Penulis
Intisari-Online.com – Bagaimana mode makanan mengubah ekonomi Kepulauan Cayman, namun karena alasan inilah sekelompok hewan laut mengalami kepunahan, demi kepuasan segelintir orang.
Bayangkan ketika sekelompok pria kaya yang membayar dengan banyak uang, menghabiskan satu hari di sebuah klub untuk berpesta dengan berbagai hidangan.
Menu biasa, mungkin sudah biasa bagi kebanyakan orang.
Namun, yang datang ini bukanlah pengunjung biasa.
Mereka datang karena satu alasan, yaitu penyu hijau.
Sup penyu, steak penyu, salad penyu!
Didirikan pada tahun 1796, Klup Penyu Hoboken sangat memikat angota, dari politisi hingga tokoh sastra, hingga abad ke-20.
Meskipun keanggotaannya agak eksklusif, namun klub ini secara rutin mengumumkan adanya ‘penyu hijau’ dan mengundang semua yang mampu membeli tiket untuk makan penyu ini sebagai menu sarapan dan makan malam.
Baca Juga: Profesor Ini Bongkar Misteri Monster Loch Ness, Jawabannya Mungkin akan Membuat Anda Kecewa
Begitu lezatnya sup penyu hingga resepnya dibagikan dalam surat kabar di seluruh negeri.
Bagian penyu hijau yang berlemak dan kurus telah memberi makan banyak orang, termasuk budak, pelaut, pemukim, dan penduduk asli.
Pada abad ke-18, konsumen yang semakin kaya dari London hingga Miami menikmati sup kura-kura dan, pada pertengahan abad ke-20, kelas menengah Amerika yang sedang naik daun, yang ingin meniru selera orang kaya, mengonsumsi lebih banyak kura-kura hijau.
Alih-alih duduk di restoran kelas atas dengan taplak meja putih, pembeli membeli sup kura-kura asli dan tiruan kalengan untuk meja makan keluarga.
Perusahaan pengalengan, berusaha memenuhi permintaan tersebut.
Sebuah perusahaan pengalengan di Florida mengklaim bahwa daging penyunya berasal dari perairan sekitar Florida Keys.
‘Ditangkap di lingkungan sekitar, kura-kura tersebut diambil dari laut langsung ke panci kami,’ mereka mengklaim demikian.
Namun, klaim ini rasanya jauh dari kebenaran, karena kura-kura adalnya lebih jauh ke selatan, dari perairan tropis dan semi-tropis Karibia.
Beratnya mencapai 224 kilogram, penyu hijau menghabiskan sebagian besar hidup mereka mencari makan sendiri.
Karena ukuran dan kelimpahannya, pemukim Eropa awal dengan mudah menangkap mereka di pantai tempat mereka bersarang, atau di perairan dangkal saat mereka mencari makanan.
Namun, seiring waktu, penyu hijau ini semakin terperangkap dalam jaring pemburu kura-kura, terutama dari Kepulauan Cayman.
Tidak seperti banyak pulau Karibia lainnya, ekonomi Caymania bukan dari gula atau pisang.
Kecuali penebangan kayu mahoni dan produksi kapas, keduanya terbukti merupakan industri yang berumur pendek, maka para pemukim awal mencari mata pencaharian ke laut.
Penduduk Cayman menyelamatkan bangkai kapal dan berburu penyu hingga pada abad ke-19, perburuan yang berlebihan ini telah memusnahkan penyu-penyu itu.
Bukannya merancang industri alternatif, pria Cayman malahan mengembangkan peralatan dan teknik khusus untuk berburu penyu hijau jarak jauh di seluruh Karibia.
Dari tahun 1840-an, penyu ini melakukan perjalanan ke perairan sekitar Kuba, Honduras, Nikaragua, Kosta Rika dan Kolombia, hingga mencapai puncaknya pada pergantian abad ke-20.
Ini sering kali memicu kemarahan pemerintah asing yang berusaha menegaskan kendali atas perairan mereka.
Misalnya pada tahun 1904, sebuah kapal patroli bersenjata Nikaragua menangkap awak lima kapal penangkap penyu karena berburu secara tidak sah di perairan nasional.
Baca Juga: Ditemukan Mengapung di Lautan, Ukuran Tubuh Penyu 'Zombie' Ini Jadi Sorotan
Pengamat internasional khawatir insiden itu hampir menimbulkan konflik langsung setelah Royal Navy mengirimkan HMS Retribution untuk menyelidikinya.
Konflik penangkapan penyu mengekspos sengketa batas laut dan kesulitan dalam menasionalisasi sumber daya laut ekologis.
Terlepas dari konflik semacam itu, penduduk Cayman terus menangkap penyu dan mengirimkan penyu hijau hidup ke pasar di Inggris.
Setelah tahun 1914, dikirimkan langsung ke pembeli di AS.
Namun, keberlanjutan industri penyu ini tidak hanya bergantung pada tenaga kerja dan teknologi saja.
Penyu juga mengandalkan ketersediaan dan aksebilitas mangsanya, yang menjadi lebih menantang karena penangkapan ikan berlebihan dan pembatasan perburuan di perairan asing.
Pertengahan abad ke-20, hanya segelintir sekunar yang melanjutkan perjalanan panjang, karena orang Cayman mencari pekerjaan di kapal dagang atau kapal pesiar, penggali di ladang minyak, atau sektor pariwisata yang masih baru di Grand Cayman.
Industri kura-kura mungkin bisa bertahan beberapa dekade lagi jika pemerhati lingkungan seperti Archie Carr Jr, seorang herpetologis Florida, tidak mengarahkan perhatian orang terhadap spesies tersebut.
Jika dia berempati dengan masyarakat lokal, Carr berkomitmen melestarikan dan meregenerasi populasi penyu yang semakin berkurang.
Berbasis di Kosta Rika, Carr mengembangkan program konservasi di salah satu tempat penyu hijau bertelur terbesar di Karibia.
Carr melacak penyu hijau untuk belajar lebih lanjut tentang pola migrasi mereka dan menghitung jumlah mereka.
Berkat upaya dan kemitraannya dengan para ilmuwan, pemerintah asing, dan penduduk lokal, Carr berhasil menarik perhatian pada krisis yang dihadapi penyu.
Dengan disahkannya Undang-Undang Spesies Terancam Punah pada tahun 1973, AS bergabung dengan upaya konservasi internasional untuk menghentikan perdagangan spesies yang terancam punah ini.
Untuk itulah, pasar penyu yang paling penting ditutup.
Maka, berakhirlah industri inti orang Cayman pada abad lalu.
Pariwisata dan keuangna telah menjadi sektor utama ekonomi orang Cayman, tetapi penangkapan penyu masih diperingati.
Penyu tetap menjadi simbol resmi warisan dan identitas orang Cayman.
Baca Juga: Usai Bancakan Daging Penyu, Belasan Orang Mentawai Keracunan dan 3 di Antaranya Meninggal Dunia
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari