Penulis
Intisari-Online.com - Menurut data World Instand Noodles Association (WINA), setiap tahun lebih dari 100 Miliar porsi mie instan dikonsumsi orang-orang di seluruh dunia.
Pada 2020, total permintaan mie instan di negara-negara di dunia mencapai 116,5 miliar porsi.
Jumlah tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 106.4 miliar porsi.
Bahkan, setiap tahun sejak 2016 ditunjukkan jumlahnya terus mengalami peningkatan.
Permintaan tertinggi datang dari China/Hongkong, sementara Indonesia berada di peringkat 2.
Disusul Vietnam, India, Jepang, Amerika Serikat, Filipina, Korea, Thailand, dan Brazil, dan lainnya.
Produk yang dikenal sebagai makanan cepat saji dengan harga yang relatif murah ini begitu diminati di dunia.
Tahukah Anda bagaimana sejarah mie instan pertama yang mengawali keberadaan makanan 'sejuta umat' ini?
Meski penemunya merupakan orang jepang, rupanya, hadirnya mie instan tak lepas dari pengaruh Amerika Serikat Pasca Perang Dunia II.
Melansir South China Morning Post, Mie instan pertama dibuat oleh Momofuku Ando, pemilik dan pendiri perusahaan Nissin yang terkenal di Jepang pada tahun 1958.
Ando mengembangkan seluruh proses produksi, mulai dari pembuatan mi, pengukusan dan penyedap rasa, hingga pengeringan mi dalam minyak panas.
Itu merupakan sebuah proses yang sekarang dikenal sebagai flash frying.
Penemuan baru tersebut memiliki umur simpan yang lebih lama daripada mie beku dan dijual murah.
Penemu mie instan pertama, Ando, lahir dan besar di Taiwan yang diduduki Jepang pada tahun 1910.
Setelah perang, ia harus memilih antara tetap menjadi warga negara Jepang atau menjadi warga negara Taiwan.
Ia pun memilih yang terakhir, untuk menyimpan harta warisannya di Taiwan tetapi tetap tinggal di Jepang.
Kemudian dia akan memulai perusahaan penghasil garamnya, Nissin, di Osaka.
Saat itu, pasokan gandum berlebih oleh Amerika Serikat merupakan salah satu faktor yang berdampak besar pada budaya pangan Korea, Taiwan, dan Jepang setelah Perang Dunia II.
Pada tahun 1953 dan 1954 , Amerika yang surplus hasil pertanian, memberikan bantuan gandum kepada negara-negara yang berada di bawah lingkup politiknya, termasuk Jepang.
Dengan masuknya bantuan dari AS, membuat pemerintah Jepang secara aktif mendorong warganya untuk makan roti yang terbuat dari gandum tersebut.
Ando mengkritik kebijakan pemerintah Jepang tersebut ketika berkesempatan bertemu dengan Kunidaro Arimoto, yang bekerja di Kementerian Kesehatan.
“Dengan roti, Anda membutuhkan topping atau lauk pauk. Tetapi orang Jepang memakannya hanya dengan teh. Itu tidak baik untuk keseimbangan nutrisi mereka," ungkapnya.
"Di Timur, ada tradisi makan mie yang panjang. Mengapa tidak mempromosikan mie, yang sudah dinikmati orang Jepang, sebagai makanan berbahan dasar tepung?," imbuhnya.
Terhadap 'penghinaan' tersebut, Kunidaro menantang Ando, “Mengapa Anda tidak menyelesaikan masalah ini?."
Ando pun benar-benar menjawab tantangan tersebut.
Pada tahun 1957, Ando membeli mesin pembuat mie bekas, 18kg tepung terigu, minyak goreng, dan bahan lainnya, dan menjalankan misi untuk menemukan cara agar mie mudah dibuat di rumah.
Ramen instan, dengan merek dagang Chikin Ramen, dipasarkan di toko-toko Jepang pada tahun berikutnya.
Mie instan buatan Momofuku Ando pun kemudian dikenal sebagai mie instan pertama, disusul produksi mie instan di negara-negara lain seperti Indonesia tahun 1968 dengan merek 'Supermie'.
(*)