke Tangan Taliban, Mendadak ISIS Dituduh Ikut Campur Bahkan Sudah Berada di Bandara Kabul, Pasukan Amerika Langsung Lakukan Hal Ini

Tentu WHO tidak mau Indonesia kembali dihantam gelombang ketiga pandemi virus corona.

Ingat, beberapa waktu lalu, Tanah Air dihantam varian Delta yang sangat menular.

Akibatnya kasus virus corona harian di Indonesia mencapai lebih dari 56.000 kasus per hari pada bulan lalu.

Selanjutnya banyak rumah sakit kekurangan tempat tidur dan oksigen.

Tapi kasus harian di Indonesia telah turun secara signifikan menjadi sekitar 15.000 pada 18 Agustus.

Tetapi tingkat pengujian juga turun dan tingkat positif dan jumlah kematian tetap tinggi.

Baca Juga: Benci Setengah Mati dengan Amerika, Tentara Taliban Olok-olok Foto Ikonik Perang Dunia 2, Kibarkan Bendera Taliban Tapi Pakai Perlengkapan Militer Layaknya Tentara Amerika