Penulis
Intisari-online.com - Teori soal kebocoran laboratorium Wuhan memang sering terdengar, meski kebenarannya belum bisa dibuktikan.
Namun, banyak pakar mengungkapkan spekulasi ini berdasarkan beberapa bukti yang mereka terima.
Salah satunya adalah bukti yang dirilis oleh Anggota Perlemen partai Republika di Amerika.
Ia merilis laporan mengejutkan yang merinci aktivitas mencurigakan laboratorium Wuhan untuk menutupi terori kebocoran di laboratorium Wuhan.
Melansir Daily Express, pada Senin (2/8/21), laporan ini dianggap sebagai bukti baru yang menunjukkan laboratorium Wuhan kemungkinan pernah mengalami kebocoron.
Menurutnya, laboratorium Wuhan tercatat pernah melakukan renovasi mencurigakan sebelum munculnya virus corona.
Laporan House GOP mengklaim bahwa fasilitas di Wuhan meminta renovasi "signifikan" untuk "keamanan udara" dan "sistem pengolahan limbah" di area bangunan yang dilaporkan berusia kurang dari dua tahun.
Kota Wuhan akhirnya menjadi ground-zero bagi pandemi Covid-19 dan menjadi fokus penyelidikan untuk mengungkap asal usul virus mematikan tersebut.
Partai Republik di Komite Urusan Luar Negeri DPR mengatakan, "Renovasi signifikan seperti itu segera setelah fasilitas mulai beroperasi tampak tidak biasa."
"Semua menimbulkan pertanyaan tentang seberapa baik sistem ini berfungsi pada bulan-bulan sebelum pecahnya Covid-19," katanya.
Kontributor medis Fox News, Dr Marc Siegel, juga menyebut renovasi di laboratorium China sebagai "mencurigakan."
Dia mengatakan kepada saluran, "Mengapa laboratorium yang baru berusia dua tahun tiba-tiba memiliki masalah dengan pengolahan limbah dan keamanan udara?"
"Keamanan udara dengan virus pernapasan di lab itu," katanya.
Seigal kemudian mengecam Demokrat AS karena tidak bekerja dengan Partai Republik untuk menekan Presiden Biden agar meluncurkan penyelidikan penuh atas klaim kebocoran laboratorium China.
Dia menambahkan, "Semua ini membutuhkan penyelidikan lebih lanjut yang telah dijanjikan oleh Presiden Biden kepada kami."
"Tapi tentu saja saat ini tidak di seberang lorong dalam hal investigasi," jelasnya.
Itu terjadi ketika China menolak upaya Organisasi Kesehatan Dunia untuk mengadakan penyelidikan lebih lanjut tentang asal-usul virus corona.
Pekan lalu Beijing menolak seruan dari WHO agar negara-negara bersatu untuk menyelidiki sumber pandemi.
Tory Rekan Lord Ridley bereaksi dengan marah atas penolakan China untuk bekerja sama dengan komunitas internasional.
Dia mengatakan kepada LBC, "Posisi China benar-benar luar biasa dalam hal ini."
"Jika ada negara lain yang memiliki wabah virus yang membunuh jutaan orang," katanya.
"Dan menolak bekerja sama dengan penyelidikan laboratorium (Wuhan Institute of Virology) yang bekerja pada virus terkait terdekat di dunia," jelasnya.
"Kami akan sangat terkejut," imbuhnya.
Lord Ridley menambahkan, "Tetapi pada setiap tahap, China sangat tidak kooperatif, mereka menekan informasi sejak dini, mereka justru menganiaya pelapor."