Penulis
Intisari-Online.com – Sejumlah kekhawatiran muncul setelah Taliban menguasai pemerintahan Afghanistan.
Kekhawatiran muncul akan nasib ribuan artefak berharga koleksi museum negara.
Pengurus museum takut apabila kelompok militan tersebut berusaha untuk menghancurkan peninggalan berharga kebudayaan negara tersebut.
Oleh karena itu, berbagai pihak terkait lantas berusaha mengamankan situs dan artefak pentingnya.
“Kami sangat prihatin dengan keselamatan staf dan koleksi kami,” kata Direktur Museum Nasional Afghanistan, Mohammad Fahim Rahimi.
Tidak hanya itu, budayawan Afghanistan kebingungan mencari lokasi yang aman untuk penyimpanan barang berharga tersebut.
Lalu, apa yang mereka lakukan?
Kurator Kabul mempercepat upaya untuk mengekspor obyek berharga mereka ke pameran museum terjadwal di Paris.
Hal itu dilakukan untuk menyelamatkan koleksi tersebut karena situasinya sangat tidak terduga.
Apalagi, nasib penduduk yang berada di wilayah yang dikuasai oleh Taliban pun masih belum pasti.
Termasuk pula ibu kota negara, Kabul, Herat, dan Kandahar yang menjadi lokasi dari banyak peninggalan sejarah dan kebudayaan.
Di Museum Nasional Afghanistan, setidaknya terdapat koleksi lebih dari 80.000 artefak.
Menurut Artforum, secara keseluruhan hampir 80.000 artefak penting di negara ini termasuk sejumlah koleksi barang budaya dan biara Buddha.
Afghanistan berada di posisi strategis selama ribuan tahun dalam perkembangan peradaban dunia yang menyebabkan negara timur tengah ini memiliki banyak warisan benda berharga.
Di masa lalu, melalui jalur tersebut, Buddhisme menyebar ke Cina, sementara Zoroastrianisme, Kristen, Yudaisme, dan Hindu berkembang sebelum dan sesudah kedatangan Islam pada abad ketujuh Masehi.
Wilayah negara Afghanistan juga menjadi arteri utama di Jalur Sutra yang menghubungkan India dengan Iran dan Cina.
Sejumlah peninggalan kuno termasuk reruntuhan kota penting, biara, dan karavan, yang menampung para pelancong termasuk Marco Polo dalam perjalanannya ke istana Kubilai Khan.
Sejarah kelam kejahatan kebudayaan Taliban
Diketahui bahwa kelompok militan Taliban menerapkan ajaran fundamental Islam yang melarang penggunaan gambar manusia dan hewan.
Kelompok ini dikenal juga punya kecurigaan terhadap sejarah masa lalu sebelum Islam masuk.
Hal-hal tersebut cenderung membuat kalangan budayawan khawatir akan tindakan penghancuran yang mungkin saja dilakukan setelah Taliban menguasai Afghanistan.
Apalagi, pada tahun 2001, Taliban menghancurkan dua patung raksasa di lereng gunung, yang disebut Buddha Bumiyan, yang berasal dari abad keenam.
Padahal, para pemimpin Taliban telah menginstruksikan pengikutnya untuk melindungi, memantau dan melestarikan peninggalan, menghentikan penggalian ilegal, dan menjaga “semua situs bersejarah.
Pada Februari lalu, perintah tersebut dikeluarkan, juga termasuk pelarangan akan penjualan artefak di pasar seni.
Namun, sikap ini diragukan, khususnya setelah sejumlah staf warisan budaya di Afghanistan telah mendapatkan surat yang menuduh mereka bekerja dengan organisasi internasional.
“Mereka telah menutupi citra mereka, tetapi mereka masih merupakan kelompok yang sangat ideologis dan radikal,” kata Omar Sharifi, seorang profesor ilmu sosial di American University of Afghanistan yang belum lama ini telah melarikan diri ke Delhi, India. (Sekar Langit Nariswari)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari