Penulis
Intisari-Online.com – Dalam setiap peperangan selalu memunculkan kisah heroik para prajurit dalam menyelamatkan pasukannya.
Namun, tidak semua cerita perang memiliki akhir yang bahagia, bahkan kebanyakan tidak.
Atas keberanian yang mungkin tidak bisa dijelaskan, para prajurit itu pun mendapatkan penghargaan militer tertinggi.
Bagaimana pun, mereka telah dengan berani mengorbankan nyawa dan keluarga mereka untuk membela kebenaran, dan perdamaian.
Demikian pula dengan kisah tentara Inggris Kopral James Ashworth Lance dari Pengawal Grenadier di Afghanistan ini.
Ketika tim sniper Taliban membuat kekacauan di sebuah pedesaan, Kopral Ashworth Lance dan timnya dikirim untuk menggiring mereka keluar.
Tentu saja hal ini membutuhkan pertempuran berat, ketabahan dalam menghadapi api, dan bagi Ashworth, harus merangkak dalam jarak beberapa meter dari sniper Taliban untuk membawanya keluar dengan granat terakhir.
Lalu, apa yang terjadi kemudian?
Paling tidak, Ashworth kemudian menerima Victoria Cross dan penghargaan tertinggi dari tradisi militer Inggris yang menyatakan berjuang sampai akhir.
Pada usia 17, Ashworth bergabung dengan Angkatan Darat Inggris.
Dia mengikuti jejak ayahnya, yang pernah bertugas di Pengawal Grenadier.
Tumbuh dewasa, Ashworth selalu menunjukkan kemampuan atletik yang sangat baik yang akan membantunya dengan baik di militer.
Pada mulanya dia ditempatkan di Pengawal Grenadier Perusahaan Nijmegen yang biasanya memiliki peran seremonial tradisional.
Namun, Ashworth rupanya dilahirkan untuk bertarung.
Rupanya, dia adalah tipe pria yang ingin berada di samping Anda dalam pertempuran, daripada dalam sebuah seremonial belaka.
Dia akhirnya menjadi penerjun payung dan ditugaskan ke peleton parasut Pengawal sebagai bagian dari Batalyon Ketiga, Resimen Parasut.
Ketika militer Inggris sepenuhnya terlibat di Afghanistan, dia mendapatkan kesempatan untuk bertugas di tengah pertempuran dan membuktikan bahwa dia termasuk di antara jajaran Pasukan Terjun Payung Inggris.
Pasukan terjun payung ini memiliki tradisi panjang sejak Perang Dunia 2 ketika mereka berjuang untuk kelangsungan hidup bangsa mereka, dan semangat juang itu terus tertanam sejak itu.
Dia mulai bertugas di militer sejak tahun 2006, kemudian ditempatkan pada tahun 2012 di Afghanistan, yang membaut Ashworth menerima Victoria Cross.
Ashworth ditugaskan di Provinsi Helmand di Afghanistan, yang merupakan tempat dari beberapa pertempuran paling sengit dari seluruh perang.
Meskipun NATO dapat menguasai sebuah daerah di Afghanistan, namun Taliban selalu merebut kembali.
Pertempuran sengit di provinsi Helmand ini telah memberi banyak penghargaan bagi prajurit yang bertempur di sana, untuk mempertahankan tanah ini.
Ketika tim sniper musuh mengancam merebut kembali, maka saat inilah Inggris diperlukan untuk mempertahankannya.
Pada 13 Juni 2012, tim Ashworth, yang bagian dari peleton pengintai dari Batalyon Pertama, Pengawal Grenadier, dikirim untuk mengalahkan kelompok sniper yang ditakuti.
Kelompok sniper musuh ini telah menembaki tentara Inggris selama berhari-hari.
Diperintahkan untuk menangkap atau membunuh, Ashworth dan Pengawal Grenadier, ditempatkan di dekat sebuah desa di distrik Nahr-e Saraj di Helmand.
Setelah mendarat, pertempuran sengit pun pecah di seluruh desa.
Pejuang Taliban bekerja keras mendukung tim sniper kesayangan mereka, pertempuran sengit pun tak terelakkan.
Bergerak dari satu tempat ke tempat lain, Ashworth dan pasukannya mencari sniper dan melawan siapa pun yang menghalangi jalan mereka.
Tim sniper akhirnya mundur ke kompleks bertembok, dan siap untuk menyerang.
Untuk menghancurkan kompleks itu dengan kekuatan udara, bukanlah suatu pilihan.
Itu berarti para tentara Inggris harus mendekat dan mungkin saja bertemu muka dengan musuh mereka.
Kamar demi kamar, gedung demi gedung, Ashworth dan timnya menggunakan granat untuk menghalau musuh, membuat beberapa tim sniper yang ditakuti tewas.
Namun, sniper terakhir bersembunyi di bangunan kecil, terbukti inilah yang paling ulet untuk diusir.
Baku tembak dengan penembak jitu ini mencapai jalan buntu ketika pejuang Taliban dalam jumlah besar merangsek ke desa.
Menyadari bahwa harus ada inisiatif untuk mengakhiri sebelum situasi semakin memburuk, Ashworth diam-diam merangkak di balik tembok rendah yang membuatnya hanya berjarak beberapa meter dari musuh untuk melempar granat terakhir.
Percaya diri dengan kemampuan atletiknya untuk melempar granat tepat sasaran, Ashworth menelungkupkan wajahnya ke tanah.
Selama beberapa menit dia merangkak maju dengan hanya sedikit perlindungan di tengah pertempuran sengit.
Dalam jarak lima meter dari musuh, Ashworth menyiapkan granat ketika peluru acak menembus baju tahan pelurunya, dan menjatuhkannya ke tanah.
Mereka yang melindungi Ashworth menyaksikan dengan ngeri saat peluru-peluru itu menghantam tanah beberapa inci dari sosoknya yang tengkurap.
Namun, Ashworth tidak terpengaruh sampai akhir.
Granat yang dia siapkan di tengah pertempuran itu sayangnya jatuh di sampingnya, dan….. akhirnya merenggut nyawanya.
Misi yang berbahaya sejak awal, tetapi misi itu tetap harus dilakukan.
Sementara tidak berakhir bahagia bagi Ashworth, namun saudara-saudara satu timnya yang bersenjata akhirnya dapat mengeluarkan sniper itu.
Paling tidak, kematian Ashworth terbalaskan.
Atas tindakan heroiknya itu, Kopral Lance James Ashworth menerima Victoria Cross ke-14 sejak Perang Dunia 2.
Tim sniper musuh dapat dilumpuhkan, dan mereka yang menyaksikan keberanian Ashworth menjadi saksi sejarah.
Jika bukan karena tindakan berani Ashworth di bawah tembakan sengit dan mengorbankan dirinya sendiri, pertarungan di desa kecil Afghanistan akan semakin memburuk karena pasukan Taliban akan semakin banyak ke tempat itu.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari