Intisari-online.com -China kini kewalahan menangani Covid-19 varian Delta saat negara itu sudah melonggarkan lockdown tapi tiba-tiba varian ganas itu masuk ke China.
Pakar kesehatan China menyebutkan strategi yang sebelumnya dipakai China sudah salah total dan tidak lagi relevan.
Melansir SCMP, pakar kesehatan China menyebut Beijing seharusnya mengganti pendekatan nol-toleransi atas Covid-19.
Hal ini terutama melihat negara lain sudah mulai membuka diri.
Mereka juga menyeru otoritas untuk belajar dari pengalaman negara lain membuka perbatasan.
Pasalnya, China akan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2022.
Liu Guoen, direktur di Peking University China Centre for Health Economic Research mengatakan akan sulit bagi China untuk mencapai nol kasus mengingat penyebaran varian Delta yang liar.
Dalam webinar yang diadakan oleh firma teknologi, Baidu, Jumat kemarin, ia menyebutkan "diskusi serius dan sistematik" diperlukan untuk menentukan bgaimana "menyesuaikan dan mengoptimasi strategi saat ini."
Berbicara dalam acara yang sama, Zeng Guang, kepala epidemiolog di CDC China, sepakat bahwa perubahan perlu untuk membangun imunitas kawanan (herd immunity) yang lebih kuat dan bergerak mengakhiri pendekatan nol-Covid-19.
"Mayoritas kasusnya adalah kasus ringan (dalam wabah terbaru di China) yang mana seharusnya tidak menyebabkan panik dan tekanan," ujar Zeng.
"Tetap pada nol kasus tentunya tidak mungkin dari pandangan seluruh dunia, dan negara lain tidak akan menunggu nol kasus sebelum mereka membuka perbatasannya."
China saat ini menghadapi lonjakan wabah terburuk dalam beberapa bulan terakhir, disebabkan oleh varian Delta setelah sebuah klaster terbentuk di bandara di Nanjing, 20 Juli.
Varian Delta kini menyebar ke setidaknya 17 provinsi, dengan lusinan kota terdampak termasuk Wuhan, tempat wabah pertama kali muncul.
Kota yang baru pulih dari banjir mematikan bulan lalu, Zhengzhou, juga terkena varian Delta.
Beijing juga tidak selamat dari varian mematikan itu.
Jumlah kasus terhitung rendah, lebih dari 600 infeksi sejauh ini di populasi 1,4 miliar dan belum ada kematian yang dilaporkan.
Namun otoritas China sudah memerintahkan jutaan warganya dites dan menerapkan pembatasan bepergian dan lockdown untuk menahan penularan Covid-19 varian baru.
Hal-hal ini dan penanganan lain membantu China mencapai nol penularan kasus lokal dan menumbuhkan PDB sebesar 2.3% selama 2020 kemarin.
Namun kini ada kekhawatiran jika strategi nol-toleransi dapat menyebabkan tekanan ekonomi besar dibandingkan keuntungannya, terlebih membandingkan negara lain yang mulai 'hidup dengan virus'.
Kekhawatiran itu sudah menyebabkan bank investasi termasuk Nomura dan Goldman Sachs memotong atau memberi sinyal mereka dapat memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi China pada paruh kedua tahun ini.
Epidemiolog CDC Zeng mengatakan lebih banyak orang membutuhkan vaksinasi dengan imunisasi massal tetap menjadi kunci menyesuaikan kontrol pandemi, dan mengembangkan vaksin baru seharusnya didorong terus.
Ia mengatakan China pada akhirnya akan membuka kembali perbatasannya seperti yang dilakukan negara lain.
Namun penting untuk mencapai persetujuan kapan akhirnya bisa melakukannya.
"Kami seharusnya juga belajar dari pengalaman negara-negara lain seperti Inggris, Israel dan Singapura… untuk melihat bagaimana menyebarnya infeksi terjadi, walaupun situasi telah membaik dan walaupun ada dukungan publik," ujar Zeng.
Ia mengatakan ini penting guna menuju Olimpiade Musim Dingin 2022 yang akan diadakan di Beijing Februari mendatang.
Itulah sebabnya pendekatan berbeda mungkin perlu dilakukan.
"Ini akan menjadi tantangan bagi ibu kota dan menjadi tantangan yang harus diatasi dengan baik," ujar Zeng.
"Ini juga akan menjadi proses memperbaiki ide-ide kami," pungkasnya.