Advertorial
Intisari-Online.com – Ada banyak laporan soal kecelakaan beruntun di Tol Cipularang pada Senin (2/9/2019) siang kemarin.
Salah satunya dari salah seorang pengemudi dump truck JTJ, Subana.
Saat itu, ia tengah berkendara mengangkut tanah berpasir. Kemudian, dari belakang temannya yang mengendarai dump truck menyalipnya.
"Terus sekitar tiga menitan dia ngebel (melepon) saya. Mas Bana, rem saya blong," kata Subana menirukan perkataan temannya kepada wartawan di RS MH Thamrin Purwakarta seperti dilansir dari kompas.com pada Selasa (3/9/2019).
Baca Juga: Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang: Ini Jalur yang Harus Diwaspadai Saat Melintasi Tol Cipularang
Subana kemudian meminta temannya itu berdoa agar truk yang dikendarainya bisa berhenti.
"Teman saya ambil kanan terus, karena di lajur kiri banyak truk yang berjalan lambat. Sementara di lajur kanan banyak kendaraaan yang melaju dengan cepat," katanya.
Karena khawatir dengan temannya, Subana kemudian bergegas menyusul. Ia mengaku selalu berkendara dengan kawannya tersebut.
Akan tetapi, ternyata dump truck yang dikendarai temannya sudah terguling.
Subana pun tak bisa mengindar dari keterlibatan kecelakaan beruntun itu. Ia mengalami luka dan dirawat di RS MH Thamrin Purwakarta.
Kasus rem blong sudah sering terjadi di Indonesia.
Seperti kasus kecelakaan di Puncak pada Sabtu (22/4/2016), saat sebuah bus pariwisata HS mengalami rem blong dan menabrak 12 kendaraan bermotor di depannya.
Kecelakaan ini terjadi karena rem bus sudah dipaksa bekerja selama beberapa waktu dan ini berisiko menyebabkan rem blong.
Soalnya, berbeda dengan kendaraan kecil (baik yang bermesin diesel atau bensin), bus dan truk yang bermesin diesel punya putaran mesin lebih rendah.
"Karena putaran mesin yang rendah maka kita tidak bisa menggunakanengine brakedengan cara turun gigi pada saat mengurangi kecepatan seperti kendaraan kecil," kata Yuswadi, seorang pemerhati bus dan angkutan berat, kepada Tabloid Otomotif.
Yuswadi menambahkan bahwa ada beberapa penyebab rem blong.
Di antaranya kebocoran pada sistem rem, baik pada saluran hidraulis maupun saluran udara.
Lalu permukaan sepatu rem yang mengeras akibat panas berlebihan.
Umumnya, setiap bus dan truk bermesin diesel dilengkapi petunjuk berupa stiker untuk mencegah terjadinyaengine overruning.
Penggunaan rem secara terus menerus untuk mengurangi kecepatan akan berakibat timbulnya panas yang berlebihan pada sistem rem.
Untuk mencegah kecelakaan dari sisi ini, maka perawatan rem seharusnya dilakukan dengan akurat.
Baik pemeriksaan keausan, kebocoran, pembersihan dan penyetelan kampas rem dan brake drum secara periodik dan rutin.
Penggantianpartsjuga harus dilakukan secara periodik seperti tertera pada buku servis. Misalnya minyak rem danpartsdari karet sepertiseal,piston cap,danslang flexible.
"Terutama pada kampas rem sebagai komponen utama."
"Setiap 5.000 km harus dilakukan pengecekan," ujar Irwan Supriyono, Executive Officer Service & Part PT Hino Motors Sales Indonesia (HMSI).
Mursal Said, Product Dev. & Engineering Manager PT Foton Mobilindo, menengarai sisi teknologi yang sudah ketinggalan zaman sebagai biang keladi rem blong.
"Kemungkinan besar masih memakai sistem remair over hydraulicyang memang sangat rentan untuk blong."
"Sistem ini tidak memiliki proteksi ketika terjadi rem blong," ujarnya kepada Tabloid Otomotif.
Ini berbeda dengan sistemfull air S-cam brakeyang digerakkan udara yang memang lebih maju teknologinya.
Sistem ini sudah dipakai untuk bus dengan sasis MercedesBenz dan kendaraan keluaraan Eropa lainnya.
Sistem ini memungkinkan mobil langsung berhenti ketika terjadi kerusakan pada pengereman baik yang ditimbulkan kemampuan kampas rem yang merupakan komponen utama maupun kebocoran dari oli.
SistemS-cam brakeini bekerja kalau tekanannya di atas 6 bar.
Namun begitu tekanan di bawah 6 bar maka otomatis akan langsung mengunci dengan sendirinya alias berhenti.
S-camini memiliki keamanan lebih tinggi karena memakai dua katup danspring type chamber.
Selain itu kendaraan sekarang juga sudah dilengkapi ABS (anti-lock braking system).
Peranti ini merupakan peranti standar kendaraan sesuai dengan Euro 2. (Muh. Habib)
Baca Juga: Tren Mukbang dan Kasus Ria Ricis Makan Gurita Hidup: Catat! Ini Bahaya Mukbang Bagi Kesehatan