Find Us On Social Media :

Buang Kotoran Manusia yang Menjijikkan Ini Tepat di Depan Mata Negara-negara Asia Tenggara, China Kian Tak Bisa Berbohong, Jejak Limbah Mereka Sampai Kelihatan di Luar Angkasa

By Maymunah Nasution, Kamis, 15 Juli 2021 | 06:00 WIB

Citra satelit tunjukkan aktivitas pembuangan kotoran manusia oleh China di Laut China Selatan tempat Indonesia dan negara ASEAN lain mencari sumber pangan

Intisari-online.com - China baru saja ketahuan membuang limbah berupa kotoran manusia lewat 200 kapal ikan.

Mereka membuangnya di dekat Kepulauan Spralty, di Laut China Selatan.

Melansir Insider, limbah ini menyebabkan kerusakan besar-besaran kepada terumbu karang yang hidup di laut itu, seperti diklaim firma analisis citra satelit Simularity.

"Limbah dari kapal yang berlabuh di Spratly merusak karang, dan kami bisa melihatnya dari luar angkasa," ujar CEO Simularity Liz Derr selama forum digital yang diadakan oleh lembaga penelitian Manila Stratbase ADR Institute.

Baca Juga: Padahal Tak Punya Tentara, Namun Negara Ini Sanggup Bikin China Sangat Gelisah Karena Terus-menerus Berpihak pada Taiwan, Tak Disangka Ada Alasan di Balik Tindakannya Itu

"Ratusan kapal yang berlabuh di sana membuang limbah belum diolah setiap hari ke terumbu karang yang mereka duduki," ujar Derr selama presentasi, menambahkan "ketika kapal tidak bergerak, kotoran manusia menumpuk."

Citra satelit ini diambil selama 5 tahun terakhir antara 14 Mei 2016 dan 17 Juni 2021.

Terdapat kontras dalam pertumbuhan ganggang yang hidup di laut tersebut.

Peneliti temukan jika 236 kapal China tercatat tidak bergerak di perairan itu selama waktu perekaman gambar.

Baca Juga: Duh, Sempat Dikirim ke Laut China Selatan, Mendadak Kapal Induk Termahal di Dunia Ini Dihantam Wabah Covid-19, Kini Sedang Berada di Lokasi Dekat Indonesia Ini

Tidak mengejutkan, mengingat China juga mengirim ratusan kapal ke Spratly dan membuat geger Filipina pada Maret lalu.

Peter Koning, wakil presiden penjualan di Simularity mengatakan lewat email jika tidaklah normal bagi kapal untuk tidak bergerak dalam waktu yang lama, dan mereka telah memonitor kapal berbulan-bulan lamanya.

Kapal-kapal China itu bahkan menurunkan jangkar di sekitar Spratly.

Limbah berlebihan menyebabkan tumbuhnya fitoplankton berlebih di air, menyebabkan kekurangan oksigen.

Baca Juga: Memanas, Beijing Usir Kapal Perusak AS di Laut China Selatan hingga Kirim 'Shandong' Kapal Induk Buatannya Sendiri

Tanpa adanya suplai oksigen yang mencukupi, habitat terumbu karang dapat mati.

"Bakteri-bakteri ini mengkonsumsi oksigen yang normalnya akan tersedia untuk ikan, menciptakan 'zona mati,'" ujar Simularity dalam laporan mereka.

Perlu diingat, terumbu karang memerlukan waktu 10 ribu tahun untuk terbentuk, dan terumbu penghalang dan atol memerlukan 100 ribu dan 30 juta tahun untuk terbentuk dengan sempurna.

Baca Juga: Sungguh Kebangetan, Sudah Seenak Jidatnya Nyelonong Wilayah Orang, Militer China Juga Masih Bikin Ketakutan Penduduk Asli Negara Ini, Dengan Lakukan Ini di Laut China Selatan

"Ini adalah bencana skala besar dan kita hampir mencapai titik yang tidak bisa kembali lagi," ujar Derr.

Simularity memperingatkan jika bukan hanya terumbu karang yang berisiko mati.

Namun, stok ikan di Laut China Selatan juga akan berkurang, padahal stok ikan menjadi sumber pangan penting bagi negara-negara sekitarnya, termasuk Indonesia.

Filipina menjadi yang terdepan, sedang memproses memverifikasi laporan Simularity.

Baca Juga: Tak Ada Tawar-menawar Lagi, Amerika Hanya Punya Pilihan Hancurkan China Demi Menjaga Kedamaian di Laut China Selatan, dan Menghentikan Invasi Taiwan

"Sementara kita mengkonfirmasi dan memverifikasi limbah yang dibuang ini, kami mempertimbangkan aksi tidak bertanggung jawab ini, jika benar, sangat merugikan terhadap ekologi laut di tempat itu," ujar Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana.

"China memperlakukan kami sebagai toilet mereka dan ini adalah pelanggaran baik hukum internasional dan hukum lingkungan lokal," ujar Senator Filipina Grace Poe.

Setidaknya ada 5 negara yang menggantungkan kebutuhan dan klaim di Laut China Selatan: Filipina, China, Malaysia, Vietnam, dan Indonesia.

Klaim China atas Laut China Selatan telah ditolak oleh Pengadilan Hukum Internasional atau Den Haag

Baca Juga: Angkatan Laut China Mengungkap Rahasia Besarnya, Senjata Apakah Ini yang Menyerupai Ikan Hiu dan Bisa Berenang di Lautan?

Namun China masih aktif mengotori salah satu rute perdagangan dan biota laut tersebut.