Penulis
Intisari-Online.com - Asal usul virus corona masih menjadi misteri.
Walau pandemi sudah belangsung hampir dua tahun, namunasal usul virus corona tetap tidak ada yang tahu.
Pejabat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun tak bisa membiarkan ini terus-menerus terjadi.
Oleh karenanya, merekamemintaChina untuk lebih transparan dengan datanya tentang Covid-19 dalam penyelidikan kedua yang diusulkan.
Akan tetapi China dengan marah membantah tuduhan bahwa mereka menutupi penyebaran pandemi pada 2019 dan 2020.
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, mengatakan penyelidikan asal-usulvirus corona terhambat oleh kurangnya data mentah.
Walau mereka sudah melakukanpenyelidikan kontroversial Februari di Wuhan.
"Kami meminta China untuk transparan dan terbuka dan untuk bekerja sama," kataGhebreyesus seperti dilansir dariexpress.co.uk pada Jumat (16/7/2021).
"Kami berutang kepada jutaan orang yang menderita dan jutaan orang yang meninggal untuk mengetahui apa yang terjadi."
Mike Ryan, pakar darurat utama WHO, mengumumkan bahwa Ghebreyesus akan memberi pengarahan kepada 194 negara anggota WHO pada hari Jumat mengenai usulan studi fase kedua.
“Kami berharap dapat bekerja dengan rekan-rekan China kami dalam proses itu dan direktur jenderal akan menguraikan langkah-langkah untuk negara-negara anggota pada pertemuan besok, pada hari Jumat.”
Jens Spahn, Menteri Kesehatan Jerman, juga meminta China untuk memungkinkan penyelidikan asal-usul pandemi Covid-19 berlanjut, dengan mengatakan diperlukan lebih banyak informasi.
"Saya meminta China untuk memungkinkan penyelidikan tentang asal-usul Covid dilanjutkan."
Pada bulan Januari, tim WHO bekerja sama dengan penelitiChina untuk menyelidiki asal usul virus coona di Wuhan, tempat kasus pertama virus terdeteksi pada 2019.
Dalam laporan bersama yang diterbitkan pada bulan Maret, mereka menemukan virus itu mungkin ditularkan dari kelelawar ke manusia melalui hewan lain.
Dikatakan bahwa pengenalan melalui insiden laboratorium dianggap sebagai jalur yang sangat tidak mungkin.
Tentu saja hasil itu membantah teori bahwa pandemi itu berasal dari kebocoran dari Institut Virologi Wuhan.
Namun, para ahli terkemuka dari Barat telah menyerukan penyelidikan kedua.
Ini karena laporan itu tidak menjawab pertanyaan tentang bagaimana virus itu menyebar.
Pada bulan Mei AS, Inggris dan dua belas negara lainnya menuduh China menahan akses untuk melengkapi, data dan sampel asli dalam sebuah pernyataan.
China telah mengecam tuduhan kebocoran laboratorium sebagai "cerita yang tidak masuk akal", dan telah membalas AS dengan menyarankan pandemi itu berasal dari sana.
Menanggapi laporan Wall Street Journal yang menemukan tiga peneliti dari Institut Virologi Wuhan China dirawat di rumah sakit pada November 2019, juru bicara kementerian luar negeri China Zhao Lijian: “Amerika Serikat terus mengarang teori kebocoran laboratorium."
Pada 15 Juli 2021, ada 189.473.796 kasus virus corona dan 4.078.584 kasus kematian akibat Covid-19 menurut Worldometers.