Find Us On Social Media :

Inilah Sohei, Biksu Prajurit Jepang pada Abad Pertengahan, Tetap Pakai Tasbih Ketika Berperang, Gunakan Baju Besi dan ‘Rok’ Panjang Lebar, Juga Senjata yang Dibawa-bawa Samurai

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 10 Agustus 2021 | 12:05 WIB

Sohei, biksu prajurit pada abad pertengahan.

Sebagian besar pertikaian antara sekte-sekte yang bersaing tidak bersifat sekuler, yaitu hampir semua kekerasan berakar pada politik.

Perang sohei menjadi berbeda dari perselisihan agama di Eropa pada abad pertengahan.

Dukungan sohei bisa berarti perbedaan antara kemenangan atau kekalahan dalam suatu konflik.

Banyak panglima perang samurai membenci mereka, mencap mereka sebagai akuso (biksu jahat), sementara yang lain dengan takut-takut mendukung mereka.

Oda Nobunaga, salah satu jenderal besar yang menempatkan Jepang di jalur unifikasi, memiliki alasan khusus untuk membenci mereka.

Para biarawan Gunung Hiei menjadi sekutu keluarga Asai dan Asakura, beberapa saingan terbesar Nobunaga.

Nobunaga mengalahkan mereka dalam pertempuran pada tahun 1570, tetapi mereka menyerang kembali akhir tahun itu.

Dikalahkan oleh jenderal Nobunaga, Toyetomi Hodeyoshi, mereka melarikan diri ke pegunungan dan diselamatkan oleh sohei Gunung Hiei.

Baca Juga: Inilah Pertempuran Samurai Terbesar Sepanjang Sejarah, dari Pertempuran dengan Tangan Kosong Hingga Seorang Anak Pandai Besi yang Bisa Buktikan Kepemimpinannya