Penyu di Tapanuli Disebut Sering Disantap Sebagai Camilan: Ini Bahaya Konsumsi Daging Penyu, Mulai dari Diare Hingga Kematian

Mentari DP

Penulis

Di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, penyu kerap dijadikan tambul, kue yang dihidangkan sebagai pendamping minuman tradisional tuak.

Intisari-Online.com – Melansir dari nationalgeographic.grid.id pada Rabu (4/9/2019), disebutkan bahwa banyak masyarakat Indonesia yang berburu penyu.

Tujuannya untuk dijual dan dijadikan santapan.

Bahkan di kawasan Pantai Barat Sumatera tepatnya KabupatenTapanuli Tengah, Sumatera Utara (Sumut),satwa langkaini kerap dijadikan tambul, kue yang dihidangkan sebagai pendamping minuman tradisional tuak.

Padahal disebutkan bahwa Indonesia merupakan rumah bagi 6 dari 7 spesies penyu di dunia dan semuanya tersebar di berbagai perairan di Nusantara.

Baca Juga: Kasus ART Tewas Digigit Anjing Majikan: Benarkah Pemilik Anjing Harus Bertanggung Jawab Jika Anjingnya Gigit Orang Lain?

Ada banyak alasan mengapa penyu dilarang diburu apalagi dikonsumsi.

Selain masuk dalam daftar hewan langka yang dilindungi, ada bahaya yang mengancam kita jika kita mengonsumsi penyu.

Walau faktanya, di benua Amerika, khususnya Amerika Utara dan Tengah, daging dan telur penyu kerap dimakan penduduk setempat.

Hanya saja, menurut penelitian ilmiah dari Columbia University, ada beberapa infeksi mematikan dalam daging penyu.

Dilansir dari Sciencenews pada tahun 2018 silam, daging penyu diduga mengandung bakteri salmonella yang dapat menyebabkan sakit kepala, muntah-muntah, dan diare.

Kandungan bakteri tersebut ditemukan oleh peneliti dalam kasus infeksi yang menyerang 36 orang suku Aborigin Australia pada tahun 1999.

Sebanyak 60% korban mengaku mengonsumsi daging penyu hijau setiap hari sebelum mereka jatuh sakit.

Baca Juga: Kasus Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang: 2 Sopir Truk Jadi Tersangka, Ini Pelanggaran Mereka

Selain itu, daging penyu juga mengandung bakteri leptospirosis yang bisa mengakibatkan sakit kepala, demam tinggi, nyeri pada otot, dan muntah-muntah.

Data tersebut dapat antara tahun 2003 hingga 2004 ketika mereka menemukan 80% penyu hijau yang diperiksa di California mengandung 8 dari 10 tipe bakteri leptospirosis.

Lalu soal telur penyu, peneliti dari Smithsonia Tropical Research Institute di Panama dan McGill University pada Juni 2016 silam menemukan telur penyu mengandung logam berat.

Dengan salah satu unsur logam berat tersebut mengandung kadmium (suatu logam sangat beracun yang secara umum dijumpai di tempat kerja industri).

Selain kadmium, para peneliti juga menemukan kandungan merkuri, arsenik, mangan, besi, timah, dan seng dalam telur penyu.

Perlu Anda tahu, ada banyak dampak buruk dari logam-logam tersebut bagi tubuh manusia. Mulai dari kerusakan saraf hingga kanker.

Terakhir, kasus pada Januari 2017 di mana Kementerian Kesehatan di Madagaskar mengumumkan bahwa delapan anak meninggal dunia setelah makan daging penyu.

Menurut pihak berwenang, kematian anak-anak itu sebagai akibat keracunan makanan akut.

Selain delapan korban tersebut, 27 orang lainnya mencerita keracunan makanan setelah memakan daging penyu.

Memang faktanya kasus ini jarang terjadi dan belum ada penelitian yang menjelaskan hubungan keduanya.

Namun, kita harus berhati-hati mengingat penyu mungkin sering mengonsumsi ganggang beracun selama dia hidup.

Di mana ganggang beracun tersebut dapat mematikan bagi orang yang dikemudian hari mengonsumsi daging hewan tersebut.

Baca Juga: Kasus PRT Digigit Anjing Majikan Hingga Tewas, Ini 4 Kasus Manusia Tewas Digigit Anjing Lainnya, Ada yang Tersisa Tengkorak Kepala Saja

Artikel Terkait