Intisari-online.com - Tentu saja masih segar dalam ingatan hampir sebagian besar orang tentang bagaimana invasi Timor Leste oleh Indonesia yang menewaskan ribuan orang.
Salah satu jejak pembantaian itu, adalah sebuah danau angker yang dikenal dengan nama Sia Maubara, alias Lago Maubara.
Tak ada yang aneh dengan danau seluas 8 hekta ini.
Jika dilihat dari keindahannya, danau ini cocok menjadi tempat pariwisata, selain itu juga letaknya di cagar alam, yang menjadi rumah bagi ribuan burung.
Danau ini menyuguhkan pemandangan burung pelikan Australia, damn banyak jenis burung lainnya, sehingga disebut surganya para burung.
Meski demikian, tempat ini ternyata menyimpan sejarah mengerikan nan tragis bagi bangsa Timor Leste.
Danau berhantu ini konon digunakan militer Indonesia untuk membunuh sedikitnya 200 orang Timor.
Pembunuhan ini dikenal dengan Pembantaian Gereja Liquica.
Kemudian, jasad jenazah tersebut ditenggelamkan di Sia Maubara.
Hal ini dikonformasi ketika Australia Marine Drivers menemukan dua belas korban dari pembantaian Sia Maubara.
Kejahatan tersebut pertama kali diinvestigasi oleh diplomat Australia atas undangan Pemerintah Indonesia.
Namun dikatakan bahwa laporan tersebut tidak dirilis hingga tahun 2001.
Kemudian, hal itu diselidiki oleh tim Polisi Internasional yang kemudian dikenal sebagai Detasemen TKP UNTAET.
UNTAET bertugas di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa dan mewakili negara-negara Amerika Serikat, Inggris Raya, dan Filipina, serta Spesialis TKP Polisi Militer Australia dan Selandia Baru .
Unit ini awalnya dipimpin oleh petugas polisi Steve Minhinett dari Inggris Raya.
Itu kemudian diperintahkan oleh petugas polisi Amerika Karl Clark, dan sangat bergantung pada perwira intelijen Amerika Allen Williams.
Investigasi ini menghasilkan sejumlah besar penggalian korban tewas, pernyataan saksi diambil, dan pada akhirnya tuduhan pembunuhan, penyiksaan, deportasi paksa dan pembunuhan.
Dikatakan diajukan oleh 21 Perwira Indonesia, dan Milisi Timor yang pro-Indonesia.
Mengingat pembantaian ini dilakukan Indonesia, yang didukung milisi Timor Leste yang Pro-Indonesia.
Namun, beberapa waktu lalu pemerintah Indonesia padahal baru saja memberikan penghargaan pada milisi Timor Leste pro-Indonesia.
Pada Kamis (12/8/21), mantan pejuang Timor Leste, Eurico Guterres, menerima penghargaan dari Presiden Jokowi.
Pemberian penghargaan tanda kehormatan itu berdasarkan Keputusan Presiden Indonesia Nomor 76, 77 dan 78 TK tahun 2021 Tentang Penganugerahan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputra, Bintang Budaya Paramadharma dan Bintang Jasa yang ditetapkan Jokowi pada 4 Agustus 2021.
Eurico dikenal sebagai wakil Panglima Milisi Pro-Indonesia di Timor Leste, pada 1999-2004.
Ia dibesarkan oleh warga Indonesia dan putus sekolah pada tingkat SMA.
Lalu sempat terlibat kegiatan gangster kecil-kecilan, sebelum bergabung dengan milisi pro Indonesia.
Awalnya intel militer Indonesia pernah menahannya dengan tuduhan dia terlibat dalam komplotan untuk membunuh Presiden kedua RI Soeharto yang saat itu akan berkunjung ke Dili pada 1988.
Informasi menyebutkan, pada saat itu Guterres berubah dari seorang yang pro-kemerdekaan Timor Timur menjadi pro-Indonesia.
Kemudian dia bekerja sebagai seorang informan untuk Kopassus sekaligus menjadi agen ganda terhadap gerakan kemerdekaan.
Hal itu membuatEurico dipecat dari tugasnya pada 1990.
Namun, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang saat itu menjadi seorang perwira anti-pemberontakan, menaruh perhatian khusus terhadap kemampuan Eurico.