Penulis
Intisari-online.com -Saat air banjir menyerbu jalur kereta bawah tanah China Selasa lalu, para penumpang mencoba menyelamatkan diri sembari melihat penumpang lain tewas hanyut oleh air.
Dalam salah satu kereta, air meresap masuk dan naik dari pergelangan kaki ke pinggang bahkan sampai leher.
Para penumpang yang panik berdiri di atas tempat duduk untuk bernapas, sementara lainnya menaikkan orang yang lebih pendek ke lubang udara yang menyusut di atasnya.
Video yang viral di media sosial menunjukkan beberapa penumpang dapat dilihat berdiri di kursi dan menggantung di atap kereta saat air banjir semakin naik.
Salah satu penumpang mencoba memecahkan jendela kereta, untuk kemudian sadar ada lebih banyak air di luar kereta mereka.
Beberapa merekam tragedi mengerikan itu, sementara lainnya memanggil nama-nama orang tersayang mereka atau meminta bantuan.
"Aku tidak bisa berbicara lagi," satu wanita menulis di situs media sosial China, Weibo.
"Jika tidak ada bantuan datang dalam 20 menit ke depan, ratusan penumpang akan meninggal.
"Kami semua berdiri di kursi penumpang, dan air sudah mencapai mata kaki kami," ujar wanita bernama Ms Li kepada Elephant News, dikutip dari BBC.
"Beberapa penumpang dengan tubuh lebih pendek terkena air mencapai leher mereka," ujarnya, menambahkan bahwa dengan waktu berlalu maka pasokan udara mulai berkurang.
Setelah kira-kira sejam, kereta mulai gelap dan tingkat oksigen mulai menunjukkan angka mengkhawatirkan.
"Aku benar-benar takut, tapi hal paling menakutkan bukanlah airnya, tapi pasokan air yang mulai hilang," ujar salah seorang penumpang kepada Reuters.
Setelah beberapa jam ketakutan dalam ketidakpastian, penyelamat akhirnya datang melalui atap kereta dan menarik keluar warga.
"Kami mengetuk kaca sedikit di atap, kemudian tiba-tiba ada udara," ujar wanita dengan nama rahasia kepada televisi negara, CCTV.
Mengutip BBC, ratusan warga akhirnya bisa terselamatkan dari banjir terowongan kereta bawah tanah di Zhengzhou, kota dengan 12 juta warga yang ada di lembak Sungai Kuning, pusat provinsi Henan.
Namun setidaknya 12 diketahui meninggal dunia dan 5 cidera di tragedi kereta bawah tanah tersebut, yang datang setelah wilayah itu mendapatkan lebih banyak curah hujan dalam 3 hari dibandingkan curah hujan setahun.
Baca Juga: Eropa Dilanda Bajir Parah, Ternyata Tak Hanya Pemanasan Global Penyebabnya, Apa Lagi?
China sedang memasuki masa musim hujan dan banjir terjadi setiap tahunnya.
Namun, ilmuwan China mengatakan pemanasan global telah membuat situasi lebih berbahaya dan memperingatkan bahwa cuaca ekstrim dapat terjadi lebih sering di masa depan.
Di Henan sendiri, setidaknya 33 orang telah meninggal dunia dan lebih dari 200 ribu warga telah dievakuasi.
Jalan-jalan utama telah berubah menjadi sungai, dengan mobil dan puing-puing tersapu oleh arus air yang deras.
Di stasiun Shaokulu, jendela ditutup, dan sekelompok kecil polisi berdiri mengawasi di satu pintu masuk.
Di sana terlihat lumpur dan tumpukan mobil yang berhenti ketika arus tak mampu membawa mobil-mobil itu lebih jauh lagi.
Lumpur-lumpur terlihat di tepi jalan, sementara pekerja sudah mulai memperbaiki bagian permukaan yang terkoyak oleh kekuatan air.
Sedangkan di bawah jalan itu adalah peron di mana para penumpang terbaring tak bernyawa.
Banjir ini begitu dahsyat, empat jalur underpass menghilang dan tempat itu menjadi danau dadakan.
Air menutupi jalanan.
Cerita mengenai tragedi kereta bawah tanah itu tidak berhenti di situ saja.
"Awalnya tidak banyak air, tapi tiba-tiba air bergemuruh datang bersamaan," ujar seorang wanita yang namanya tidak ingin disebutkan.
"Dalam 30 menit air sudah mencapai bahuku," ujarnya.
"Sangat sulit untuk bernapas. Banyak orang mulai pusing."
Wanita yang tetap ingin menjadi anonim itu mengatakan ia terjebak selama lebih dari 4 jam dan menangis saat ia akhirnya diselamatkan.