Find Us On Social Media :

Pantas Saja Indonesia Jadi Sorotan Dunia, Rupanya Kasus Kematian Harian Indonesia Kembali Jadi yang Tertinggi di Dunia, Tapi Pemerintah Malah Hapus Indikator Angka Kematian Covid-19

By Mentari DP, Kamis, 12 Agustus 2021 | 08:50 WIB

Kasus kematian Covid-19 Indonesia.

Intisari-Online.com - Kasus kematian Covid-19 Indonesia kembali jadi yang tertinggi di dunia.

Berdasarkan data dari Worldometers, hingga Rabu (11/8/2021) pagi, ada 4.325.464 orang meninggal dunia. 

Dari data itu, 110.619 kasus kematian Covid-19 berasal dari Indonesia.

Baca Juga: Nyesel Kalau Tak Tahu Trik Ini, Ternyata Cuma Modal Lakukan Langkah Ini Bisa Bikin Kompor Gas Hemat Berbulan-bulan, Bisa Dicontek!

Berdasarkan laporan Satgas, per Selasa (10/8/2021) pukul 12.00 WIB, ada tambahan 2.048 kasus kematian Covid-19 Indonesia.

Tambahan 2.048 tersebut membuat Indonesia menjadi negara dengan angka kematian harian tertinggi di dunia pada Selasa (10/8/2021).

Di bawah Indonesia ada Brasil dengan 1.066 kasus kematian.

Sementara kasus positif Covid-19 bertambah sebanyak 32.081.

Sehingga jumlah kasus virus corona di Indonesia saat ini menjadi 3.718.821 kasus.

Baca Juga: Walau Jadi yang Pertama, China Pernah Sesumbar Berhasil Atasi Covid-19 Hanya dalam Beberapa Bulan, Benarkah Kondisinya Sudah Aman? Terkuak Ini ondisi Asli di China

Di tengah sorotan dunia terkait kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia, pemerintah justru menghapus data angka kematian dari indikator penanganan Covid-19.

Hal itu disampaikan oleh Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.

Dilansir dari kompas.com pada Kamis (12/8/2021), penghapusan angka kematian tersebut dilakukan karena adanya masalah dalam input data.

Ini disebabkan akumulasi dari kasus kematian di beberapa minggu sebelumnya.

Menurut Luhut, permasalahan input data tersebut menimbulkan distorsi dalam penilaian level situasi Covid-19 di suatu daerah.

Karena ada problem pendataan, maka terdapat 26 kota dan kabupaten yang level PPKM-nya turun dari level 4 menjadi level 3.

Hanya saja keputusan pemerintah menghapus data angka kematian dari indikator penanganan Covid-19 disebut keputusan yang salah.

Bahkan menurut epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman, penghapusan data angka kematian bisa berbahaya. 

Karena berpengaruh terhadap upaya penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.

Padahal menurutnya, indikator kematian ini adalah indikator kunci karena bisa menilai derajat keparahan suatu wabah.

Angka kematian dianggap penting lantaran pemerintah bisa mengambil strategi penanganan yang seperti apa yang bisa dilakukan.

Misalnya dari testing, tracing, dan karantina. 

Baca Juga: Jadi Sarang Bakteri, Segera Bersihkan 5 Benda di Rumah Ini atau Kesehatan Anda dan Keluarga dalam Bahaya!

 

Dicky menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia harus fokus dalam beberapa indikator yang bersifat relevan.

Salah satunya indikator kematian.

Ada juga indikator seperti 

test positivity rate, kasus harian, hunian rumah sakit, ICU, dan lain sebagainya.

"Itu sifatnya wajib, enggak bisa tidak," kata Dicky.

Soal masalah di lapangan, menurut Dicky itu tidak masalah.

"Masalah lagging time-nya, ya enggak masalah."

"Karena kita bisa lihat pergerakan (angka) tujuh hari, tapi keberadaan data itu penting banget," kata Dicky menegaskan.

Diketahui, Pemberlakuan Pengetatan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4, 3, dan 2. kembali diperpanjang hingga 16 Agustus 2021.

Baca Juga: Bikin Panik Satu Indonesia, Ahli Sebut Virus Corona Akan Menjadi 'Virus Selamanya', Fakta Ini yang Bikin Miris