"Saya khawatir antusiasme masyarakat akan berubah menjadi apatis," kata Senda, yang menjalankan usaha sosial bernama Lakoat Kujawas.
"Banyak orang harus berjalan berjam-jam atau menghabiskan banyak uang untuk mendapatkan vaksinasi," tambahnya.
"Sekali atau dua kali mereka bahkan mungkin ingin mencoba. Tapi setelah beberapa saat, mereka mungkin menyerah," jelasnya.
Ibukota Indonesia, Jakarta, mulai memerlukan bukti vaksinasi ketika meninggalkan rumah, karena sekitar 78% dari populasi kota telah memiliki setidaknya satu dosis.
Di Kalimantan Timur, di mana jumlah kasus meningkat, hanya 15% dari populasi yang menerima dosis pertama vaksin. Angka di Nusa Tenggara Timur adalah 11%.
Media lokal melaporkan bahwa kampanye vaksinasi di Kalimantan Timur dan Selatan telah dihentikan karena kurangnya pasokan.
Pada saat yang sama, ratusan orang mencoba melewati gerbang baja di kota Medan (Sumatera Utara), berteriak meminta vaksin.
Hingga saat ini, sekitar 8% dari 270 juta penduduk Indonesia telah menerima dua dosis vaksin.