Penulis
Intisari-Online.com – Beberapa waktu terakhir ini, kasus infeksi virus corona di Indonesia masih juga mengalami peningkatan.
Kasus positif Covid-19 diketahui dari hasil PCR yang kemudian akan merujuk Anda ke rumah sakit.
Namun, rumah sakit dan fasilitas kesehatan di sejumlah kota besar di Indonesia kini sudah tidak mampu lagi menampung pasien Covid-19 yang jumlahnya terus meningkat.
Oleh karena itu, pasien positif Covid-19 dengan gejala ringan dan tanpa gejala diminta untuk melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah.
Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi beban rumah sakit, yang sudah cukup membludak.
Sayangnya, isolasi mandiri ternyata tidak selamanya berjalan mulus.
Terkadang tidak tertangani dengan baik dan akhirnya meninggal dunia, bahkan beberapa di antaranya menimbulkan klaster baru di tingkat keluarga karena kurangnya pemahaman dalam melakukan isolasi mandiri.
Lalu, bagaimana kiat-kiat untuk menjalani isolasi mandiri di rumah?
Siti Nadia Tarmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyampaikan, bahwa mereka yang wajib menjalani isolasi mandiri adalah orang yang dites dengan hasil positif Covid-19.
Lamanya waktu isolasi mandiri yang harus dijalani pasien positif Covid-19 tanpa gejala adalah 10 hari isolasi sejak tes antigen atau PCR positif Covid-19.
Lamanya waktu isolasi yang harus dijalani pasien positif Covid-19 dengan gejala ringan adalah 10 hari isolasi dengan tambahan 3 hari yang sudah bebas dari berbagai gejala.
Durasi isolasi mandiri
Sedangkan untuk pasien kontak erat, durasi isolasi mandiri selama 14 hari sejak kontak dengan kasus Covid-19.
Nadia menambahkan, setelah masa isolasi, pasien hanya perlu melakukan kontrol ke fasilitas kesehatan dan tidak diharuskan tes PCR lagi.
"Syaratnya itu saja, tidak perlu periksa PCR," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (22/7/2021).
Dalam Surat Edaran Nomor HK.02.01/Menkes/202/2020, disebutkan ada beberapa hal yang harus dilakukan saat menjalani isolasi mandiri.
1. Tinggal di rumah dan jangan pergi bekerja atau ke ruang publik.
Baca Juga: Jangan Asal Memutuskan Sendiri, Isolasi Mandiri Pasien Covid-19 Harus Atas Penilaian Dokter!
2. Gunakan kamar terpisah di rumah dari anggota keluarga lainnya.
3. Jika memungkinkan, upayakan menjaga jarak dari anggota keluarga lain. Gunakan selalu masker selama masa isolasi mandiri.
4. Lakukan pengukuran suhu harian dan observasi gejala klinis, seperti batuk atau kesulitan bernapas.
5. Hindari pemakaian bersama peralatan makan, perlengkapan mandi, dan seprai.
6. Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan mengonsumsi makanan bergizi, melakukan kebersihan tangan rutin, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
7. Berada di ruang terbuka dan berjemur di bawah sinar matahari setiap pagi.
8. Jaga kebersihan rumah dengan cairan disinfektan.
9. Hubungi segera fasilitas pelayanan kesehatan jika memburuk agar mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Perlu dicatat, jika kadar oksigen 90 persen atau lebih, tetapi di bawah 94 persen, segera hubungi tenaga kesehatan atau minta perawatan di rumah sakit.
Apabila kadar oksigen di bawah 90 persen, itu berarti pasien mengalami Covid-19 berat.
Segera hubungi penyedia layanan kesehatan atau minta segera dirawat di rumah sakit.
Akses obat dan vitamin selama isolasi mandiri
Nadia menyampaikan, karena pasien menjalani pengobatan secara mandiri, mereka yang menjalani isolasi mandiri dapat memperoleh obat-obatan secara gratis dengan layanan telemedicine atau menghubungi Satgas RT/RW setempat.
"Pasien bisa menghubungi Satgas RT/RW atau kontak puskesmasn langsung atau lewat telemedicine," kata Nadia.
Pihak puskesmas atau bidan desa lalu akan melakukan triase yaitu membagikan pasien isolasi menjadi beberapa kategori yakni orang tanpa gejala (OTG) dan pasien dengan gejala ringan.
Nantinya, obat akan diberikan sesuai dengan data pembagian kategori yang dimaksud.
Diketahui, pemerintah telah menyiapkan tiga paket obat yang akan dibagikan kepada pasien isolasi mandiri yang tidak bergejala maupun yang bergejala.
Paket 1: berisi vitamin untuk warga dengan hasil PCR positif tanpa gejala atau OTG.
Paket 2: berisi vitamin dan obat yang diberikan kepada warga dengan PCR positif disertai gejala keluhan demam dan kehilangan indera penciuman.
Untuk mendapatkan paket tersebut, pasien isolasi mandiri dapat berkonsultasi dan meminta resep dari dokter, diutamakan dokter puskesmas terdekat.
Paket 3: berisi vitamin dan obat yang diberikan kepada warga dengan PCR positif dengan keluhan demam dan batuk kering.
Adapun syarat untuk mendapatkan paket obat adalah menunjukkan bukti hasil PCR positif serta warga tersebut sedang menjalani isolasi mandiri.
Kegiatan selama isolasi mandiri Melansir pemberitaan Kompas.com (4/7/2021), ada sejumlah kegiatan yang dapat dilakukan pasien yang sedang menjalani isolasi mandiri, antara lain:
- Membuka jendela kamar sebagai sirkulasi cahaya dan udara.
- Berjemur matahari selama 10-15 menit pada pukul 10.00-13.00 WIB.
- Memakai masker ketika berinteraksi dengan orang lain maupun ke luar ruangan selain kamar isolasi.
- Rajin mencuci tangan.
- Rutin berolahraga ringan.
- Makan makanan dengan gizi seimbang, dianjurkan sebanyak 3 kali sehari.
- Memisahkan pakaian kotor pasien dari pakaian anggota lain.
- Membersihkan kamar setiap hari.
- Mencuci alat makan sendiri.
- Alat makan tidak boleh digabung dengan orang lain.
- Rutin memeriksa suhu tubuh dan tingkat saturasi oksigen setiap pagi dan malam. Tidur teratur di ruang yang terpisah dari orang lain.
Perlu diingat, pasien yang menjalani isolasi mandiri juga harus didukung kerja sama dari pihak anggota rumah dan lainnya.
Ini dilakukan dengan harapan, orang-orang terdekat juga siap siaga untuk hal terburuk, dan diharapkan orang terdekat terus menyemangati pasien untuk segera sembuh. (Retia Kartika Dewi)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari